Pemkab Lamongan Berniat Patenkan Kuliner Khas Daerah
Oleh
ADI SUCIPTO KISSWARA
·4 menit baca
LAMONGAN, KHAS - Sejumlah produk kuliner makanan olahan di Lamongan, Jawa Timur didaftarkan ke Kementerian Hukum dan Hak Azasi Manusia untuk mendapatkan hak paten. Produk itu telah menjadi ikon khas Lamongan seperti nasi boranan, soto lamongan, tahu campur dan wingko babat.
Makanan olahan itu ada yang sudah dikenal dan menyebar ke berbagai pelosok Nusantara seperti soto lamongan dan pecel lele. "Daerah berhak mengajukan paten yang menjadi ke kekhasannya," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan M Zamroni, Selasa (6/3).
Ia menyebut soto lamongan kekhasannya ada koya (krupuk ikan dan bawang putih yang dilembutkan). Nasi boran khas dengan sambal yang terbuar dari cabai merah dan kelapa, ikan sili dan wadah nasi dari anyaman bambu yang disebut boran.
Jika soto, tahu campur sudah menyebar ke beberapa daerah, nasi boran dijumpai di sejumlah titik di Lamongan. Deretan penjual nasi boran bisa ditemui di sekitar Lamongan Plaza, Pasar Lamong Raya, dekat Stasiun Lamongan, trotoar di depan pertokoan dekat Patung Kadet Suwoko, seputar kantor Pemkab Lamongan Jalan KH Ahmad Dahlan, pertigaan Rangge, dan sekitar jembatan Made.
Awalnya pedagang nasi boran umummya berasal dari Desa Sumberrejo, Kecamatan Lamongan Kota. Sekitar 80 persen penjual nasi boran dari desa itu tersebar di Dusun
Kautan, Sawo, SIdorukun, Karangmulyo. Total ada sekitar 200 pedagang dengan berjualan bergantian dari pukul 03.00-08.00, pukul 08.00-15.00, pukul 15.00-23.00, 23.00-03.00.
Salah seorang penjual, Tutik menuturkan dalam sekali jualan ia menghabiskan beras 8 kilogram. Omset mencapai Rp 1 juta. Harga satu porsi sekitar Rp 10.000. Tetapi jika pakai ikan sili satu porsi Rp 15.000-Rp 25.000. kan silinya mahal, saat ini Rp 220.000 per kilogram.
Selain sili, khas lainnya dari nasi boran ada lempo atau lentho. Ada pula yang menyebutnya empuk, karena makanan yang terbuat dari tepung terigu dan empuk.
Menikmati boran biasanya dengan lesehan.
Penyajian sego boranan, mirip nasi sambal di Surabaya. Namun, wadah dan bahan sambalnya yang membuat makanan ini khas dan sulit ditemukan di tempat lain.
Selama ini Lamongan telah menobatkan diri sebagai Kota Soto dan Kota Tahu Campur. Setidaknya itu terpampang di gerbang masuk ke Lamongan. Di Lamongan ada pula tahu tek, wingko Babat, dan jumbreg.
Nasi boranan dan jumbreg hanya bisa ditemui di Lamongan. Jika sego boranan mirip nasi sambal, jumbreg lebih mirip talam. Tahu campur dan tahu tek masih juga bisa ditemui di daerah lain, sama halnya dengan wingko.
Khusus sego boranan seperti nasi sambal disajikan dengan ragam lauk pauk dan sambal di atas pincuk daun pisang dan kertas. Asyiknya, pembeli bisa lesehan atau jongkok sembari menikmati sego boranan ini.
Nama sego boranan diambil dari wadah tempat menaruh nasi, boran, keranjang terbuat dari anyaman bambu berbentuk lingkaran di bagian atas dan persegi di bagian bawah. Keempat sudutnya disangga bambu supaya tak menyentuh tanah langsung. Lauk ditempatkan di ember besar dan sambal di panci.
Sego boranan dikenal juga karena macam macam lauk pauknya. Tinggal pilih ayam goreng, udang, tempe, tahu, telur asin, telur ceplok, telur dadar digoreng dengan tepung, sate uretan (bakal calon telur), jerohan, ikan bandeng, ikan kuthuk (gabus) , pletuk ikan sili, empuk, rempeyek kacang atau teri, dan urapan sayur.
Empuk dibuat dari tepung terigu yang dibumbui. Pletuk terbuat dari nasi yang dikeringkan dan kacang, lalu dibumbui dan digoreng. Namanya diambil dari bunyi ketika makanan ini dikunyah menimbulkan suara pletuk, pletuk’.
Ikan sili juga khas karena tak bisa ditemui setiap saat. Ikan sili termasuk ikan musiman. Harganya lebih mahal dibanding daging ayam. Bentuk ikan ini panjang seperti belut, tidak terlihat mana bagian kepala atau ekornya. Durinya pun hanya ada di bagian tengah.
Nasi dan lauk ini tidak lengkap rasanya tanpa sambal kuah nan pedas. Bahan sambal boran terdiri dari lengkuas, jahe, terasi, jeruk purut, cabe rawit yang direbus, beras mentah yang direndam sebagai pengental, parutan kelapa, bawang merah, bawang putih, dan merica.
Supaya rasanya mantap, ditambahkan gula dan garam. Semua bahan dilumatkan jadi satu. Sambal kuah ini diguyurkan di atas nasi dan lauk. Urapan sayur dimakan dengan sambal urap berbahan bawang merah, bawang putih, garam, cabe merah, penyedap rasa, dan parutan kelapa yang dipanaskan dengan kreweng (perkakas masak dari tanah liat)
Jika nasi boranan bisa ditemui di Lamongan, tetapi soto Lamongan bisa ditemui di daerah lain seperti di Gresik seperti soto Cak Khotib dan Sot Luekoh di Gresik. Khotib menuturkan setiap hari bisa menghabiskan 10 ekor ayam, bahkan pada Sabtu Minggu bisa sampai 15 ekor. Satu porsi dijual Rp 16.000.