Pahlawan di Balik Layar
Semua itu dilakukan Naufal agar uji coba kejuaraan cabang basket Asian Games 2018 pada 8-12 Februari lancar dan sukses. Wajar jika Naufal begitu sibuk. Ia adalah relawan arena basket. Selama uji coba, ia bertugas memastikan alur pertandingan berjalan baik, dari penerimaan atlet, kelancaran atlet berlaga, kelancaran laga, penerimaan penonton, kenyamanan penonton, hingga melayani awak media.
Tanggung jawab itu membuat dirinya pontang-panting. Ia bisa menjadi pelayan atlet agar tak bingung ketika masuk arena, kemudian menjadi pengarah penonton agar tidak nyasar. Ia juga bisa menjadi pemandu awak media agar bisa bekerja dengan nyaman.
Menariknya, Naufal tak pernah menunjukkan wajah lelah, kesal, apalagi marah. Padahal, tak jarang, atlet bertingkah menyebalkan karena semaunya, atau penonton sulit diatur karena merasa sudah beli tiket. Sering pula, awak media arogan karena merasa paling paham.
Namun, walau seribu macam wajah dan watak manusia dihadapi, Naufal tetap tersenyum dan berbicara dengan lembut. Itu mengesankan, mengingat relawan tidak dijanjikan akan dapat honor selama bekerja.
Hasilnya tak sia-sia. Uji coba basket berjalan cukup baik, di luar peristiwa korsleting listrik pada Sabtu (10/2). ”Kami memang diminta untuk melayani dengan baik semua orang yang terkait dengan bidang kami. Tujuannya, agar setiap acara lancar dan memberikan kesan positif,” ujar Naufal, Rabu (7/2).
Rela berkorban
Naufal merupakan relawan yang terpilih dari seleksi pertama yang digelar Panitia Penyelenggara Asian Games Indonesia (Inasgoc) pada 18 September-23 Oktober. Ia termotivasi jadi relawan karena ingin menjadi bagian dari sejarah Indonesia.
Bagi dia, kesempatan Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games sangat langka. Indonesia pertama kali menyelenggarakan Asian Games pada 1962. Sejarah itu baru terulang 56 tahun kemudian. ”Artinya, kalau bukan sekarang, belum tentu nanti saya bisa terlibat langsung menyelenggarakan Asian Games di Indonesia,” ucap Naufal.
Demi menjadi relawan, Naufal mengorbankan waktu kuliah dan penyusunan skripsinya. Ia adalah mahasiswa semester VIII Program Studi Geofisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Saat ini, ia masih mengambil beberapa mata kuliah pilihan terakhir dan menyusun skripsi.
Namun, karena ada tugas menjadi relawan saat uji coba, ia izin sejenak dari kuliah. ”Lagi pula, menjadi relawan penting buat saya. Di sini, saya bisa bertemu dengan banyak orang baru ataupun menambah relasi. Ini modal positif untuk saya sebelum terjun ke dunia kerja setelah lulus nanti,” ujar Naufal.
Selain relawan seperti Naufal, pengorbanan juga dilakukan oleh pihak-pihak lain demi kesuksesan Asian Games 2018, terutama uji coba lalu.
Manajer Kompetisi Cabang Taekwondo Yefi Triaji, misalnya, tidak pulang ke rumah hingga seminggu demi menyiapkan fasilitas pertandingan taekwondo di JIExpo Kemayoran, Jakarta, saat uji coba Asian Games 2018 pada 10-11 Februari. Bahkan, karena pendeknya waktu persiapan, ia dan tim harus kerja pagi hingga malam setiap hari.
”Saya datang ke JIExpo Kemayoran sejak pukul 07.00 atau saat pintu arena itu mulai dibuka dan pulang ke hotel terdekat pukul 23.00. Saya harus menginap di hotel karena lelah kalau pulang ke rumah yang jauh. Apalagi, saya harus mengawasi pembangunan setiap sekat ruangan, panggung pertandingan, sampai tribune penonton agar sesuai rancangan. Saya juga harus mengoordinasi- kan pemasangan peralatan sampai membagi kerja para relawan. Itu semua saya lakukan seminggu sebelum uji coba hingga uji coba selesai,” ujar Yefi.
Persiapan itu semakin rumit karena sebagian dana operasional belum cair hingga dimulainya latihan resmi, 8 Februari. ”Bahkan, saya harus keluar uang pribadi lebih dari Rp 10 juta untuk menalangi dulu biaya sejumlah kebutuhan mempersiapkan arena itu,” ungkap Yefi.
Punya pengalaman
Di samping mempertimbangkan kualifikasi kemampuan, Inasgoc juga mempertimbangkan pengalaman calon relawan ataupun petugas. Contohnya di cabang atletik.
Cabang atletik melibatkan 200-an petugas lapangan ketika uji coba Asian Games 2018 pada 11-14 Februari di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta. Wakil Sekretaris Umum PB PASI Sri Hastuti Merdiko mengatakan, mereka diseleksi dari orang-orang yang terbiasa menjadi petugas lapangan saat PASI menggelar kejuaraan.
Tugas mereka beragam, seperti mengawasi perpindahan tongkat pada lari estafet, mengukur jarak lompatan pada lompat jauh dan jangkit, mengawasi atlet saat start, mendampingi atlet yang telah dipanggil untuk berlomba, hingga membawakan keranjang pakaian atlet. ”Oleh karena tugasnya spesifik, mereka harus orang-orang yang berpengalaman, bukan relawan. Mereka juga akan bertugas untuk Asian Games nanti,” ucap Tuti.
Perlu perbaikan
Walaupun semua uji coba relatif berjalan lancar, masih banyak hal yang perlu dibenahi, terutama kinerja relawan. Selama uji coba, tak sedikit relawan yang tidak bekerja dengan optimal. Di cabang basket dan voli, misalnya, ada relawan yang tidak tahu keberadaan suatu ruangan dalam arena. Lalu, banyak pula yang hanya duduk asyik menyaksikan laga. Selain itu, ada yang kebanyakan justru narsis, yakni asyik swafoto dengan teman ataupun atlet.
Di samping itu, ada pula relawan yang kurang menghargai kerja media. Mereka justru menguasai tempat duduk media di tribune media ataupun ruangan media untuk kepentingan pribadi, seperti mengisi baterai ponsel. Saat konferensi pers, tak sedikit awak media yang harus duduk paling belakang karena kursi depan dikuasai relawan.
Hal serupa tampak di arena taekwondo. Banyak relawan duduk-duduk ngobrol tanpa mengerjakan apa pun. Mereka lebih sibuk dengan gawainya.
Dalam sejumlah kesempatan, Ketua Inasgoc Erick Thohir menyampaikan, uji coba merupakan ajang melihat sejumlah kekurangan dalam persiapan Asian Games 2018 yang akan bergulir pada 18 Agustus-2 September. Mereka pun menyadari banyak menemukan kekurangan selama uji coba tersebut, termasuk kinerja para relawan.
”Namun, inilah fungsi uji coba. Kami ingin melihat banyak kelemahan untuk diperbaiki. Lebih baik menemukan banyak kelemahan saat uji coba ketimbang saat Asian Games nanti,” kata Erick.