Masa Transisi
Salah satu pesan transisi adalah bahwa kita tidak bisa menjadi orang yang terus sama, yang melakukan hal sama sepanjang hidup kita. Bila Anda masih muda dan membayangkan bahwa dari usia 30 sampai kematian, hidup adalah satu stabilitas yang tidak terputus, kenyataannya hal ini jarang terjadi. Jika hidup terasa terlalu tenang, Anda sendiri yang justru akan memilih untuk melakukan perubahan.
Pengertian transisi
Schlossberg (1998) mendefinisikan transisi sebagai setiap peristiwa atau bukan peristiwa yang menghasilkan perubahan hubungan, rutinitas, asumsi, dan peran. Penting untuk dicatat bahwa persepsi memainkan peran kunci dalam transisi sebagai peristiwa atau nonperistiwa, memenuhi definisi transisi hanya jika hal itu ditentukan oleh individu yang mengalaminya. Untuk memahami makna bahwa transisi terjadi pada seseorang, jenis, konteks, dan dampak transisi harus dipertimbangkan.
Jenis transisi
- Transisi yang diantisipasi: sesuatu yang diduga dapat terjadi, seperti lulus dari perguruan tinggi lalu masuk dunia kerja, masuk masa pensiun, menikah, menjadi orangtua baru, anak sekolah di luar kota.
- Transisi yang tidak diantisipasi: tidak dapat diprediksi atau dijadwalkan, seperti perceraian atau kematian mendadak dari orang yang dicintai, cedera tubuh hebat sehingga tak bisa berjalan tanpa alat bantu.
- Nonperistiwa: transisi yang diharapkan tetapi tidak terjadi, seperti kegagalan masuk ke sekolah musik.
- Konteks mengacu pada hubungan seseorang dengan transisi dan pengaturan di mana transisi berlangsung. Misalnya, setelah anak menikah, anak dan menantu tinggal serumah bersama mereka untuk sementara.
- Dampak ditentukan oleh sejauh mana transisi mengubah kehidupan sehari-hari seseorang. Misalnya, setelah tidak menjabat, tak bisa lagi menempati rumah dinas dan mendapat fasilitas lainnya.
Bridge (1980) mengatakan bahwa salah satu hal menarik tentang transisi adalah kehadiran atau caranya datang yang tanpa diharapkan/secara tiba-tiba. Misalnya, seorang pria baru saja mendapat promosi hebat dalam pekerjaan. Keluarganya sekarang bisa mendapatkan semua materi yang mereka inginkan, tetapi secara psikologis dia merasa sulit menghadapinya. Mengapa? Ternyata sang pria jadi tak punya waktu untuk bersantai dengan anak-istrinya. Kita semua memiliki pola hidup masing-masing dan dengan transisi yang ada, tak peduli apakah kita bahagia dengan hal tersebut atau tidak. Namun, ketika hal itu berubah, terjadi juga suatu kehilangan.
Lebih lanjut dikatakan oleh Bridge bahwa kita semua memiliki gaya yang berbeda dalam menghadapi suatu akhir cerita, tetapi setiap akhiran dapat membangkitkan kembali rasa sakit atau malu yang terdahulu. Jika Anda merasa tidak layak sebagai anak kecil, setiap kegagalan yang tampak di kemudian hari akan membawa rasa sakit secara tiba-tiba, saat Anda diingatkan akan ketidakberhargaan yang dirasakan. Meski terkadang ada pula orang yang melihat sebuah akhir bukan sebagai sesuatu yang final, hal itu dianggap sebagai tahap yang diperlukan untuk membawa kehidupan baru.
Pada umumnya, cukup banyak orang yang takut kehilangan kontrol atas situasi kehidupan mereka saat terjadi perubahan atau transisi. Peran dan tanggung jawab mereka bisa berubah, seperti contoh di atas, dan masa transisi menjadi masa yang panjang dan kurang dapat diselesaikan secara efektif.
