Laut Tengah dikenal memiliki cadangan gas terbesar di dunia. Siapa yang mengontrol Laut Tengah, mereka akan mengontrol kawasan Timur Tengah dan pintu masuk menuju Asia melalui Terusan Suez. Kekuatan global seperti Amerika Serikat dan Rusia pun berebut pengaruh di Laut Tengah. AS memiliki pangkalan udara Incirlik di Turki dan Armada IV di Italia untuk bisa mengontrol Laut Tengah.
Rusia kini menguasai pangkalan udara Khmeimim, dekat Latakia, di Suriah, untuk bisa mengontrol Laut Tengah. Salah satu faktor utama Rusia mengerahkan kekuatan militer di Suriah sejak September 2015 karena tidak ingin kehilangan pengaruh di Laut Tengah.
Sejak tahun 1990-an, Laut Tengah kian strategis setelah ditemukan banyak cadangan minyak dan gas di Laut Tengah bagian timur, seperti di perairan Mesir, Jalur Gaza, Israel, Lebanon, Siprus, dan Suriah.
Menurut lembaga kajian geologi AS, cadangan minyak dan gas ditemukan di area seluas 83.000 kilometer persegi di Laut Tengah bagian timur dengan cadangan gas mencapai 287 triliun kubik dan minyak cair mencapai 1,7 miliar barrel.
Di perairan Mesir di kawasan itu, ditemukan ladang gas Zohr yang memiliki cadangan 32 triliun kubik gas. Mesir telah memberikan hak eksplorasi kepada perusahaan minyak Italia, Eni, di ladang gas itu. Produksinya akan dimulai 2019.
Ladang gas juga ditemukan di Blok 4 Laut Tengah di perairan Lebanon utara dan Blok 9 di perairan Lebanon selatan. Pada 14 Desember lalu, Lebanon memberikan hak 40 persen kepada perusahaan Eni dan 40 persen bagi perusahaan minyak Perancis, Total, serta 20 persen bagi perusahaan minyak Rusia, Novatek, dalam pengelolaan ladang gas itu.
Namun, Israel tiba-tiba menolak kesepakatan Lebanon dengan tiga perusahaan minyak tersebut. Israel mengklaim memiliki bagian dari perairan Blok 9. Konflik Israel-Lebanon disebut hanya menyangkut sekitar 133 kilometer persegi atau hanya 8 persen dari Blok 9.
Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman mengancam Lebanon jika melakukan eksplorasi gas di Blok 9. Jumat (9/2), Israel mengirim surat pengaduan kepada Sekjen PBB Antonio Guterres untuk meminta PBB menjadi mediator sengketa itu. Kasus ini menyatukan kekuatan politik Lebanon, khususnya PM Saad al-Hariri dan Hezbollah, untuk menghadapi Israel.
Konflik juga muncul antara Turki di satu pihak dan Siprus, Yunani, serta Mesir di pihak lain atas ladang gas di perairan tenggara Pulau Siprus. Enam kapal perang Turki, Jumat lalu, tiba-tiba menghadang kapal keruk milik perusahaan Eni yang hendak mengeksplorasi gas di ladang Blok 3 di perairan itu.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Selasa (13/2), di depan para anggota parlemen dari Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) mengancam akan melancarkan aksi militer terhadap Siprus dan Yunani jika tidak menghentikan upaya eksplorasi gas dan minyak di Laut Mediterania timur.
Seperti diketahui, Turki menolak kesepakatan Mesir-Siprus tahun 2013 tentang tapal batas wilayah perairan di antara kedua negara itu. Turki meminta, kesepakatan dengan Siprus harus melibatkan Siprus utara yang juga dikenal dengan Siprus Turki. Sejak 1974, Pulau Siprus terbagi antara Siprus Yunani di selatan dan Siprus Turki di utara. Turki menganggap Siprus utara memiliki hak atas ladang gas dan minyak di Blok 3.