logo Kompas.id
Lain-lainLumbung Pangan di Lahan...
Iklan

Lumbung Pangan di Lahan Suboptimal

Oleh
Yuni Ikawati
· 5 menit baca

Dalam program Nawacita, pemerintah mencanangkan mengembalikan kedaulatan dan ketahanan pangan, antara lain dengan swasembada padi, jagung, dan kedelai pada 2025. Indonesia ditargetkan menjadi lumbung pangan dunia tahun 2045.Pencapaian target ini, terutama swasembada padi, jagung, dan kedelai (pajale), menuntut ada lahan baru seluas 4,7 juta hektar dan 1,4 juta hektar di antaranya untuk persawahan. Itu tak mudah mengingat lahan subur menciut dan kebutuhan pangan di negeri berpopulasi keempat terpadat di dunia ini meningkat. Laju konversi lahan, menurut data Kementerian Pertanian (Kementan), 0,11 juta hektar per tahun. Sementara lahan pertanian subur di Indonesia terbatas. Menurut data Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementan, dari wilayah daratan Indonesia seluas 189,2 juta hektar, hanya 16 persen yang subur. Daerah subur umumnya di Jawa, itu pun terus menyusut. Mayoritas daratan, 157,2 juta hektar, adalah lahan suboptimal atau produktivitas rendah, yang didominasi lahan kering masam 108,8 juta hektar di Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Selebihnya adalah lahan kering beriklim kering, rawa pasang surut, dan gambut. "Lahan suboptimal seluas 86 juta hektar bisa dipakai, tetapi bersaing dengan sektor lain, seperti industri dan permukiman," kata Anny Mulyani dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian Kementan.Sebagian lahan suboptimal tersisa bisa untuk pertanian, tetapi harus memakai teknologi pertanian agar produktivitasnya tinggi. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) M Syakir mengatakan, lahan kering yang bisa dimanfaatkan seluas 3,5 juta hektar berupa padang alang-alang. Lahan di sela tanaman perkebunan, seperti kelapa sawit dan karet, seluas 2 juta hektar juga dapat digunakan. Teknik Largo Super Budidaya di lahan kering butuh penerapan teknologi mengatasi kekeringan, kekurangan unsur hara esensial, dan hama penyakit. Balitbangtan mengintroduksi inovasinya, yakni pembibitan, pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, pemberantasan hama, dan penanganan pascapanen. Inovasi teknologi budidaya bagi lahan kering diformulasikan menjadi sistem pertanian terintegrasi yang diberi nama Largo Super. Istilah ini diambil dari kata "larikan padi gogo" memakai model tanam "jajar legowo" (Jarwo) Super dengan perbandingan jarak 2:1. Sistem Jarwo Super dikembangkan lebih dulu untuk lahan sawah irigasi.Uji coba penerapan Largo Super di Kecamatan Puring, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, menunjukkan, produktivitas varietas padi unggul naik 100 persen dibandingkan varietas padi biasa. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Andriko Noto Susanto menyebutkan, ada empat varietas baru Inpago yang dikenalkan, yakni Inpago 8-11.Pada panen perdana pertengahan Februari lalu, produktivitasnya melebihi 25-98 persen dibandingkan padi Ciherang dan Mekongga yang mencapai 4 ton gabah kering giling per hektar. Produktivitas tertinggi dicapai Inpago 10, yakni 7,93 ton per hektar. Teknik Largo Super ini diuji coba di lahan sela di perkebunan kelapa.Selain itu, ada beberapa komponen teknologi ramah lingkungan demi mencapai produktivitas tinggi. Teknologi itu berupa pengolahan tanah dengan pupuk organik dan pestisida hayati.Untuk penyiapan tanah, biodekomposer Agrodekodipakai untuk mempercepat dekomposisi atau pengomposan biomassa tanaman jadi 14 hari. Tanpa itu, perlu waktu lebih dari 30 hari. Ada unsur hara dan perbaikan struktur tanah untuk mengikat air dan mendorong aktivitas biologi tanah. Dalam Agrodeko terkandung konsorsia strain fungi Trichoderma dan khamir nonpatogen Candida sp yang bisa mendekomposisi selulosa tanaman.Pupuk hayati berbasis mikroba meningkatkan kesuburan tanah. Pupuk hayati yang dihasilkan antara lain Agrofit. Ada konsorsia isolat bakteri di jaringan tanaman. Bakteri itu antara lain Azotobacter spJBNO5, Azospirillum spKR6, Bacillus sp KT6D, dan Khamir Candida spYBN3. Penggunaan pupuk hayati ini menekan penggunaan pupuk NPK kimia 50 persen dan menambah produksi panen 35 persen.Penggunaan pupuk hayati Agrofit dan biodekomposer Agrodeko dikombinasikan dengan kompos dan pupuk kimia lain. Itu kunci perbaikan kesuburan tanah untuk mendorong produksi pajale. Abu sekam yang mengandung 50 persen silika pun bisa menjadi pupuk. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian (BB Pascapanen) mengembangkan biosilika. "Dengan pupuk biosilika, tanaman padi tak mudah rebah, tahan hama dan penyakit tanaman, serta tahan iklim kering," kata Kepala BB Pascapanen Risfaheri. Untuk pemanfaatan lahan suboptimal, Balitbangtan menghasilkan 12 varietas padi Inpago dan meluncurkan Inpara (Inbrida Padi Rawa) 9 varietas.Lahan gambutPemanfaatan lahan gambut untuk pertanian dirintis Pusat Teknologi Bioindustri Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sejak 2008 di Kalimantan Barat dan Riau. Untuk menyuburkan lahan gambut ditambahkan limbah selulosa dari kebun sawit dan dimasukkan konsorsia isolat mikroba tertentu. Isolat mikroba berasal dari lahan gambut, limbah sawit, dan kotoran sapi.Konsorsia mikroba bersimbiosis mutualisme hingga menekan keasaman atau pH lahan gambut naik dari 3,5 jadi 5,5. "Lahan gambut punya keasaman tinggi atau kebasaannya (pH) rendah, antara 2,8 dan 4,5," kata Diana Nurani, Kepala Program Pupuk dan Pestisida Hayati BPPT. Dengan cara ini, pembakaran serasah dan limbah kelapa sawit untuk meningkatkan pH tanah gambut bisa dicegah. Pupuk ini dalam proses mendapat paten.Lahan payau untuk tanam padi dirintis dengan varietas Inpari oleh tim peneliti dari Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Uji coba penanaman padi Inpari Unsoed 79 Agritan dilakukan di Desa Nyamplung Sari, Pemalang, Jawa Tengah. Produktivitasnya 4-6 ton per hektar di lahan bersalinitas tinggi. Sementara sistem pembibitan dan penanaman padi di rawa lebak dikembangkan pakar pertanian dari Universitas Sriwijaya, Palembang, Benyamin Lakitan. Budidaya di lahan rawa lebak diterapkan di Kecamatan Pemulutan, Ogan Ilir, Sumatera Selatan, memakai rakit dari rumput berondong (nama lokal). Rakit dirancang dari limbah botol plastik bekas kemasan air agar bisa dipakai selama tiga tahun.

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000