Arab Saudi Pertama Kali Buka Wilayah Udaranya untuk Penerbangan ke Israel
Oleh
MH SAMSUL HADI
·4 menit baca
TEL AVIV, JUMAT -- Arab Saudi untuk pertama kali membuka wilayah udaranya untuk rute penerbangan komersial dengan Israel, Kamis (22/3), diawali penerbangan maskapai India, Air India, dari New Delhi menuju Tel Aviv. Air India 139 mendarat di Bandar Udara Ben Gurion, Tel Aviv, setelah menempuh penerbangan lebih dari 7,5 jam.
Arab Saudi secara formal belum mengonfirmasi pemberian izin bagi Air India melewati wilayah udaranya dalam penerbangan ke Israel. Meski demikian, peristiwa tersebut bukan hanya mengakhiri larangan selama 70 tahun bagi maskapai-maskapai penerbangan untuk melewati wilayah udara Arab Saudi dalam perjalanan menuju atau dari Israel, tetapi juga memberi sinyal adanya peningkatan hubungan di belakang layar antara Arab Saudi dan Israel.
Saat ini, belum ada indikasi bahwa izin melintasi wilayah udara Arab Saudi juga akan diberikan kepada maskapai penerbangan Israel. Arab Saudi tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Hanya Mesir dan Jordania di antara negara-negara Arab yang terikat perjanjian damai dengan Israel.
"Ini momen bersejarah," kata Yisrael Katz, Menteri Transportasi Israel, kepada kantor berita AFP, saat ikut menyambut kedatangan Air India. "Ini pertama kali ada koneksi resmi antara negara Israel dan Arab Saudi."
"Era baru telah dimulai," kata Yariv Levin, Menteri Pariwisata Israel, yang juga menyambut mendaratnya Air India.
"Ini benar-benar hari bersejarah setelah melewati dua tahun upaya sangat-sangat intensif," tambah Levin dalam wawancara di radio. Ia mengatakan, dengan melewati wilayah udara Arab Saudi, waktu tempuh penerbangan antara India dan Israel menjadi lebih pendek sekitar dua jam dan mengurangi harga tiket penumpang.
Maskapai penerbangan nasional Israel, El Al, saat ini mengoperasikan layanan penerbangan ke Mumbai, India, empat kali dalam sepekan, melewati Laut Merah untuk menghindari wilayah udara Arab Saudi dan Iran.
Tiga jam di atas Saudi
Menurut situs pemantau perjalanan udara maskapai-maskapai penerbangan, Flightradar, pesawat Boeing 787-8 Dreamliner milik maskapai Air India memasuki wilayah udara Arab Saudi sekitar pukul 16.45 GMT. Pesawat tersebut terbang di atas negara itu pada ketinggian 40.000 kaki selama tiga jam, dalam jarak 60 kilometer dari jalur ibu kota Riyadh. Air India kemudian melintasi Jordania dan Tepi Barat yang diduduki sebelum memasuki Israel.
Flightradar menyebutkan, sebelumnya pesawat itu melintasi wilayah Oman. Pejabat dari Oman, yang juga tidak mengakui Israel, belum bisa diminta komentar mengenai laporan tersebut.
Setelah dibukanya izin melintasi wilayah udara Arab Saudi, kini bakal ada tiga kali penerbangan untuk masing-masing tujuan perjalanan antara New Delhi dan Tel Aviv pada rute tersebut.
Dalam wawancara dengan Radio Tentara di Israel, Menteri Pariwisata Israel Yariv Levin yakin, maskapai El Al pada akhirnya juga akan bisa melintasi wilayah udara Arab Saudi. "Anda tahu, mereka mengatakan, Arab Saudi tidak akan mengizinkan penerbangan mana pun lewat (udara mereka). Di sini, Arab Saudi ternyata mengizinkan. Saya pikir, ini proses. Ujung-ujungnya (kemungkinan El Al melewati Arab Saudi) nanti bakal terjadi juga," kata Levin.
Ia menambahkan, saat ini sudah ada negosiasi dengan maskapai Singapore Airlines dan sebuah maskapai dari Filipina yang berupaya membuka rute menuju Tel Aviv dengan melewati Arab Saudi.
Hubungan di balik layar
Pemberian izin melintasi Arab Saudi bagi maskapai dengan tujuan Israel terjadi setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu melukiskan hubungan negaranya dengan dunia Arab "dalam situasi yang terbaik", dengan disatukan oleh satu kepentingan menghadapi Iran.
Para pemimpin negara-negara Arab belum melontarkan pernyataan senada. Mereka menghadapi situasi sensitif di dalam negeri masing-masing, mengingat Israel dianggap sebagai musuh dalam konteks perjuangan kemerdekaan Palestina.
Pengamat Israel, Jonathan Spyer, mengatakan, izin yang diberikan Arab Saudi bagi Air India memberi sinyal positif kendati saat ini belum ada perjanjian damai Palestina-Israel. "Saya pikir, apa yang diperlihatkan saat ini adalah, meski tidak ada (perjanjian damai) itu, Anda bisa mendapatkan isyarat-isyarat kecil yang sangat bermakna," kata Spyer, Direktur Rubin Centre for Research in International Affairs, Israel.
"Ini kecil, tetapi signifikan."
Dalam perjalanan turnya ke Timur Tengah, bulan Mei 2017, Presiden AS Donald Trump terbang dengan pesawat kepresidenan Air Force One dari Riyadh ke Tel Aviv. Ini penerbangan yang diyakini termasuk sedikit penerbangan langsung dari Arab Saudi ke Israel.
Trump memilih Riyadh dan Israel sebagai perjalanan luar negeri kenegaraan pertamanya. Menantu dan penasihatnya, Jared Kushner, dilaporkan menjalin hubungan akrab dengan Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman.
Spyer mengatakan, pemberian izin wilayah udara Arab Saudi untuk dilewati dalam penerbangan ke Israel merupakan bagian dari "menghangatnya hubungan di balik layar" antara Arab Saudi dan Israel.