Kereta Bandara Soekarno-Hatta Diresmikan Pekan Depan
TANGERANG, KOMPAS — Pemerintah memastikan kereta api penumpang Bandara Soekarno-Hatta akan diresmikan pekan depan dan kereta direncanakan untuk beroperasi secara penuh pada 1 Januari 2018.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyatakan, kereta api (KA) Bandara Soekarno-Hatta dalam satu atau dua hari ke depan akan diuji secara lebih intensif. Hal tersebut dilakukan karena Presiden Joko Widodo direncanakan meresmikan proyek tersebut.
Menurut rencana, pada awal operasional, Railink akan mengoperasikan tujuh rangkaian kereta dengan 82 perjalanan. Tarif yang berlaku untuk sementara adalah Rp 30.000.
”Sekarang masih kami lakukan uji coba, tetapi sejauh ini cukup baik,” ujar Budi Karya, selesai diskusi BUMN ExposeInfrastruktur untuk Peningkatan Produktivitas dan Mobilitas Masyarakat, di Tangerang, Selasa (5/12).
Budi Karya menghadiri acara diskusi BUMN ExposeInfrastruktur untuk Peningkatan Produktivitas dan Mobilitas Masyarakat menggunakan KA Bandara yang sedang dalam masa uji coba.
Dia menyatakan, KA Bandara berangkat dari Stasiun BNI City, yang sebelumnya bernama Stasiun Sudirman Baru, hingga tiba di Stasiun Bandara Soekarno-Hatta dalam waktu 45 menit.
PT Railink, sebagai operator kereta bandara, melakukan uji coba dengan rute Stasiun Manggarai hingga Stasiun Bandara Soekarno-Hatta. Uji coba itu bertujuan untuk melihat kesiapan KA bandara secara keseluruhan, baik dari sisi sarana, infrastruktur, fasilitas, maupun sistem tiket.
Selama uji coba, jalur kereta tujuan Stasiun Batuceper-Stasiun bandara Soekarno-Hatta menjadi lebih stabil dan dapat dilalui dengan kecepatan yang lebih tinggi dari sebelumnya.
KA bandara sempat mengalami gangguan teknis saat perjalanan karena masalah pada pantograf, alat yang berfungsi untuk memperbesar atau memperkecil sebuah peta atau gambar.
”Evaluasi dan perbaikan terus kami lakukan,” kata Diah Suryandari, JM Marcomm & PR PT Railink. PT Railink juga sedang melakukan evaluasi bersama mitra, yaitu PT Industri Kereta Api (INKA) sebagai mitra mengenai masalah tersebut.
Kereta Bandara Soetta, ketika beroperasi penuh pada 1 Januari 2018 nanti, akan memiliki 10 rangkaian kereta. Setiap rangkaian terdiri atas enam kereta dengan jumlah total 272 kursi per rangkaian kereta. Kereta dapat mengangkut 33.728 penumpang per hari.
Sementara itu, target ideal perjalanan adalah 124 perjalanan bolak-balik dengan waktu antara 15 menit.
Fasilitas premium yang dimiliki kereta adalah semua penumpang memperoleh tempat duduk, dua tempat bagasi, soket USB, AC, internet, serta toilet untuk pria dan wanita. Waktu tempuh kereta dari Stasiun Manggarai ke Stasiun Bandara Soekarno-Hatta adalah 55 menit.
PT Railink telah mengembangkan sistem pemesanan tiket sendiri dengan nama Airport Railways Ticketing System (ARTS). Pemesanan tiket dapat dilakukan secara nontunai melalui aplikasi, situs perusahaan, dan mesin tiket elektronik.
Tarif masih dibahas
Mengenai tarif tiket, pemahaman masyarakat diperlukan karena merawat fasilitas membutuhkan biaya. Pembangunan KA Bandara Soetta menggunakan dana investasi PT Kereta Api Indonesia (Persero) dan PT Angkasa Pura II (Persero) tanpa bantuan dari APBN.
Sejauh ini, pemerintah masih sepakat tarif sebesar Rp 100.000 ketika kereta mulai beroperasi penuh pada 1 Januari 2018.
”Tarif sedang kami bahas. Kemarin Presiden berkata tarif agak mahal jadi kita akan kaji di angka yang lebih bersahabat,” kata Budi Karya. Menurut dia, keputusan tarif KA Bandara Soetta berada dalam kewenangan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan PT KAI.
Menurut Budi Karya, KA Bandara merupakan salah satu bentuk layanan pemerintah kepada masyarakat. Bertambahnya layanan KA diharapkan dapat mendorong suatu gaya hidup baru bagi bangsa Indonesia.
Gaya hidup yang dimaksud adalah beralihnya kecenderungan masyarakat untuk menggunakan kendaraan pribadi ke kendaraan umum dalam kehidupan sehari-hari.
”Kami ingin masyarakat menggunakan angkutan yang merupakan angkutan masa depan secara maksimal,” kata Budi Karya. Pemerintah juga sementara membangun moda transportasi masal, seperti mass rapid transit (MRT) Jakarta, light rail transit (LRT), dan bus.
Keberadaan KA diharapkan dapat membantu mengurangi kemacetan. Dalam kajian yang telah dilakukan, sekitar 20 persen hingga 30 persen masyarakat pengguna kendaraan bermotor akan beralih menggunakan KA ketika menuju Bandara Soetta.
Pembangunan butuh dana besar
Dalam diskusi BUMN ExposeInfrastruktur untuk Peningkatan Produktivitas dan Mobilitas Masyarakat, Budi Karya menyatakan, dibutuhkan dana Rp 1.500 triliun untuk membangun infrastruktur di sektor perhubungan.
Dana APBN untuk sektor tersebut paling tinggi yang pernah dikeluarkan untuk pemerintah adalah Rp 500 triliun.
”Ada gap besar. Infrastruktur tidak ke mana-mana, kenapa tidak kerja sama dengan pihak swasta dari dalam dan luar negeri? APBN bisa dipakai untuk bangun infrastruktur di pelosok sebagai gantinya,” tutur Budi Karya.
Berdasarkan data dari Kementerian Keuangan, APBN tahun 2017 memberikan jatah Rp 387,3 triliun dari total Rp 2.080 triliun untuk pembanguan infrastruktur, yang terdiri dari pembangunan jalan, jembatan, pelabuhan laut, bandara, jalur kereta api, dan terminal.
Adapun RAPBN 2018 untuk pembangunan infrastruktur meningkat menjadi Rp 409 triliun dari total Rp 2.220,7 triliun. ”Pembangunan dilakukan di daerah yang ujung dan terpinggirkan,” ujar Budi Karya. Hal ini dilakukan agar daya saing Indonesia meningkat.
Menteri BUMN Rini Soemarno menambahkan, pembangunan dilakukan berdasarkan konsep Indonesia sentris dengan menghubungkan satu daerah ke daerah yang lain.
”Konektivitas di Indonesia masih sangat lemah. Konektivitas laut dan udara juga harus ditingkatkan dengan mengembangkan pelabuhan dan bandara guna menurunkan biaya pengiriman atau memproduksi barang,” tutur Rini. (DD13/DD15)