JAKARTA, KOMPAS - Penetapan Kepulauan Seribu sebagai satu dari sepuluh destinasi wisata unggulan nasional belum diikuti pemenuhan kebutuhan listrik yang memadai, penunjang turisme. Sebagian besar pulau resor belum teraliri listrik, hanya mengandalkan pembangkit listrik berbahan bakar solar atau genset.
Berdasarkan survei PT Jakarta Utilitas Propertindo (JUP), baru 15 pulau yang terhubung jaringan kabel bawah laut (on grid), yaitu 12 pulau berpenduduk dan tiga pulau resor. Total pemakaian energi listrik 4,5 megawatt (MW). Adapun 13 pulau bertipe pulau resor belum terhubung jaringan kabel bawah laut.
Sementara itu, jaringan kabel bawah laut di Kepulauan Seribu, sepanjang 75 kilometer, memiliki kapasitas daya maksimum 9,2 MW. Itu berarti baru terpakai setengahnya. Namun, untuk mengembangkan pariwisata berstandar internasional, Wakil Gubernur DKI Sandiaga Uno memandang itu belum cukup.
”Paling tidak lima kali lipat. Lima puluh megawatt. Sandingkan antara kabel bawah laut dan energi baru terbarukan. Partisipasi tidak bisa hanya dari pemerintah, tetapi juga dari dunia usaha yang dibungkus dalam public-private partnership,” ucap Sandiaga di Jakarta, Selasa (20/3), saat Diskusi Kelompok Terarah ”Kelistrikan Kepulauan Seribu” yang diselenggarakan JUP.
Ketua Asosiasi Pengelola Resor Kepulauan Seribu, Raymond Simanjuntak, mengatakan, seluruh tujuh pulau resor yang tergabung di asosiasi itu belum tersambung jaringan listrik negara. Ketujuhnya adalah Pulau Bidadari, Ayer, Putri, Sepa, Pelangi, Macan, dan Pantara.
”Saya mengelola Pulau Putri. Dari 1993 sampai 2018, belum ada pasokan listrik,” ujarnya. Biaya operasional resor yang sudah besar, lebih bengkak karena pengeluaran untuk solar genset. Genset resor Pulau Putri menghabiskan hingga 14 ton solar per bulan. Resor juga dilarang membeli solar bersubsidi sehingga setidaknya resor mengeluarkan biaya Rp 8.100 per liter solar.
Sandi menambahkan, pemerintah provinsi juga merencanakan pembangunan lapangan udara di Pulau Panjang. Kebutuhan akan energi listrik dengan demikian kian besar. Apalagi, lapangan udara butuh sambungan listrik yang minim gangguan.
Manajer Perencanaan PLN Distribusi Jaya Raya (Disjaya) Sindhu Putra mengatakan, kebutuhan total akan energi listrik Kepulauan Seribu hingga tahun 2020 sebenarnya diproyeksikan hanya 6-8 MW. Namun, pihaknya belum menghitung untuk kebutuhan resor dan lapangan udara.
Ia memperkirakan, kebutuhan akan energi listrik per resor sekitar 2 MW, sedangkan lapangan udara kemungkinan membutuhkan energi listrik 4 MW. Terkait penyaluran listrik ke resor, PLN Disjaya sedang menjajaki kerja sama dengan Universitas Indonesia untuk kajian penarikan kabel ke pulau-pulau resor.
Raymond mengapresiasi niat Pemprov DKI meningkatkan distribusi listrik penunjang wisata Kepulauan Seribu yang diprakarsai JUP, anak perusahaan PT Jakarta Propertindo.