logo Kompas.id
Penggunaan Bahan Berbahaya...
Iklan

Penggunaan Bahan Berbahaya Masih Terjadi

Oleh
· 2 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Keamanan pangan masih menjadi masalah serius di Indonesia. Itu ditandai maraknya penggunaan bahan berbahaya untuk pangan sehingga membahayakan kesehatan konsumen. Untuk itu, seluruh komponen masyarakat dari hulu hingga hilir perlu berperan mewujudkan masyarakat sehat.Berdasarkan hasil pengawasan yang dilakukan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tahun 2016, dari 7.752 sampel yang diuji, ditemukan 7,29 persen sampel mengandung bahan berbahaya, seperti formalin, boraks, methanol yellow, dan rhodamin B. Selain itu, dari hasil pengawasan Pusat Informasi Pangan Jajanan Anak Sekolah, BPOM menemukan 39 persen dari 627 sampel jajanan anak sekolah tercemar mikroba dan mengandung pemanis buatan berlebihan.Kepala BPOM Penny Kusumastuti Lukito, pada peresmian "Gerakan Masyarakat Hidup Sehat Sadar Pangan Aman", di Jakarta, Kamis (23/11), mengatakan, perlu komitmen bersama guna menjaga keamanan pangan nasional. Itu harus dibangun dari hulu, yakni pemerintah, industri pangan, hingga hilir, yakni masyarakat."Perlu tindakan preventif dan promotif, mulai dari proses produksi bahan makanan di industri, penyediaan di rumah tangga, hingga cara konsumsi agar aman cemaran fisik, kimia, dan mikrobiologi," ujarnya.Terkait hal itu, BPOM mencanangkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat Sadar Pangan Aman. Targetnya, pada 2017, ada 2.100 desa aman pangan, 21.000 usaha mikro, kecil, dan menengah diberdayakan mengolah pangan sehat, serta 600 pasar aman dari bahan berbahaya. Banyak soal keamanan pangan terjadi karena pelaku usaha, terutama industri rumah tangga, kurang paham kebersihan dalam produksi. Selain itu, banyak pengusaha memberikan bahan tambahan melebihi batas dan penggunaan bahan berbahaya pada makanan diproduksi. Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani memaparkan, semua komponen bangsa yang terlibat di rantai pangan harus meningkatkan keamanan pangan dari produksi, peredaran, sampai konsumsi. Itu diikuti pengawasan ketat, misalnya sertifikat dari BPOM menyatakan pangan teruji aman. Selain itu, BPOM mengenalkan bahan pengawet alternatif untuk produksi tahu. "Formalin ditemukan pada tahu, mi, bakso, dan ikan asin. Itu berbahaya bagi kesehatan, seperti merusak otak dan ginjal," kata Penny.Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya BPOM Suratmono menyampaikan, BPOM mengkaji bahan substitusi formalin untuk tahu. Peneliti pengawet tahu pengganti formalin, Akhmad Supriyatna, menjelaskan, bahan pengawet tahu bisa dihasilkan dari fermentasi pisang dengan bakteri tertentu. (DD04)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000