Media Sosial Jadi Santapan Sehari-hari
LAMONGAN, KOMPAS — Pada era digital, informasi dari media sosial dan media daring lainnya sudah menjadi santapan sehari-hari masyarakat. Bahkan, saat bangun tidur, warga digital setidaknya akan segera membuka grup Whatsapp untuk mengetahui informasi terbaru.
Kemajuan teknologi membawa dampak perubahan pada pola konsumsi dan perilaku masyarakat dalam berkomunikasi yang tidak bisa dihindari.
Hal itu mengemuka dalam bincang santai bertajuk ”Media Online, Media Sosial dan Government” yang digelar Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Lamongan, Kamis (9/11).
Kegiatan itu menghadirkan Ilham Khoiri dari Departemen Media Sosial Kompas, Yatimul Ainun Koordinator Wilayah Jawa Bali Asosiasi Media Syber Indonesia (AMSI) yang juga Pemimpin Redaksi Times Indonesia. Selain itu, hadir pula Ketua Komisi Informasi Publik Jawa Timur Ketty Tri Setyorini.
Sekretaris Daerah Kabupaten Lamongan Yuhronur Effendi menyatakan acara itu dinilai sangat penting bagi jajaran Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Lamongan.
Pihaknya ingin mencari solusi terbaik dalam membangun Lamongan sekaligus mengomunikasikan dan menginformasikannya dengan cepat agar bisa segera sampai ke masyarakat.
Namun, informasi palsu dan kabar bohong kadang sulit dibendung dan susah dibedakan dengan berita yang benar. ”Semestinya informasi dikelola dengan baik secara positif untuk menangkal berita hoaks,” kata Yuhronur.
Menurut dia, informasi yang dikelola dengan baik dan edukatif akan menginspirasi banyak orang. Berbagai media bisa dimanfaatkan untuk menyajikan informasi tentang hal positif serta mengembangkan sumber daya manusia dan memajukan daerah.
Informasi yang dikelola dengan baik dan edukatif akan menginspirasi banyak orang.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten Lamongan Erfan Salim menyatakan pada era digital seperti sekarang ini memberikan gambaran bahwa tuntutan informasi semakin tinggi. Pihaknya ingin mengelaborasikan secara nyata terkait dengan keterbukaan informasi.
”Harapannya, melalui bincang santai ini nantinya bisa diimplementasikan bagaimana mendapatkan informasi yang sehat yang mendidik masyarakat makin pintar,” kata Erfan.
Erfan menegaskan, melalui kegiatan itu diharapkan bisa ditemukan cara sinergi dan kolaborasi antara media, warga, dan birokrasi (pemerintah). Pejabat atau birokrat diharapkan bisa membangun informasi dan komunikasi yang baik melalui media sosial dan media lainnya.
”Ini upaya membangun ketahanan informasi bersama melalui jurnalisme positif. Ini juga untuk menghindari syak wasangka terhadap media, apalagi di era saat ini susah membedakan mana wartawan mana warga biasa. Masyarakat pun bisa menjadi wartawan,” ujarnya.
Di era saat ini, susah membedakan mana wartawan mana warga biasa. Masyarakat pun bisa menjadi wartawan.
Pemerintah Kabupaten Lamongan merangkul media dalam bincang santai itu agar ketahanan informasi berjalan baik. Jika lahir kolaborasi nyata dari informasi yang sehat, masyarakat pun bisa didorong untuk lebih maju dan sejahtera.
Ilham Khoiri dalam kesempatan itu memaparkan, saat ini setiap orang sangat terikat dengan telepon seluler dan hidupnya seperti bergantung pada media sosial.
Hal itu setidaknya tecermin dari pengguna Facebook yang mencapai 1,6 miliar, Whatsapp 1 miliar, Messenger 900 juta, Instagram 500 juta, dan Twitter 300 juta di seluruh dunia.
Di Indonesia saja, dari peselancar internet, tercatat 132 juta pengguna media sosial dari sekitar 250 juta penduduk. Jumlah itu melonjak dibandingkan sebelumnya, yakni sejumlah 88 juta pengguna media sosial. Perubahan teknologi telah mengubah perilaku masyarakat, termasuk pola mengonsumsi berita.
Bahkan, saat di tempat tidur, di kamar mandi, hingga di kereta orang masih mengakses informasi. ”Jika tidak selektif, tsunami informasi bisa memengaruhi dan berdampak buruk, terutama kabar bohong, provokasi, dan penipuan,” ujarnya.
Dia juga menambahkan, yang menjadi korban pun bisa jadi pelaku ketika ikut menyebarkan. ”Jadi, media sosial ibarat pedang bermata dua. Jika dimanfaatkan positif, bisa merangsang kreativitas untuk kemajuan, bisnis misalnya. Akan tetapi, apabila tidak bijak, bisa terbunuh,” katanya.
Media sosial juga bisa menjadi alat kampanye sekaligus kontrol sosial. Akan tetapi, media sosial juga bisa menjadi ajang destruktif untuk manipulasi informasi, menyebar ujaran kebencian, dan mendiskreditkan seseorang.
Medsos juga bisa menjadi ajang destruktif untuk manipulasi informasi, menyebar ujaran kebencian, dan mendiskreditkan seseorang.
Tidak semua informasi yang beredar di internet benar adanya. Jadi, perlu periksa sumber informasi, pengecekan ulang, riset, dan introspeksi. Masyarakat jangan asal percaya atau langsung menyebarkannya.
Yatimul Ainun menambahkan, untuk menghindari informasi yang negatif, bisa dikembangkan informasi positif. Informasi yang edukatif dan inspiratif akan membangkitkan optimisme dan sekarang cukup diminati. Hal itu akan semakin merangsang orang untuk melakukan kreativitas positif.
Ketty mendorong pemerintah atau birokrasi terbuka terhadap akses informasi. Keterbukaan informasi itu di antaranya bisa diwujudkan dalam bentuk transparansi anggaran di setiap organisasi perangkat daerah.
”Kalau perlu, ringkasan anggaran bisa dituangkan dalam situs web pemkab. Masyarakat juga berhak tahu dan bisa memberikan banyak masukan,” katanya.