Narkoba Banjiri Indonesia
JAKARTA, KOMPAS — Pengungkapan berturut-turut sabu 1,03 ton dan 1,6 ton di Kepulauan Riau pada Februari 2018 mengejutkan sejumlah pihak. Padahal, perkiraan Badan Narkotika Nasional, itu baru 10 persen dari total sabu yang diselundupkan, belum termasuk narkoba dari jenis lain, yang di Indonesia diduga ada 71 jenis.
Dalam berbagai kesempatan, saat masih menjabat, Kepala BNN Komisaris Jenderal Budi Waseso menyatakan, tiap tahun ratusan ton sabu lolos. Tahun 2016 diperkirakan 250 ton masuk.
Sabu di Indonesia diduga kuat buatan China atau Myanmar, yang sebelumnya hanya memasok bahan baku. Bandar besar memanfaatkan warga Taiwan, China, dan Indonesia sebagai kurir dengan imbalan hingga ratusan juta rupiah, seperti di Sebatik, Kalimantan Utara, belum lama ini.
”Indonesia pasar bagus, ditambah kondisi geografis. Segala macam narkoba laku di Indonesia,” kata Budi. Data BNN, tahun 2015 saja terdapat 5,9 juta pencandu narkoba di Indonesia.
Indonesia pasar bagus, ditambah kondisi geografis. Segala macam narkoba laku di Indonesia.
Maraknya pengguna narkoba sudah lama, di antaranya terlihat dari kemudahan akses. ”Saya ditawari sabu teman sekolah saat kelas III SMP. Sempat memakai dan menghabiskan uang jajan. Menyesal saya,” kata Iy (20), warga Sebatik. Pulau itu dipisahkan laut 8-9 kilometer dari Tawau, Sabah, Malaysia.
Data BNN Provinsi Kalimantan Barat menunjukkan, tercatat ada 65.000 pengguna narkoba di Kalbar. Jumlah itu dikhawatirkan terus meningkat menyusul minimnya rehabilitasi dan maraknya penyelundupan dari Malaysia.
Setahun terakhir, BNN, polisi, dan TNI menggagalkan penyelundupan sabu dan ekstasi dari Malaysia melalui jalan setapak, seperti 10,4 kg sabu di daerah Segumon, Sekayam, oleh Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan Yonif 642/Kapuas.
Panjang jalur perbatasan di Kalbar sepanjang 857 kilometer, yang memiliki 52 jalan setapak terhubung dengan 32 desa di Malaysia. Jalur setapak itulah yang kerap dimanfaatkan penyelundup narkoba. Bahkan, ada yang melalui pos lintas batas yang disembunyikan dalam pelek roda kendaraan.
Jalur masuk
Penyelundupan narkoba paling besar melalui laut, baik pelabuhan resmi maupun tidak resmi yang disebut jalur tikus. ”Indonesia memiliki 28.000 pelabuhan tikus. Di kawasan rawan penyelundupan di Batam, Kepulauan Riau, saja ada 28 pelabuhan tikus,” kata Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri Brigadir Jenderal (Pol) Eko Daniyanto.
Banyaknya pelabuhan tikus merepotkan pengawasan. Saat ini, sekitar 65 persen penyelundupan narkoba lewat laut.
Sebelum dua kasus di Februari lalu, Juli 2017 sebanyak 1 ton sabu diungkap tim Polda Metro Jaya dan Mabes Polri di Anyer, Jawa Barat. Butuh pengintaian lebih dari satu bulan untuk itu.
Indonesia memiliki 28.000 pelabuhan tikus. Di kawasan rawan penyelundupan di Batam, Kepulauan Riau, saja ada 28 pelabuhan tikus.
Jalur udara juga terus dilakukan. Apabila sebelumnya relatif sering melalui kapsul-kapsul yang ditelan penumpang, saat ini ada modus baru, di antaranya memasukkan ke dalam pembalut wanita, seperti dilakukan DT, kurir jaringan bandar Malaysia.
Tersangka DT ditangkap di Terminal Kedatangan 2D Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Petugas menemukan sabu dalam pembalut wanita seberat 532 gram (Kompas, 30/1).
Menurut Direktur Penindakan BNN Inspektur Jenderal Arman Depari, BNN mengidentifikasi 72 jaringan besar pengedar narkoba. Jaringan itu mempunyai jaringan-jaringan lagi di bawahnya yang banyak sekali.
Masalah kian rumit karena bandar narkoba masih bisa mengendalikan bisnis dari penjara. Kasus terakhir, BNN serta Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) mengungkap pencucian uang dari bisnis narkoba milik bandar narkoba yang dipenjara senilai Rp 6,4 triliun.
Kerja sama
Kerja sama lintas sektor menjadi kunci pemberantasan narkoba. Temuan berton-ton sabu hingga pencucian uang adalah bukti efektifnya kerja sama.
”Sinergi antara aparat penegak hukum, seperti BNN, Polri, TNI, dan Bakamla, dibantu masyarakat luas itu mutlak,” kata Direktur Jenderal Bea dan Cukai Heru Pambudi. Bahkan, kerja sama juga dilakukan dengan Bea dan Cukai negara lain.
Itu penting karena bisnis narkoba sudah lintas negara. Kerja sama untuk mendeteksi, menganalisis, dan menegakkan hukum.
Salah satu usulan memberantas narkoba adalah penggunaan Undang-Undang Pencucian Uang, tetapi selama ini masih jarang digunakan.
Kerja sama antarinstansi membuahkan pengungkapan kasus penyelundupan 1,03 ton sabu oleh BNN dan TNI AL, Sabtu (10/2), dan penyelundupan 1,6 ton sabu oleh polisi dan jajaran Bea dan Cukai, Selasa (20/2).
Eko menambahkan, Polri juga mengalami banyak kemajuan dalam pengungkapan kasus kasus besar penyelundupan narkoba sejak Polri memiliki dan mengoperasikan perangkat pelacak sinyal lewat satelit bernama direction finder.
”Hasil pertama setelah Polri memanfaatkan perangkat ini adalah pengungkapan kasus penyelundupan sabu sebanyak 360 kilogram pada awal 2015 oleh Polda Metro Jaya,” ucap Eko.
Selanjutnya, nyaris seluruh pengungkapan kasus narkoba dengan barang bukti besar mengandalkan direction finder. ”Saat ini sudah 40 persen dari seluruh polda telah mengoperasikan direction finder. Tahun depan, mudah-mudahan setiap polda sudah memilikinya,” kata Eko. (WAD/WIN/ESA/LAS/PRA/ZAK)