Klaim Trump di Davos
”Saya berada di sini untuk menyampaikan pesan singkat, yakni tidak ada waktu lebih baik untuk menyewa, membangun, berinvestasi, dan tumbuh di AS. Amerika terbuka bagi bisnis dan kami sekali lagi kompetitif,” tutur Trump dalam pidatonya.
Di depan forum itu, Trump mengisi pidatonya dengan aneka klaim keberhasilan setahun pemerintahannya, terutama dalam bidang ekonomi. Sejak terpilih menjadi presiden, Trump mengklaim penambahan 2,4 juta lapangan kerja baru di AS. Pada saat yang sama, Wall Street menambah kekayaan investor hingga 7 triliun dollar AS.
Ia pun mengklaim, pemotongan pajak oleh pemerintahannya sebagai tindakan paling signifikan dalam sejarah, pertama dalam hampir 40 tahun terakhir. Ia juga menonjolkan sosoknya sebagai satu-satunya pebisnis yang terpilih sebagai presiden.
Di depan para pemimpin keuangan global itu, Trump menyebutkan akan menempatkan AS pada urutan pertama di bidang perdagangan. Meskipun demikian, Trump mengatakan, AS terbuka bagi pebisnis.
Menurut Trump, dirinya tidak akan tinggal diam atas praktik-praktik perdagangan yang tidak adil, terutama dari sisi kepentingan AS. Sekali lagi, Amerika tidak menginginkan sebuah perang dagang menurut versi AS. Dalam kesempatan itu, Trump mengingatkan mitra-mitra dagang AS bahwa pemerintahannya tidak menoleransi praktik ketidakadilan perdagangan. Singkat kata, pidato itu adalah manifesto Trump tentang perdagangan dan pendekatan AS.
Resiprokal
Muncul kekhawatiran bahwa AS di bawah Trump bakal menghadirkan aneka kebijakan yang sifatnya mengeblok perdagangan bebas, protektif, dan menjadi lebih rumit dari kondisi sebelumnya.
Sementara di sisi lain para pemimpin dunia, seperti Presiden Perancis Emmanuel Macron, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, dan Perdana Menteri India Narendra Modi menekankan pentingnya globalisasi, sebagaimana hal itu juga menjadi tujuan forum di Davos.
Dalam pidatonya, Trump menginginkan reformasi sistem perdagangan bebas internasional menjadi lebih adil dan resiprokal. Trump merasa tidak nyaman dengan praktik pencurian hak intelektual yang masif serta campur tangan negara pada sebuah industri.
Trump mengaku lebih condong pada kesepakatan-kesepakatan perdagangan adil dengan negara lain, termasuk dengan 11 negara yang siap mencanangkan Kesepakatan Menyeluruh dan Progresif bagi Kemitraan Trans-Pasifik (CPTPP) sebagai pengganti TPP di mana AS telah menarik dirinya.
Trump mengatakan, jika CPTPP mengandung kepentingan AS, Washington bakal mempertimbangkan untuk bernegosiasi.
Ungkapan AS soal CPTPP menarik komentar sejumlah pihak. Ada nada positif, sekaligus skeptis. Mereka akan menunggu sikap dan tindakan Trump serta AS setelah forum WEF ini selesai digelar. Setahun dipimpin AS, mereka sudah tahu tipikal sosok kontroversial itu.
”Trump mengirim sebuah sinyal yang sangat penting tentang TPP, TPP adalah hal besar bagi kawasan,” kata mantan diplomat Singapura di Perserikatan Bangsa-Bangsa, Kishore Mahbubani, kepada AFP.
Wakil Presiden Komisi Uni Eropa Jyrki Katainen, yang menjadi figur paling senior yang hadir dalam sesi pidato Trump, mengatakan, adalah sesuatu yang positif bagi globalisasi jika AS ingin ikut ambil bagian dari sebuah kesepakatan perdagangan bebas.
”Namun, saya belum terlalu paham dengan omongan dan maksudnya, antara negosiasi ulang atau sebuah kesepakatan baru,” ujar Jyrki Katainen.
Tanpa AS, pakta CPTPP hanya mencakup sekitar 13,5 persen dari perekonomian global. Pakta perdagangan CPTPP menurut rencana ditandatangani di Chile pada Maret mendatang.
Rabu lalu di Tokyo, Menteri Ekonomi Jepang Toshimitsu Motegi menuturkan, CPTPP adalah mesin untuk mengatasi proteksionisme yang cenderung tumbuh di sejumlah bagian dunia. Oleh karena itu, Jepang pun tetap berharap AS terlibat dalam kesepakatan itu. Motegi mengatakan, Tokyo akan menjelaskan pentingnya kesepakatan CPTPP kepada Washington.
Dengan kata lain, pada penandatanganan kesepakatan, Maret mendatang, pakta tersebut akan tetap membuka diri bagi kehadiran AS. Harapan serupa juga disampaikan Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull, pekan lalu.
Menarik ditunggu ucapan, tindakan, dan kebijakan Trump selanjutnya, ke arah mana pendulum AS akan bergerak….