Tips mengatasi masa transisi
(Dipetik dari Coping with Transitions in Life yang dipublikasikan oleh J & S Garrett Pty Ltd, Australia).
1. Cobalah untuk mengantisipasi perubahan. Mengidentifikasi berbagai faktor yang menyebabkan dan perencanaan untuk perubahan membutuhkan fleksibilitas berpikir, bukan kekakuan. Keyakinan yang dimiliki orang-orang yang sangat cemas menghadapi transisi cenderung menyebabkan perkiraan ancaman yang berlebihan. Karena itu, adanya pengetahuan yang lebih jelas tentang perubahan tersebut dan hal-hal yang sebenarnya mungkin diperlukan dapat mencegah pemikiran melebih-lebihkan sifat dan dampak dari transisi.
2. Memelihara pertemanan dan jaringan sosial untuk mempertahankan atau mengembangkan minat dan aktivitas baru sehingga menghentikan Anda dari kondisi tersendat dan menerima tantangan baru yang dibekali oleh kepercayaan diri, keterampilan, dan pengetahuan.
3. Memelihara kesehatan fisik dan emosional. Anda memerlukan kekuatan tubuh dan pikiran untuk menghadapi tantangan yang terlibat dalam perubahan atau transisi. Olahraga teratur, diet seimbang dan bergizi, tidur berkualitas dan relaksasi, serta membatasi asupan merangsang, seperti alkohol, kopi, dan zat lainnya akan membantu Anda merasa berenergi dan mampu mengatasi stres.
4. Tetap berpikiran terbuka. Cobalah bersikap obyektif dan menghindari pengambilan keputusan yang terlalu cepat tanpa memahami sifat dari perubahan yang ada dan konsekuensinya. Anda mungkin juga menyukai perubahan saat awalnya tidak terlihat terlalu menarik.
5. Kumpulkan informasi untuk dipelajari. Ketakutan akan hal yang tidak diketahui bisa menjadi sumber besar untuk memelihara siklus stres dan pengabaian. Transisi dapat mendorong ketidakpastian bagi banyak orang. Memahami bagaimana perubahan bekerja serta perubahan apa yang mungkin terjadi akan membangun kepercayaan diri Anda untuk beradaptasi terhadap perubahan. Anda bisa melakukan penelitian di internet atau pergi ke perpustakaan setempat dan mempelajari perubahan apa yang mungkin terjadi. Menyiapkan diri dan memiliki beberapa informasi dapat mengurangi ketidakpastian dan kekhawatiran yang menimbulkan kegelisahan.
6. Pertimbangkan bergabung dengan kelompok pendukung. Pengalaman bisa menjadi guru yang hebat. Orang lain yang pernah mengalami transisi mungkin bisa berbagi cerita mereka dengan Anda. Tujuan kelompok pendukung adalah untuk membantu memahami dan saling mendukung saat mereka berusaha mengatasi perubahan.
7. Pelihara rasa humor. Kita tahu bahwa hidup seharusnya tidak menjadi malapetaka dan kesuraman. Kita semua memiliki kemampuan untuk tertawa dan menemukan humor yang paling ”gila” dari sesuatu hal. Dengan memiliki rasa humor, keseriusan menjadi agak menurun dan membuat perubahan terlihat tidak terlalu menakutkan atau sulit. Tonton film lucu, temui teman yang membuat Anda tertawa dan dapat melihat sisi lucu atau konyol dari transisi atau ”kesengsaraan” yang tengah Anda hadapi. Humor bagus untuk tubuh dan pikiran Anda saat dilepaskan energi terpendam dan mengurangi pembentukan kortisol yang dilepaskan selama stres, terutama tingkat stres kronis di mana kadar kortisol tinggi dapat merusak tubuh dan otak dalam melawan infeksi dan penyembuhan luka.
Mengatasi masa transisi jauh lebih membutuhkan energi, pemikiran, dan kearifan sikap. Karena itu, sangatlah tepat ungkapan Ralph Waldo Emerson berikut ini: Not in his goals but in his transitions man is great.