Kelelahan tidak bisa disembunyikan dari raut wajah Restu Adam (30), saat mencapai finis lari ultramaraton NusantaRun Chapter 5 di tepi Telaga Cebongan di Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah, Sabtu (16/12), pukul 22.30. Namun, pegawai hotel di Makassar (Sulawesi Selatan) itu puas bisa menaklukkan tantangan berlari menempuh jarak 127,9 kilometer dalam waktu lebih dari 24 jam nonstop.
”Tanjakannya banyak, itu tantangan. Namun, pemandangannya mantap, alami, dan udaranya sejuk,” kata Restu.
Suasana pegunungan dan pemandangan yang indah di Dieng memang menjadi ”obat” atas kelelahan yang Restu dan 223 pelari lainnya yang turut dalam ajang NusantaRun itu. Namun, ”obat” yang sesungguhnya adalah keberhasilan mereka menyelesaikan misi berlari untuk mengumpulkan donasi bagi pengembangan kualitas 530 guru di Dieng.
Salah satu pendiri Nusantara Run, Christopher Tobing, menyatakan, misi mengumpulkan donasi tersebut dilatarbelakangi keprihatinan atas hasil kompetensi guru pada 2016, yang menempatkan guru-guru di daerah itu pada urutan terendah. Dari target donasi sebesar Rp 2 miliar, terkumpul sekitar Rp 1,69 miliar. Donasi akan disalurkan melalui Indonesian Overseas Alumni (IOA) serta untuk mendukung gerakan #GurukuMaju.
”Donasi yang terkumpul untuk mendukung program peningkatan kualitas guru, misalnya untuk pelatihan leadership, kreativitas dalam mengajar, mengajar secara efektif, dan membuat kelas menarik bagi anak-anak,” kata Christopher.
Ajang ultramaraton kali ini terbagi dua, yakni menempuh jarak 127,9 km yang dimulai hari Jumat (15/12) pukul 22.00, serta menempuh jarak 62,4 km yang dimulai Sabtu siang. Tidak ada pemenang ataupun hadiah bagi peserta pada ajang ini. Sejumlah 97 pelari menempuh jarak 127,9 km, sedangkan 127 lainnya menempuh jarak 62,4 km. Mereka berasal dari sejumlah daerah, baik dari Pulau Jawa maupun luar Pulau Jawa.
Budiman (23), karyawan PT Pertamina di Cilacap, tertarik untuk ikut berlari karena ingin berkontribusi dalam menggalang donasi bagi pendidikan. Persiapan untuk mengikuti ajang ini dilakukan sejak tiga bulan lalu dengan rutin berlari 5 kali seminggu.
”Lari itu melatih kesabaran. Khusus di ajang ini, kita juga diajak peduli pada pendidikan di Nusantara,” kata Budiman yang hobi berlari sejak 2014 dan memilih untuk menempuh jarak 62,4 km itu.
Pelari lainnya yang tidak kalah bersemangat adalah Hamzah Haruna (35) yang biasa dipanggil dengan nama Ancha. Pelari dari Makassar ini hampir selalu berlari tanpa alas alias.
”Saya senang dengan misi NusantaRun karena bisa menggabungkan lari dengan donasi. Selain itu, dengan berlari saya juga bisa keliling Indonesia,” kata Ancha yang pernah ikut ajang Bali Marathon dan Sydney Marathon. Pada ajang ini, Ancha menempuh jarak 127,9 km.
Sejumlah pelari putri juga tampak antusias dan bersemangat. Misalnya Sekarsari (40) dan Vonny Anggraini (44), keduanya dari Jakarta memilih berlari pada jarak 127,9 km. Sekarsari yang merupakan kepala taman kanak-kanak di suatu sekolah di Jakarta menyampaikan, misi donasi bagi pendidikan terutama peningkatan kualitas guru merupakan hal yang pokok.
”Jika guru yang mengajarnya baik tentu berpengaruh pada muridnya,” kata Sekarsari.
Sementara bagi Vonny, donasi bagi peningkatan kualitas guru merupakan penting. ”Guru merupakan pilar pendidikan. Ini menjadi akar permasalahan pendidikan kita sehingga butuh pengembangan agar kompetensinya lebih bagus,” ujarnya. (DKA)