Indonesia Kekurangan Kuda Level Internasional
DEPOK, KOMPAS — Dari 18 atlet ketangkasan berkuda yang disiapkan ke Asian Games 2018, jumlah kuda yang memenuhi kualifikasi bertanding di tingkat internasional baru separuhnya. Padahal, mereka ditargetkan meraih medali emas pada ajang itu.Manajer tim nasional equestrian Indonesia, Fatchul Anas, mengatakan, cabang berkuda ditargetkan meraih satu medali emas pada Asian Games 2018. Larasati Gading, peraih dua emas SEA Games 2015, adalah salah satu atlet yang diandalkan. "Larasati siap ikut serta, tetapi kuda andalannya sudah mati. Kami belum bisa mencarikan kuda yang tepat," ujar Anas saat menyaksikan Kejuaraan Sekolah Berkuda Djiugo, Depok, Sabtu (18/11).Para atlet akan mengikuti nomor tunggang serasi (dressage), loncat rintang (jumping), dan trilomba (eventing). Mereka membutuhkan kuda berstandar internasional. "Sebagus-bagusnya atlet, kalau tidak ada kudanya, juga percuma," ujar Anas.Kepala Bidang PB Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) itu menyatakan telah mengajukan anggaran untuk pengadaan kuda. Namun, hingga kini belum ada kejelasan dari pemerintah. Menurut dia, kuda lokal tidak bisa bersaing di kompetisi internasional, baik dari segi genetik yang memengaruhi bentuk fisiknya maupun keterampilan.Kuda yang mengikuti kompetisi internasional harus punya jam terbang tinggi, sedangkan lomba internasional di Indonesia sangat jarang. Harga satu kuda sekitar Rp 5 miliar-6 miliar, dengan biaya perawatan sekitar Rp 15 juta per bulan. Karena itu, Anas mengajukan alternatif untuk menyewa kuda sehingga kuda berstandar internasional didapat tanpa biaya terlalu besar.Namun, Pordasi tetap menyiapkan pelatnas. Nomor tunggang serasi dan loncat rintang akan digelar di Jerman dan Belanda. Adapun lintas alam dilakukan di Pulomas, Jakarta. (DD01)