Polisi Tunggu Hasil Pemeriksaan Kondisi Kejiwaan Penyerang Ulama Lamongan
Oleh
ADI SUCIPTO KISSWARA
·4 menit baca
LAMONGAN, KOMPAS – Kepolisian siap mengusut tuntas kasus penyerangan terhadap ulama, KH Abdul Hakam Mubarok, Pengasuh Pondok Pesantren Karangasem, di Paciran Lamongan Minggu (18/2) maupun kasus perusakan Masjid Baitur Rohim di Kelurahan Kingking, Kabupaten Tuban, Selasa (13/2). Penyidikan lebih lanjut menunggu hasil pemeriksaan kondisi kejiwaan pelaku.
Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur Inspektur Jenderal Machfud Arifin menyatakan kepolisan siap mengusut tuntas kasus tersebut. Pihaknya bahkan melibatkan lima hingga enam psikiater dan tim medis dari Rumah Sakit Jiwa Menur untuk memastikan apakah penyerang KH Abdul Hakam Mubarok mengidap gangguan jiwa atau tidak.
“Pelaku diperiksa di Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya,” kata Machfud di kediaman KH Abdul Hakam Mubarok, Senin (19/2).
Kalau memang tidak tahu sendiri peristiwa yang terjadi tidak perlu berkomentar, apalagi di media sosial
Menurut dia, jika pelaku terbukti alami gangguan jiwa, kasusnya akan dihentikan. Tetapi, jika pelaku dinyatakan sehat, kasusnya akan diteruskan. Kasusnya sementara akan ditangani Polres Lamongan dengan dukungan penuh Polda Jatim.
Terkait kasus perusakan masjid dan pemukulan terhadap warga di Tuban sudah ada perkembangan penangangan. Setelah diperiksa di RS Bhayangkara, tersangka Achmad Falikh (40), warga Rembang, Jawa Tengah dirujuk ke Rumah Sakit Jiwa Menur. “Kondisi kejiwaannya termasuk dalam gangguan berat sehingga perilakunya agresif. Perkembangannya terus diobservasi,” kata Machfud.
Ia meminta jajarannya termasuk Kepala Polres ditingkat kabupaten/kota hingga Bintara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat di tingkat desa untuk dekat dengan ulama, tokoh agama dan tokoh masyarakat. Tujuannya untuk menjaga wilayah tetap kondusif.
Ia juga meminta masyarakat masyarakat tidak terlalu berlebihan menanggapi sesuatu peristiwa yang terjadi.
“Kalau memang tidak tahu sendiri peristiwa yang terjadi tidak perlu berkomentar, apalagi di media sosial. Ini untuk menjaga kesejukan, kondusivitas wilayah dan kesatuan negeri,” katanya.
Sementara itu, KH Abdul Hakam Mubarok meminta kasus yang menimpanya bisa diusut tuntas. Jika penyerangnya terbukti gila maka harus dilepaskan, jika dinyatakan sehat harus diproses hukum.
“Kami berharap tokoh agama turut mendinginkan, agar kasus ini tidak melebar ke isu-isu yang lain,” katanya.
Ia juga meminta agar dalam pemeriksaan kondisi kejiwaan pelaku, bukan hanya melibatkan RS Bhayangkara Surabaya, RSJ Menur tetapi juga RS Muhammadiyah Lamongan. Hal itu untuk memperkuat pemeriksaan kondisi tersangka dan menjadikan hasilnya lebih transparan.
“Saya sendiri tidak merasa diteror. Tetapi saya sempat lari karena khawatir dan takut orang gila itu semakin nekad,” tuturnya.
Mubarok menuturkan, awalnya ia melihat pria tidur tiduran di pendopo Ponpes. Menjelang Shalat Dhuhur, ia menarik sarung orang itu dan meminta orang itu keluar pendopo karena masuk waktu Dhuhur. Selain itu di pendopo itu biasanya untuk tamu.
Namun, orang itu tidak memenuhi permintaan Mubarok. Mubarok pun mengambil makanan orang itu. Tiba-tiba orang itu berdiri menantang. “Dia bilang, aku ora wedi karo awakmu, ayo gelut (Saya tidak takut padamu, ayo berduel),” ujar Mubarok menirukan.
Pelaku itu pun memukul Mubarok, tetapi tidak kena. Khawatir, pelaku makin nekad, Mubarok lari hingga 300 meter. Orang itu mengejar sambil berteriak-teriak ke mana pun Mubarok pergi akan dikejar.
Kami berharap tokoh agama turut mendinginkan, agar kasus ini tidak melebar ke isu-isu yang lain
Oleh karena kelelahan, Mubarok terjatuh hingga luka lecet di lutut, kaki dan dekat siku. Luka itu karena jatuh bukan karena serangan pelaku. “Melihat saya jatuh, warga sekitar tanggap. Warga menghadang pelaku, lalu mengikatnya,” katanya.
Selanjutnya pelaku dibawa ke pendopo. Kasus itu dilaporkan ke Kepolisian Sektor Paciran. Warga yang geram sempat melumuri rambut pelaku dengan cat warna merah. Setelah dijemput polisi, selanjutnya pelaku dibawa ke Polres Lamongan.
Meskipun Mubarok sedikit meragukan dan butuh kepastian apakah orang yang menyerangnya benar-benar gila atau pura-pura gila, kini di jaringan whatsapp sudah beredar mengenai kronologi keberadaan pelaku lengkap dengan saksi-saksinya.
Pada Januari, Misbahul Huda (21), warga Payaman, Kecamatan Solokuro yang menjadi sekuriti Joglo di Paciran, mengetahui pelaku di sekitar Wisata Bahari Lamongan di Desa Penanjan. Orang itu sering diberi makan.
Pada Januari lalu juga beredar video rekaman pelaku di depan ruang pamer Maharani, Desa Dengok, Paciran. Pada 2 Februari seorang warga, Rum, warga Penanjan, Paciran memberi makan pelaku di depan rumah makan Mekar Jaya. Kurun 6-7 Februari, Topan, warga Penanjan, Paciran pernah memberi makan, pelaku itu sering berteriak-teriak di jalan di depan rumah makan Mekar Jaya.
Nukin, Zezen Hariyanto, dan Ragil Sensius, warga Penanjan, pada Jumat (16/2) melihat pelaku sekitar pukul 23.00-03.00 menonton televisi sambil berjoget di pos kamling Penanjan.
Selanjutnya pada Sabtu (17/2) para saksi itu melihat orang itu di pinggir jalan dalam keadaan telanjang. Minggu (18/2) orang yang diduga mengalami gangguan jiwa itu menyerang Pengasuh Ponpes Karangasem.