JAKARTA, KOMPAS — Terobosan pembelajaran di era digital yang terus berkembang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengalami secara langsung konsep dan prosesnya sehingga meningkatkan pengetahuan dan membentuk karakter. Kini, pembelajaran berkualitas terbuka bagi siapa saja karena tidak lagi bergantung pada guru yang super dalam bidang itu.
Pendiri dan Presiden MonsoonSIM, Abdy Taminsyah, di Jakarta, Kamis (22/3), mengatakan, dengan memanfaatkan teknologi digital dan kecerdasan buatan, materi ajar dapat dikembangkan secara komprehensif. Siswa dapat belajar secara mandiri dan bersama-sama dengan asyik memahami konsep atau teori sekaligus langsung mempraktikkannya.
”Di era ini butuh peran guru yang berbeda dari masa lalu. Untuk menyampaikan pengetahuan, guru tak lagi mengalami kesulitan dengan memanfaatkan teknologi. Kehadiran guru sebagai motivator dan mengambil peran yang tak dapat digantikan oleh sistem pendidikan digital saat ini yang harus terus digali,” kata Abdy.
Menurut dia, MonsoonSIM sejak tahun 2011 mengembangkan penelitian tentang metode belajar dengan mengalami secara langsung (experiential learning) untuk memudahkan belajar konsep dan proses bisnis bagi pembelajar dengan beragam latar belakang, dari usia SD hingga perguruan tinggi ataupun pekerja dan pimpinan perusahaan.
Karya anak bangsa dengan program pembelajaran bisnis memanfaatkan sistem Cloud ini diluncurkan sejak 2014. Hingga kini, manfaatnya sudah dirasakan lebih dari 26.000 pelajar dan mahasiswa di 42 institusi pendidikan, antara lain di Indonesia, Filipina, Hong Kong, Singapura, Malaysia, dan Australia.
Abdy mengatakan, lebih dari 350 konsep bisnis didigitalkan. Saat ini, sistem itu dilengkapi dengan menghadirkan robot yang dapat berkompetisi untuk merangsang siswa belajar. Robot itu bisa juga sebagai penasihat siswa dalam belajar saat melakukan praktik bisnis di layar.
Ada lima robot yang diluncurkan, antara lain Jonbot yang memiliki kepintaran pada bagian produksi dan layanan pelanggan (customer service), Oxibot yang memiliki kemampuan dalam semua aspek bisnis, serta Anibot yang memiliki kemampuan seimbang di berbagai aspek bisnis, tetapi lemah di pelayanan pelanggan. Selanjutnya, ada robot Linbot yang memiliki kepintaran di bagian produksi serta Polbot di bagian manajemen modal sumber daya manusia dan layanan pelanggan.
”Pembelajaran secara digital ini bukan lagi satu ilmu tersendiri, tetapi memampukan pelajar untuk memahami bagian lain dalam proses bisnis,” kata Abdy.
Pembelajaran depan kelas
Menurut Abdy, secara kompetensi pengetahuan, sesungguhnya guru kalah dari sumber belajar digital yang beragam dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan. ”Tetapi, bagaimana guru memotivasi supaya siswa terus berjuang sehingga mau terus belajar meskipun banyak melakukan kesalahan. Atau juga membantu membangun mental anak yang tidak siap menerima kekalahan dalam kompetisi di gim belajar ini dan peran lain yang tidak bisa disediakan sumber belajar digital. Justru guru punya banyak kesempatan untuk belajar menemukan hal baru yang mereka bisa berikan kepada siswa,” tuturnya.
Ketua Yayasan Pendidikan Bukit Sion Jakarta Husin Mina mengatakan, saat ini sudah menjadi kenyataan bahwa pembelajaran di ruang kelas pun sudah bisa dilakukan oleh robot. Dengan terobosan pembelajaran yang memanfaatkan teknologi digital, para siswa merasa senang belajar dan tertantang.
”Para guru harus mau berubah untuk terus belajar dan mencari terobosan. Di era digital ini, dunia pendidikan harus mampu lebih dulu dalam menghadirkan inovasi. Kami berharap para guru dan sekolah di Indonesia semakin banyak yang memanfaatkan pembelajaran digital untuk mempercepat peningkatan mutu pendidikan nasional,” ujarnya.
Sekolah Bukit Sion Jakarta memanfaatkan sistem belajar dari MonsoonSIM ini bagi siswa di kelas sosial dan bisnis. Di tingkat sekolah, sistem ini juga dapat diterapkan untuk pendidikan kewirausahaan ataupun ekstrakurikuler. (ELN)