JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah akan menerapkan teknologi aspal karet di proyek jalan nasional di Sumatera Selatan sepanjang 8,33 kilometer. Agar penggunaan karet sebagai campuran aspal bisa berkelanjutan, diperlukan dukungan industri untuk menjaga rantai pasok.
”Ini penerapan pertama kali dalam skala lebih besar. Sumsel dipilih karena banyak kebun karet sehingga kami berharap bisa menyerapnya,” kata Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Arie Setiadi Moerwanto, Kamis (1/3), di Jakarta.
Tahun ini, Kementerian PUPR akan menerapkan teknologi aspal karet untuk proyek pemeliharaan di ruas jalan nasional, yakni di Muara Beliti-Batas Kabupaten Musi Rawas (1,5 km), Batas Kabupaten Musi Rawas-Tebing Tinggi (1,5 km), Tebing Tinggi-Jembatan Kikim Besar (3 km), dan Jembatan Kikim Besar-Batas Kota Lahat sepanjang 2,33 km. Total panjangnya 8,33 km. Kementerian PUPR sudah menguji coba teknologi itu di laboratorium dan di beberapa lokasi jalan.
”Ada berapa teknologi penggunaan karet sebagai campuran aspal. Namun, tidak semua teknologi dapat diimplementasikan dengan mudah. Ada teknologi yang dapat menyerap karet lebih besar, tetapi penerapan di lapangan sulit,” kata Arie.
Dari uji coba, campuran karet yang sesuai untuk jalan adalah sekitar 6 persen dari kadar aspal yang digunakan. Biaya per meter kubik yang diperlukan untuk teknologi aspal karet lebih mahal dibandingkan aspal biasa.
Namun, penggunaan karet bisa membuat lapisan aspal lebih tipis, misalnya dari 4 sentimeter menjadi 3,5 cm. Dengan demikian, biaya tidak berbeda. Jika didukung sistem drainase yang baik, teknologi aspal karet dapat bertahan lebih lama dibandingkan dengan aspal biasa.
Tidak rumit
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian (BPPI Kemenperin) Ngakan Timur Antara mengatakan, hasil riset pemanfaatan karet untuk aspal sudah tersedia dan tidak terlalu rumit. Dari 24 balai penelitian, ada dua yang fokus terhadap komoditas karet, yakni Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik di Yogyakarta serta Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang.
Untuk menarik minat pelaku industri, diperlukan jaminan komitmen pemakaian karet untuk aspal secara masif, menjanjikan secara hitungan ekonomi, dan berkelanjutan. ”Dibutuhkan jaminan konsistensi pemerintah dan pengembang supaya produk dipakai berkelanjutan,” katanya. (NAD/CAS)