Ragam Pustaka
Buku yang berisi 23 tulisan tokoh bangsa ”anak tiga zaman” lahir dari ide Dr Daoed Joesoef, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1978-1982. Harapannya, kumpulan tulisan itu menjadi rekaman monumental, baik individual maupun kolektif, menjawab pertanyaan What’s your dream? Bagaimana mimpi mereka tentang Indonesia di masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, dan Indonesia merdeka?
Mereka, para guru keluhuran yang menuliskan mimpinya dalam buku ini, ingin mewariskan semangat juang yang tak pernah padam hingga di usia senja. Para penulis yang berlatar belakang berbagai profesi ini sebenarnya telah memberikan kontribusi besar bagi bangsanya, tetapi tak berhenti membangun harapan bagi Indonesia yang lebih baik. Mereka para saksi hidup yang mengalami pahit getirnya penjajahan, pahit manisnya hidup di tiga era pasca-kemerdekaan. Yang tidak pernah berhenti menyumbangkan tenaga dan pikirannya untuk masa depan Indonesia.
Ibarat sumur yang tak pernah kering, mimpi-mimpi para tetua yang disajikan buku ini menjadi sumber inspirasi dan refleksi bagi generasi muda, tanpa ingin menggurui, memaksakan pandangan, apalagi mengultusindividukan diri mereka. Tulus mengajak sejenak melambat memberikan makna meraih impian. (YKR/LITBANG KOMPAS)
Sisi Lain Daoed joesoef
Bagi kalangan intelektual, nama Daoed Joesoef tentu bukan nama yang asing. Tokoh lintas zaman yang lahir di Medan ini sekarang berusia 91 tahun, tetap produktif menuangkan pemikirannya dalam tulisan. Tulisannya dikenal mendalam, kritis, dan reflektif. Daoed Joesoef merupakan salah satu tokoh pendidikan yang menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada masa Orde Baru.
Dunia pendidikan yang menjadi medan perjuangan Daoed Joesoef tak sebatas pendidikan formal, tetapi juga pendidikan dalam arti luas, saat nalar dan naluri menjadi daya hidup yang memungkinkan manusia mengembangkan dirinya. Manusia sebagai animal rationalis. Dalam kaitan ini Hari Tjan Silalahi menulis bahwa dalam banyak kesempatan Daoed Joesoef menyitir ungkapan filsuf Perancis, Rene Descartes, cogito ergo sum (saya berpikir maka saya ada). Judul tulisan Hari Tjan yang menjadi pembuka bagi 47 tulisan kesaksian para intelektual lainnya dipilih menjadi judul buku kumpulan tulisan Nalar dan Naluri: 70 Tahun Daoed Joesoef (CSIS, 1996). Sebuah buku yang dipersembahkan kepada Daoed Joesoef ketika berulang tahun ke-70.
Tema tulisan yang dihimpun terentang mulai dari kesaksian tentang sosok Daoed Joesoef, dunia pendidikan, kemasyarakatan, keadilan dan hukum, kehidupan politik, hubungan internasional, ekonomi, hingga tentang manusia dan alam semesta. Menariknya, setiap kelompok tulisan dalam buku setebal 676 halaman ini, yang terbagi dalam beberapa bagian tematik, diberi judul dengan kata ”renungan dan kajian”. Pentingnya menyatukan kesadaran intelektual dan kekayaan spiritual dalam membaca tanda-tanda zaman. (YKR/LITBANG KOMPAS)