JAKARTA, KOMPAS – Belum jua ada kabar baik dari surat keberatan Indonesia atas rencana penghapusan nomor angkat besi kelas 62 kilogram di Asian Games 2018 membuat Indonesia mulai merencanakan cabang ataupun nomor alternatif untuk mendulang medali emas di pesta olahraga Asia itu. Cabang ataupun nomor olahraga non teknis menjadi pilihan, seperti kelas seni dalam bela diri karena tidak butuh lama mempersiapkan atletnya.
Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Mulyana ketika ditemui di Jakarta, Senin (5/3), mengatakan, kehilangan nomor angkat besi kelas 62 kilogram di Asian Games 2018 akan sangat merugikan Indonesia. Sebab, kelas itu masuk dalam klaster medali emas atau andalan Indonesia untuk medulang emas pada pesta olahraga Asia tersebut.
Namun, bilang memang kelas tersebut tetap dihapus dari Asian Games 2018, pihaknya akan meminta cabang-cabang terkait mempersiapkan alternatif cabang atau nomor olahraga non teknis guna menjadi andalan meraih emas pada Asian Games 2018, terutama dari seni bela diri, seperti kata karate ataupun poomsae taekwondo.
Seni bela diri dipilih karena tidak butuh waktu lama mempersiapkan diri lebih optimal. Apalagi Asian Games 2018 sudah tak lama lagi, yakni kurang dari enam bulan. Adapun jadwal penyelenggaraan Asian Games 2018 pada 18 Agustus-2 September di Jakarta dan sekitarnya, serta Palembang (Sumatera Selatan).
”Mau tidak mau kita harus cari alternatif cabang ataupun nomor olahraga lain untuk menjadi andalan meraih emas jika memang kelas 62 kilogram tidak dipertandingkan di Asian Games 2018. Dengan waktu kurang dari enam bulan sebelum Asian Games 2018, yang paling mungkin dipersiapkan adalah cabang non teknis, seperti seni bela diri pada kata karate ataupun poomsae taekwondo. Kalau cari alternatif cabang teknis lain, sulit untuk mempersiapkan diri dalam waktu kurang dari enam bulan ini,” tegas Mulyana.
Mau tidak mau kita harus cari alternatif cabang ataupun nomor olahraga lain untuk menjadi andalan meraih emas jika memang kelas 62 kilogram tidak dipertandingkan di Asian Games 2018
Menteri Pemuda dan Olahraga Imam (Menpora) Nahrawi menuturkan, pihaknya telah melayangkan surat keberatan atas rencana penghapusan angkat besi kelas 62 kilogram kepada Dewan Olimpiade Asia (OCA) maupun Federasi Angkat Besi Asia (AWF). Berdasarkan data Sekretariat Kemenpora, surat keberatan itu dilayangkan Kemenpora kepada OCA dengan tembusan AWF pada 22 Februari lalu. Adapun surat pernyataan AWF mengenai penghapusan kelas 62 kilogram di Asian Games 2018 keluar pada 11 Februari lalu.
Kendati demikian, Imam melanjutkan, pihaknya belum menerima jawaban atas surat keberatan itu hingga sekarang. ”Namun, kami terus berkomunikasi dengan pihak OCA ataupun AWF agar keberatan kita segera mendapatkan jawaban. Kita tentu akan berjuang agar kelas 62 kilogram dipertahankan di Asian Games 2018 karena nomor itu merupakan salah satu andalan kita meraih emas di Asian Games nanti,” ujarnya.
Menyiapkan strategi alternatif
Sebelumnya, Wakil Ketua Pengurus Besar Persatuan Angkat Besi dan Angkat Berat Seluruh Indonesia (PB PABBSI) Djoko Pramono mengutarakan, pihaknya terus berharap kelas 62 kilogram tetap dipertahankan di Asian Games 2018. Namun, jika memang kelas 62 kilogram, pihaknya sudah merencanakan strategi alternatif, yakni menaikan kelas atlet andalan Indonesia di kelas 62 kilogram Eko Yuli Irawan ke kelas 69 kilogram ataupun turun kelas ke kelas 56 kilogram.
"Strategi ini sedang kami rapatkan matang-matang untuk menentukan kelas yang paling ideal bagi Eko jika memang tidak bisa bertanding di kelas 62 kilogram pada Asian Games nanti,” ucapnya.
Kendati demikian, Djoko menambahkan, PB PABBSI baru bisa menjalankan strategi alternatif itu bila sudah ada keputusan final dari OCA ataupun AWF. Atas dasar itu, mereka pun sangat berharap pemerintah melalui Panitia Penyelenggara Asian Games Indonesia atau Inasgoc, Komite Olimpiade Indonesia (KOI), hingga Kemenpora bisa mengintervensi OCA ataupun AWF agar segera memberikan jawaban atas keberatan Indonesia tersebut.
"Kalau berlarut-larut, strategi alternatif kita tidak bisa berjalan optimal. Sebab, menjalankan strategi itu juga butuh waktu,” katanya.
Eko mengatakan, dirinya pun berharap kelas 62 kilogram tetap ada di Asian Games 2018. Namun, jika memang kelas itu dihapus, dirinya lebih memilih naik kelas ke kelas 69 kilogram. Sebab, berat badannya saat ini sekitar 65-66 kilogram. Dengan begitu, ia hanya butuh menambah berat badan sekitar 3-4 kilogram jika ingin naik kelas.
Namun, jika turun kelas ke kelas 56 kilogram, ia harus menurunkan berat badan mencapai 11 kilogram. Kondisi itu sangat berbahaya bagi atlet, yakni bisa memicu dehidrasi dan kekuatan angkatan menurun. ”Terlepas dari itu, mempersiapkan diri naik ataupun turun kelas butuh waktu paling singkat 3-4 bulan. Karena Asian Games 2018 sudah tak lama lagi, saya pun sangat butuh kepastian segera mengenai nasib kelas 62 kilogram itu,” tegasnya.