logo Kompas.id
Lain-lainPeran Ayah Semakin Pudar
Iklan

Peran Ayah Semakin Pudar

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Kehadiran ayah secara nyata memengaruhi tumbuh kembang anak dan membentuk perilakunya saat dewasa. Namun, tuntutan ekonomi, kurangnya kesiapan menjadi ayah, dan kuatnya budaya penyerahan pengasuhan anak kepada ibu membuat semakin banyak anak kurang kasih sayang dan perhatian ayahnya."Peran ayah dalam pengasuhan tidak bisa digantikan ibu karena keduanya memiliki karakteristik berbeda," kata Ketua Konsorsium Gerakan Ayah Hebat Indonesia Sudibyo Alimoeso, Minggu (12/11), di Jakarta. Meski demikian, peran ayah dalam banyak keluarga Indonesia terus memudar. Ketidakhadiran ayah bisa terjadi karena ayah telah meninggal, tinggal terpisah dengan anak, hingga tinggal serumah dengan anak, tetapi kehadirannya tak dirasakan anak. Karena itu, sejumlah kalangan penggiat keluarga menyebut Indonesia sebagai salah satu fatherless country, negeri dengan peran ayah sangat kurang. Keprihatinan itu membuat sejumlah kelompok penggiat pembangunan keluarga memperingati Hari Ayah Nasional setiap 12 November. Meski gaungnya sangat kurang, peringatan yang dilakukan sejak 2006 itu diharapkan mampu meningkatkan kepedulian ayah terhadap anaknya.Lemahnya peran ayah tersebut tecermin dalam survei nasional Kualitas Pengasuhan Anak Indonesia 2015 yang dilakukan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Hasilnya, peran ibu masih sangat dominan dalam semua indikator yang diukur. Peran ayah hanya sedikit lebih unggul dalam isu teknologi terkait pemberian dan pengawasan media digital.Proses identifikasi diri Wakil Ketua KPAI Rita Pranawati mengatakan, sosok ayah, bagi anak laki-laki dan perempuan, berperan dalam pembentukan sifat maskulin, seperti ketegasan dan keberanian. Penanaman sifat maskulin itu dilakukan dengan cara ayah yang unik, seperti berlarian, bermain bola, memancing, atau naik kuda-kudaan. Aneka stimulus tersebut untuk menggerakkan sistem motorik kasar anak.Meski sifat maskulin bisa diperoleh dari ibu, hal itu tak dominan. Dari ibu, anak lebih banyak belajar sifat feminin, seperti kasih sayang dan ketelatenan untuk menggerakkan sistem motorik halusnya. Cara yang digunakan biasanya seperti menulis, menyanyi, dan memasak. "Ketidakhadiran ayah akan mengganggu proses identifikasi diri anak," kata Rita. Depresi, melambatnya perkembangan mental, rendahnya kemampuan belajar, tawuran anak sekolah, perundungan, serta konsumsi alkohol dan obat terlarang adalah sebagian akibat kurangnya peran ayah dalam pengasuhan. Peningkatan risiko obesitas, bunuh diri, jadi korban atau pelaku pelecehan seksual, kehamilan tak diinginkan, hingga perubahan orientasi seksual juga akibat tidak hadirnya sosok ayah dalam diri anak. Bahkan, tingginya angka putus sekolah hingga meningkatnya kemiskinan juga bisa dipicu akibat rendahnya tingkat kedekatan ayah dengan anak.Kuatnya dikotomi peran ayah dan ibu membuat sebagian besar calon ayah dan ayah enggan belajar tentang cara pengasuhan dan perawatan anak, apalagi terlibat dalam pengasuhan anak. Ayah juga lebih sibuk memenuhi kebutuhan ekonomi anak dan lupa bahwa anak tidak hanya butuh uang mereka. Sudibyo, yang juga Ketua Umum Ikatan Ahli Parenting Indonesia (iParent), mengajak ayah untuk terlibat dalam pengasuhan dan perawatan anak sejak kehamilan istri hingga anak menjelang dewasa. "Keseimbangan kasih sayang ayah dan ibulah yang membuat anak tumbuh optimal," katanya. (MZW)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000