Luis Enrique, mantan Pelatih Barcelona, bersiap merantau ke London untuk melatih Chelsea. Enrique bahkan akan mengajak striker Barca, Luis Suarez, ke ”The Blues” jika nantinya jadi menggantikan manajer Chelsea saat ini Antonio Conte. Namun, kepindahan Enrique itu paling cepat terwujud pada awal musim depan.
Seperti diberitakan Metro.co.uk, manajemen Chelsea terus mencari kandidat manajer baru, terlepas posisi Conte saat ini masih aman. Menurut sejumlah media di Inggris, Conte diberi kesempatan hingga duel kontra Barcelona di fase 16 besar Liga Champions, pekan depan. Enrique masuk dalam daftar teratas kandidat pengganti Conte.
Berdasarkan tayangan El Chiringuito, program televisi di Spanyol, Enrique hanya bersedia melatih The Blues pada awal musim. Alasannya, ia ingin menangani klub dari awal serta membawa bekas stafnya di Barca, yaitu dari asisten, pelatih fisik, hingga psikolog. Saat ini, Enrique masih menjalani sabatikal alias liburan seusai mengundurkan diri dari Barca akhir musim lalu.
Roman Abramovich, pemilik Chelsea, dikabarkan kepincut dengan Enrique. Ia ingin mereplikasi kesuksesan Enrique bersama ”Blaugrana” di tanah Britania Raya. Pada musim pertamanya di Barca, 2014-2015, Enrique langsung memberikan tiga gelar, yaitu trofi Liga Spanyol, Piala Raja Spanyol, dan Liga Champions. Ia menjadi orang kedua setelah Pep Guardiola yang meraih treble di Barca.
Enrique merasa tertantang hijrah ke Inggris. Kehadirannya akan kian melengkapi daftar barisan manajer atau pelatih top di Liga Inggris. Ia akan ”bereuni” dengan Guardiola, sahabat lamanya, dan berhadap-hadapan dengan manajer top lain, seperti Jose Mourinho. Hanya, upaya The Blues menggaet Enrique akhir musim ini tidak akan berjalan mudah.
Syarat kepindahan
Enrique menjadikan Suarez sebagai salah satu ”syarat” kepindahannya. Striker asal Uruguay itu adalah salah satu pemain kesayangan Enrique saat memegang Barca pada 2014 hingga 2017. Saat diasuh Enrique, Suarez menjelma sebagai salah satu predator paling menakutkan di Eropa. Ia mengemas total 121 gol atau rata-rata 40 gol semusim selama tiga musim Barca diasuh Enrique.
Jika itu terwujud, Suarez akan kembali menginjakkan kaki di Liga Inggris, kompetisi yang terakhir kali diikutinya 2014 silam. Mantan pemain Liverpool itu akan berduet dengan bekas rivalnya di Liga Spanyol, Alvaro Morata.
Tawaran kembali ke Liga Inggris bakal sulit untuk ditolak Suarez. Ia masih penasaran dengan Liga Inggris, satu-satunya kompetisi tersengit di dunia yang belum pernah dimenanginya.
Empat musim silam, Suarez pernah begitu dekat dengan trofi itu. Ia tampil kesetanan di musim 2013-2014 dan nyaris membawa Liverpool juara Liga Inggris saat itu. Sayangnya, gelar juara itu ”tergelincir” dari tangannya jelang ”finis” musim itu. Trofi Liga Inggris bakal melengkapi prestasi pemilik 14 trofi itu.
Pembuktian diri
Enrique juga tidak kalah tertantang untuk melatih Chelsea. Itu menjadi kans baginya untuk membuktikan dirinya bisa hebat tanpa Barca. Sejumlah pihak menilai, kesuksesannya di Barca lebih karena kualitas hebat yang dimiliki tim itu, bukan karena kepiwaian Enrique.
Itu setidaknya tecermin dari perkataan Mourinho beberapa waktu lalu. Mantan Pelatih Real Madrid itu pernah berkata, tidak butuh pelatih hebat untuk bisa membuat Barca, klub dengan barisan talenta luar biasa seperti Suarez dan Lionel Messi, berjaya.
Sebelum di Barca, Enrique sempat menangani klub Spanyol lainnya, Celta Vigo, dan merantau di Italia bersama AS Roma. Namun, tidak satu pun trofi diraihnya di kedua klub itu. Ia bahkan hanya sempat bertahan satu musim, yaitu 2011-2012, di AS Roma. Saat itu, Roma hanya finis ketujuh dan gagal melaju ke kompetisi Eropa.
Meskipun kepincut dengan Enrique, Abramovich tidak terburu-buru ”menendang” Conte, manajer yang akhir-akhir ini sering ”mengeluh”. Bukan rahasia jika Conte tidak puas dengan langkah kebijakan Chelsea, terutama dalam urusan transfer. Conte selama ini memang dikenal dengan pelatih keras yang berani melawan kebijakan klub. Itu ditunjukkannya saat masih di Juventus.
Ia secara mengejutkan memutus kontrak di klub Italia itu pada musim panas 2014. Padahal, saat itu ia dan Juventus tengah berjaya. Ia mengangkat klub itu dari keterpurukan yang sempat membelenggu pascaskandal calciopoli atau pengaturan skor.
Ia membawa Juve meraih scudetto (trofi) Liga Italia secara beruntun pada 2012-2014. Namun, ia menghentikan kontraknya karena berselisih paham dengan para petinggi Juve terkait status transfer Arturo Vidal dan Paul Pogba.
Conte kembali melakukan hal serupa di Chelsea. Ia tidak mampu menyembunyikan kekesalannya karena kegagalan The Blues menghadirkan pemain berkelas dunia sesuai yang diinginkannya musim ini. Ia sebelumnya mengincar sejumlah pemain, seperti Alex Sandro, Leonardo Bonucci, dan Radja Nainggolan. Namun, ketiganya gagal berlabuh di The Blues.
Conte bahkan sempat menantang petinggi The Blues untuk memecatnya. Awal pekan ini, ia sempat menyatakan tidak khawatir dengan jabatannya. ”Saya telah memberikan 120 persen (kemampuan). Jika klub berpendapat lain bahwa itu tidak cukup, tidaklah masalah (jika dipecat). Yang pasti, saya masih bisa tidur nyenyak,” ujarnya.
Conte memang tidak perlu cemas dengan masa depannya. Jika pun dipecat Chelsea, sejumlah tim dan klub telah antre untuk menampungnya. Klub seperti Paris Saint-Germain dan Inter Milan serta tim nasional Italia tertarik untuk bekerja dengannya. (AFP)