SOLO, KOMPAS — Pemerintah Kota Solo berencana merenovasi Pasar Legi, Solo. Kondisi bangunan Pasar Legi dinilai sudah kurang layak sebagai pasar induk.
”Pasar Legi termasuk pasar lama dan kondisinya kini sudah tidak representatif lagi dan di sini ada sekitar 3.500 pedagang,” ujar Kepala Dinas Perdagangan Solo Subagiyo di Solo, Jawa Tengah, Selasa (23/1).
Dari pantauan Kompas, bau tidak sedap sudah menyambut pengunjung sebelum masuk ke dalam pasar. Memasuki bangunan pasar, pencahayaannya kurang sehingga terkesan gelap.
Pasar Legi awalnya hanya berupa los sederhana pada masa Mangkunegara I memimpin Kadipaten Mangkunegaran di Solo. Semasa kepemimpinan Mangkunegara VII, Pasar Legi dibangun menjadi lebih modern pada 1936. Pada 1992, Pasar Legi dipugar Pemerintah Kota Surakarta menjadi dua lantai. Renovasi pernah dilakukan tahun 2006.
Subagiyo mengatakan, pembangunan Pasar Lagi diperkirakan membutuhkan anggaran Rp 200 miliar. Pasar Legi akan dikonsep sebagai pasar induk atau pasar distribusi. Jumlah lantai bakal ditambah serta dilengkapi lantai basemen dan semibasemen untuk area parkir.
Subagiyo belum bisa memastikan waktu pelaksanaan pembangunan Pasar Legi. Pasalnya, Pemkot Solo hingga kini kesulitan mendapatkan tempat untuk membuat pasar darurat bagi pedagang saat Pasar Legi dibongkar dan dibangun.
Beberapa lahan kosong di sekitar area pasar yang berada di sisi utara Istana Pura Mangkunegaran tidak mencukupi untuk pasar darurat yang bisa menampung semua pedagang. ”Pedagang juga tidak mau kalau pasar darurat itu dibuat jauh dari pasar lama,” katanya.
Subagiyo mengatakan, rencana pembangunan Pasar Legi merupakan kelanjutan upaya Pemkot Solo merevitalisasi pasar-pasar tradisional. Dari 44 pasar tradisional di Solo, saat ini masih ada 11 pasar yang belum direvitalisasi, antara lain Pasar Legi, Jongke, Joglo, Purwosari, Penumping, Jebres, Tunggulsari, Sidomulyo, Harjodaksino, dan pasar ayam.