Pentagon tidak ingin mengulang hal yang kerap disebut sebagai kesalahan mereka pada tahun 2011. Kala itu, mereka menarik pasukan AS dari Irak dan kemudian berbuntut pada kemunculan NIIS yang berkembang hingga di luar Irak.
Menteri Pertahanan AS Jim Mattis belum lama ini menyatakan, misi Pentagon di Irak dan Suriah bergeser menjadi upaya stabilisasi dan pemastian gerakan kelompok NIIS tidak bangkit lagi untuk kedua kalinya. Oleh karena itu, Pentagon berketetapan tetap mempertahankan pasukan AS di Suriah selama mungkin.
”Waktu pemulihan yang lebih lama membutuhkan upaya dan waktu lebih banyak menyusul semua yang dilakukan NIIS. Sebab, mereka berkeras mempertahankan warga tidak bersalah di tengah zona pertempuran, dan itu menyebabkan wilayah permukiman rusak, demikian juga area publik,” tutur Mattis.
Salah satu hal paling dibutuhkan dari pasukan koalisi adalah membersihkan seluruh wilayah dari bom, ranjau, atau jebakan yang dipasang milisi NIIS. Lewat hal-hal seperti itu, NIIS meneror warga kebanyakan dan berupaya mempertahankan wilayah-wilayah yang telah direbutnya.
Dipimpin AS, pasukan koalisi terdiri atas 70 negara. Bergabung pula dalam koalisi itu sejumlah organisasi internasional, seperti Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan Interpol. Sejumlah negara, seperti Inggris, Perancis, Kanada, dan Australia, juga memperkuat pasukan koalisi lewat pasukan darat dan udara.
Seorang pejabat di Kementerian Luar Negeri AS menyatakan, sejumlah negara anggota koalisi diberi kesempatan mengambil peran lebih besar dalam koalisi. Salah satunya, melawan propaganda kelompok NIIS, pelatihan kepolisian, hingga dukungan pendanaan.
Tinggal 2 persen
Wilayah yang saat ini dikuasai NIIS diperkirakan tinggal 2 persen di Irak dan Suriah. Sejumlah negara anggota koalisi, seperti Perancis dan Australia, telah menarik kekuatan artileri dan armada udara mereka dari kedua negara itu. Pentagon menyatakan, misi pasukan pengebom mereka pun kini bisa lebih fokus dalam melawan kelompok Taliban di Afghanistan.
Pasukan koalisi membagi wilayah penjagaan mereka dengan fokus masing-masing di tiap wilayah. Di Irak, mereka menggelar misi stabilisasi serta memberikan pelatihan kepada pasukan Irak.
Sementara di Suriah, selain memastikan penjagaan dan stabilisasi wilayah per wilayah, pasukan koalisi juga mempertahankan dukungan atas milisi Pasukan Demokratik Suriah (SDF) Kurdi yang selama ini ikut memerangi NIIS. Hal ini diharapkan dapat mempermudah upaya pemastian tidak berkembangnya kelompok itu kembali.
”Jika kita mengulangi kesalahan-kesalahan seperti di Perang Irak, bisa saja aneka tragedi yang sama setelahnya juga terulang,” kata Steve Warren, pensiunan militer AS berpangkat kolonel, yang pernah menjadi juru bicara pasukan koalisi tahun 2015-2016. ”Mereka perlu memperkuat proses stabilisasi, hal itu tidak perlu dipertanyakan.”
Eksistensi NIIS bertahan dan dapat berkembang di sejumlah negara di luar Irak dan Suriah. Namun, Pentagon menilai, mempertahankan pasukan di kedua negara itu tetap jadi kunci untuk mencegah bangkitnya kembali NIIS di Irak dan Suriah.(AFP/REUTERS/BEN)