Kepala Seksi Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang Didik Wahyu Nugroho mengatakan, pencarian itu dihentikan karena hingga Selasa siang tidak ada lagi laporan warga kehilangan anggota keluarganya.
”Karena tidak ada yang melapor, kami putuskan tidak perlu mencari korban lagi,” ujarnya, kemarin.
Sebelumnya, aktivitas pencarian dilakukan sejak Senin hingga Selasa siang. Pencarian itu melibatkan 150 personel gabungan dan tiga alat berat. Delapan orang ditemukan meninggal dan delapan lainnya luka-luka.
”Akan tetapi, kami akan kembali mencari korban apabila ada laporan baru,” kata Didik.
Selain itu, Didik mengatakan, tebing yang retak di sekitar lokasi kejadian juga diruntuhkan. Tujuannya mencegah kejadian serupa muncul di kemudian hari.
Kepala Kepolisian Resor Magelang Ajun Komisaris Besar Hari Purnomo mengatakan, pihaknya akan terus mengawasi potensi longsor, termasuk aktivitas penambangan di sekitar daerah tersebut.
”Kami akan mengingatkan petambang agar jangan mengeruk pasir dan batu di sekitar tebing rawan longsor,” ujar Hari.
Rendam sawah dan rumah
Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, mengakibatkan dua desa tergenang banjir luapan air Sungai Porong. Desa Kupang dan Desa Semambung di Kecamatan Jabon direndam air dengan ketinggian 30-50 sentimeter.
Banjir sejak hari Minggu itu masih terjadi hingga Selasa kemarin. Di Desa Kupang, banjir menggenangi puluhan rumah warga. Sementara di Desa Semambung, banjir menggenangi 40 hektar dari 130 hektar sawah. Akibatnya, tanaman padi berumur dua minggu hingga sebulan tidak tumbuh dengan baik dan mulai membusuk.
”Petani rugi ratusan juta rupiah karena seluruh tanaman itu rusak,” ujar Kepala Desa Semambung Jauhari.
Kepala Pelaksana BPBD Sidoarjo Dwidjo Prawito mengatakan, pihaknya masih mendata jumlah rumah terdampak banjir di Kecamatan Jabon.
”Banjir ini merupakan bencana tahunan dipicu lubernya Sungai Porong di antara daerah perbatasan Kabupaten Sidoarjo dengan Kabupaten Pasuruan,” katanya.
Tangguh bencana
Sementara itu, warga sekitar Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, didorong terus meningkatkan kemampuan diri menghadapi bencana lewat program Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (Sibat). Program itu kini berjalan di delapan desa di Kecamatan Balen, Dander, Bojonegoro Kota, dan Trucuk.
Sekretaris Palang Merah Indonesia Bojonegoro Suko Widodo mengatakan, Sibat memperkenalkan banyak program bagi masyarakat. Warga diajak belajar menyusun peraturan desa tentang kebencanaan, pengolahan sampah rumah tangga, hingga sosialisasi terkait kebencanaan di sekolah.
Bupati Bojonegoro Suyoto menyebutkan, sekitar 140 desa di 13 kecamatan rawan banjir. Dia berharap Sibat bisa membantu kesiapan masyarakat menghadapi bencana. (EGI/NIK/ACI)