Forum Tripartit Suarakan Perdamaian
”Entah fatwa atau apa yang dihasilkan dari forum ulama tersebut, kita lihat. Namun, saya bayangkan hasilnya adalah sebuah call for peace dari ulama itu sendiri,” ujarnya.
Menurut Retno, elemen pelibatan ulama dalam bina dan proses damai di Afghanistan menjadi dasar. ”Pasalnya, sebagai negara Islam yang penduduknya lebih dari 99 persen beragama Islam, Presiden Ashraf Ghani selalu mengatakan, dengan jumlah penduduk seperti itu, peran ulama sangat penting dalam kehidupan beragama dan bernegara. Ini juga berarti ulama memiliki peran penting dalam perdamaian dan rekonsiliasi nasional di Afghanistan,” ujarnya.
”Forum ulama adalah yang pertama digelar pertama kali sebagai tahapan awal bina dan proses damai di masa mendatang di Afghanistan. Tahapan yang juga sedang berlangsung adalah peningkatan sumber daya manusia di Afghanistan,” tuturnya.
Terkait hal itu, Retno menambahkan, Pemerintah Indonesia saat ini tengah mempersiapkan dengan baik (forum) ulama tersebut. ”Forum ulama tiga negara karena pertemuan tersebut akan sangat penting artinya untuk kesiapan (forum) yang internasional. Forum yang trilateral sendiri merupakan kelanjutan dari forum yang bilateral, yang sudah kita lakukan antara ulama Indonesia dan Afghanistan pada Februari lalu,” ujar Retno.
MUI sebagai pelaksana
”Kita belum tahu seperti apa (forum) yang internasional nanti, seperti apa dan kapan pelaksanaannya. Ini karena tergantung pada pertemuan trilateral sebelumnya,” ujar Retno.
Menurut Retno, pelaksana dari forum ulama Trilateral Ulama itu akan dilakukan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Pemerintah hanya menjadi fasilitator. ”Jadi, soal berapa yang diundang dan siapa saja ulama dari Afghanistan dan Pakistan yang akan diundang, kita serahkan ke MUI. MUI yang akan bicara dengan ulama Afghanistan dan Pakistan yang akan hadir,” kata Retno.
Upaya perdamaian di Afghanistan, tambah Retno, sudah dicoba berkali-kali, tapi gagal. Kini, Indonesia dipilih untuk membantu penyelesaian damai di Afghanistan karena selain tidak mempunyai kepentingan politik dan ekonomi, Indonesia juga punya rekam jejak dalam menyelesaikan berbagai konflik.
”Dengan tidak adanya kepentingan dan rekam jejak yang baik Indonesia dipercaya, dan dunia melihat hal itu,” ujar Retno.
Selain bina dan proses damai di Afghanistan, Indonesia juga mewujudkan peningkatan sumber daya manusia.
Sebelumnya, dalam forum konferensi di Istana Haram Sharai, Kabul, Rabu (28/2), yang dihadiri Presiden Afghanistan Ashraf Ghani dan Ketua Dewan Tinggi Perdamaian (HPC) Afghanistan Kharim Kalili, peran Indonesia dalam membantu proses perdamaian di Afghanistan mendapat respons baik dari masyarakat internasional.
Sementara itu, setelah shalat Jumat, Wakil Presiden Jusuf Kalla melaporkan kepada Presiden Joko Widodo perihal hasil pertemuan formal dan informalnya dalam bina dan proses damai yang dijalankan di Afghanistan.
”Presiden meminta upaya itu terus dilanjutkan secara intens, terutama dalam forum ulama, meskipun akan panjang waktu penyelesaiannya, Presiden meminta pembicaraan tetap dijalin dengan Presiden Ghani, ulama, dan pemangku kepentingan lainnya di Afghanistan,” ujarnya.
Faksi-faksi di Afghanistan harus didorong agar segera berdamai. Ketidakstabilan di negara itu terus memakan korban. Kemarin, seorang gadis tewas akibat ledakan bom di Kabul. Bom itu juga melukai 15 orang lainnya.
Juru bicara kepolisian Kabul, Basir Mujahid, mengatakan, ledakan terjadi di Teluk Qabil. Di kawasan itu terdapat kantor polisi, bea dan cukai, serta beberapa wisma tamu. Salah seorang dokter di kawasan tersebut, Mohammad Musa Zahir, mengatakan, korban luka antara lain 5 anak-anak dan 2 perempuan. Sisanya adalah laki-laki.(AP/AFP/REUTERS/RAZ/HAR)