Israel dan Saudi Diduga Hendak Bersekutu Melawan Iran
METULA, JUMAT — Israel dan Arab Saudi, sekalipun tidak memiliki hubungan diplomatik yang resmi, diduga sedang membangun persekutuan untuk melawan musuh bersama mereka, yakni Iran.
Spekulasi tentang kemungkinan Israel dan Arab Saudi melakukan aksi militer gabungan untuk melawan Iran muncul setelah seorang jenderal Israel meladeni wawancara langka dengan situs berita Arab Saudi, seperti dilaporkan kantor berita Perancis, AFP, Jumat (17/11).
Namun, para analis juga tetap meragukan kemungkinan bagi Israel dan Arab Saudi bisa membangun persekutuan militer untuk melawan Iran yang semakin kuat pengaruhnya di Timur Tengah.
Meskipun Arab Saudi dan Israel tidak memiliki hubungan diplomatik resmi, mereka memiliki musuh bersama, yakni Teheran.
Meskipun Arab Saudi dan Israel tidak memiliki hubungan diplomatik resmi, mereka memiliki musuh bersama, yakni Teheran. Mereka berusaha membatasi pengaruh luas Republik Islam Iran di kawasan.
Ketegangan antara Arab Saudi dan Iran telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir. Perdana Menteri Lebanon yang didukung Riyadh, Saad Hariri, mengundurkan diri dengan alasan Iran semakin berpengaruh di negaranya melalui kehadiran kelompok Hezbollah.
Kelompok Hezbollah yang didukung Iran dan sangat mendominasi politik Lebanon merupakan musuh besar Israel seusai terlibat perang besar pada 2006.
Hezbollah dan Iran telah menuduh Arab Saudi menekan Israel untuk melancarkan serangan terhadap Hezbollah Lebanon.
Arab Saudi juga menuduh Iran ikut campur tangan dalam Perang Yaman dengan memberikan dukungan logistik bagi pemberontak Houthi untuk melawan pemerintahan yang didukung Riyadh.
Dalam konteks ini, komentar oleh Kepala Staf Militer Israel Gadi Eisenkot kepada Elaph, situs berita milik pengusaha Arab Saudi yang berbasis di Inggris, menimbulkan kehebohan di kawasan.
Eisenkot mengatakan, Israel dan Saudi berada dalam ’kesepakatan penuh’ bahwa Iran adalah ancaman terbesar Timur Tengah.
Eisenkot mengatakan, Israel dan Saudi berada dalam ”kesepakatan penuh” bahwa Iran adalah ancaman terbesar Timur Tengah.
Dia juga menambahkan, negara Yahudi ”siap untuk bertukar pengalaman dengan negara-negara Arab moderat dan bertukar informasi intelijen untuk menghadapi Iran”.
Meski Arab Saudi dan Israel tidak memiliki hubungan diplomatik formal, dua negara ini tidak pernah terlibat konflik atau perang secara langsung.
Eisenkot menegaskan, meski Arab Saudi dan Israel tidak memiliki hubungan formal, dua negara ini tidak pernah terlibat konflik atau perang secara langsung.
Spekulasi tentang aliansi formal Israel-Saudi telah bergerak lebih maju setelah Donald Trump terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat. Trump seorang pengkritik tajam Iran.
Menurut Eisenkot, kemenangan Trump telah menciptakan sebuah kesempatan bagi terbentuknya ”aliansi internasional baru di kawasan ini dan sebuah rencana strategis utama untuk menghentikan ancaman Iran”.
Meningkatnya kekuasaan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman juga menghasilkan kebijakan yang lebih terbuka. Ia melihat pengaruh Iran di kawasan, termasuk di Yaman, menguat.
Perjalanan luar biasa Trump ke Riyadh dan Israel bersama menantu yang juga penasihatnya, Jared Kushner, dilaporkan telah menghasilkan sebuah kesepakatan dengan Pangeran Mohammed.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga telah berbicara berulang kali dan dengan bangga meningkatkan hubungan dengan ’negara-negara Arab moderat’.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga telah berbicara berulang kali dengan bangga meningkatkan hubungan baik dengan ”negara-negara Arab moderat”.
Meski hanya menyebut ”negara-negara Arab moderat”, pernyataan Netanyahu itu menimbulkan asumsi bahwa yang dimaksudkannya adalah Arab Saudi dan negara kerajaan Teluk lainnya.
Israel merasa khawatir dan sangat terancam oleh kemajuan program nuklir Iran dan ada bahaya besar bahwa Teheran telah terlibat secara militer di Suriah.
Pada Kamis (16/11), dari sebuah pos pandang dekat Metula, kota paling utara Israel yang diapit Lebanon di tiga arah, sebuah tank pengangkut meriam Israel tampak mondar-mandir di sana.
”Hezbollah ada di sini, kita melihatnya dan aktivitasnya siang dan malam,” kata Letnan Kolonel Elad Efrati, yang memimpin batalyon yang menjaga perbatasan sepanjang 25 kilometer di Israel utara.
Presiden Iran Hassan Rouhani, Rabu (15/11), menuduh Riyadh meminta Israel untuk mengebom Lebanon dan menyebut hal itu sebagai ”memalukan”.
Namun, Eisenkot mengatakan, Israel tidak berniat untuk ”memulai” konflik dengan Hezbollah. Para pengamat juga mengatakan, Israel takkan membangun kerja sama militer untuk menghadap Iran. (AFP/AP)