Anak-anak Menjadi Korban Konflik Rumah Tangga
TANGERANG, KOMPAS — Pertikaian suami istri berdampak terhadap seluruh keluarga. Anak- anak kerap terjebak dalam konflik rumah tangga dan berakhir menjadi korban, bahkan turut kehilangan nyawa.
Hal ini antara lain terjadi di Kota Tangerang dan Kabupaten Bogor, Senin (12/2). Dalam dua kejadian tersebut, 5 orang meninggal, 1 orang terluka, dan 2 anak di bawah umur terpaksa menyaksikan langsung terjadinya pembunuhan yang dipastikan menyisakan trauma.
Di Kota Tangerang, cekcok mulut antara Emma (40) dan suaminya, ME alias Abi, warga Kelurahan Periuk, Kecamatan Periuk, mengakibatkan tiga korban tewas, yakni Emma dan kedua putrinya, Nova (20) dan Tiara (11).
Polres Metro Tangerang Kota menetapkan Abi sebagai tersangka. Abi dijerat Pasal 338 KUHP juncto Pasal 340 KUHP dengan ancaman hukuman seumur hidup.
Kepala Polrestro Tangerang Kota Komisaris Besar Harry Kurniawan, Selasa, di lokasi pembunuhan mengatakan, tersangka mengaku membunuh karena kesal terhadap sikap istrinya yang menggadaikan mobil mereka tanpa memberitahukan kepadanya. Namun, diduga cekcok terakhir tersebut hanyalah puncak dari perselisihan Emma dan ME.
Tersangka mengakui pisau yang digunakan untuk membunuh istri dan kedua anak tirinya disimpan di balik lemari. Telepon genggam milik korban yang rusak dibuang ke loteng.
Berdasarkan informasi dari sejumlah saksi yang dimintai keterangan, termasuk Pratomo sebagai Ketua RT 005 RW 012, Al Wanto (mantan Ketua RT), serta tetangga korban, Ismawadi dan Rohayati, pasangan suami istri ini baru menikah siri sekitar setahun terakhir.
Nova dan Tiara adalah putri Emma dari suami terdahulu. Emma sehari-hari berdagang pakaian di Kebon Besar (Batu Ceper), Tangerang, dan Kalideres, Jakarta Barat.
Pada hari kejadian, sekitar pukul 03.00, saat Rohayati terbangun, ia mendengar suara ribut dan teriakan dari rumah tetangganya, persis bersebelahan (sisi kiri). Berselang 10 menit, ia tidak mendengar suara lagi. Ia tidak merasa heran karena keributan biasa terdengar dari rumah Emma-Abi.
Sejak kejadian dini hari itu, tidak satu keluarga pun yang terlihat keluar rumah. Senin siang, seorang teman sekolah Tiara dari SD Negeri 4 Periuk berkali-kali memanggil nama putri kedua Emma itu. Namun, teman yang dicari tidak keluar.
Teman sekolah Tiara melaporkan kepada tetangga. Selanjutnya, tetangga melaporkannya kepada Pratomo.
Setelah mendapatkan informasi dari warga, sekitar pukul 15.00, Pratomo mengajak warga lainnya membuka pintu rumah korban yang tak terkunci. Mereka menemukan tiga korban meninggal di kamar bagian depan, sedangkan Abi berada di kamar belakang dalam kondisi terluka.
Dari pemeriksaan polisi diketahui, setelah membunuh istri dan kedua putri tirinya, tersangka membersihkan percikan darah di lantai rumah dan meletakkan ketiga korban di kasur kamar depan. Ketiga korban dalam posisi telungkup dan berpelukan. ”Setelah itu, pelaku melukai dirinya sendiri,” kata Harry.
Detail kasus ini masih diselidiki. Polisi masih kesulitan menggali informasi karena kondisi tersangka lemah. Kini Abi dirawat di RS Polri, Kramatjati.
Para korban dimakamkan di dua TPU berbeda, yakni di Bogor, Jawa Barat, dan Sepatan, Kabupaten Tangerang. Emma dan Nova dimakamkan di Bogor. ”Tiara akan dimakamkan di Sepatan, dekat rumah ayah kandungnya,” kata Ojah (56), kakak kandung Emma, yang ditemui di RSUD Tangerang.
Berdasarkan hasil visum, korban meninggal karena luka tusuk di beberapa bagian tubuh, termasuk jantung.
Cemburu
Peristiwa tragis juga terjadi di Desa Sukamdani, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor, Senin tengah malam. Janeng (70) dan Edi Setiawan (42) tewas dibacok oleh TS (48), bekas suami Cicih Junengsih (21).
Janeng adalah ayah Cicih, sedangkan Edi suami Cicih sekarang. Setelah membunuh dan melukai Cicih, TS juga membakar rumah Janeng. TS, Selasa dini hari, ditemukan tewas gantung diri di kandang ternak cacing di kampungnya, di Desa Sukadamai.
Kepala Polres Bogor Ajun Komisaris Besar AM Dicky Pastika Gading mengatakan, pembunuhan yang dibarengi dengan pembakaran rumah korban oleh pelaku diduga karena cemburu.
Menurut keterangan sejumlah saksi, TS datang tiba-tiba dan mendobrak dinding rumah. Pelaku menyerang dan membacok para korban, lalu menyiramkan bensin dan membakarnya. Setelah api berkobar, TS melarikan diri.
Cicih yang luka berat berhasil selamat karena dua adiknya berhasil membawanya keluar rumah. Kedua adik Cicih, meski tak terluka fisik, trauma berat karena menyaksikan pembunuhan terhadap Janeng dan Edi serta penganiayaan Cicih.
Setelah api padam, selain menderita luka bakar, pada jasad Janeng ditemukan luka tusuk pada dada dan pada jasad Edi terdapat luka bacok pada kepala. Edi baru dua bulan menikah dengan Cicih, yang bercerai dari TS dua bulan sebelumnya.
(RTS/PIN)