Dalam seminggu terakhir (sejak 12 Maret 2018), Indeks Harga Saham Gabungan mengalami penurunan dari level 6.500 ke level 6.300. Padahal, pada minggu sebelumnya IHSG berfluktuasi di level 6.500. Penurunan IHSG ini tidak terlepas adanya isu Federal Reserve USA ingin menaikkan tingkat suku bunga yang akan diputuskan pada akhir Maret ini. Akan ada pertemuan Federal Open Market Committee dalam rangka penentuan tingkat bunga. Pertanyaannya, mengapa Fed Rate yang mengalami kenaikan membuat Bursa Saham Indonesia mengalami pelemahan yang ditunjukkan oleh IHSG sebagai ukuran dari bursa di Indonesia.
Jawaban atas pertanyaan tersebut dapat dinyatakan dengan berbagai faktor, yaitu, pertama, semua penduduk di dunia sepakat bahwa tingkat bunga di Amerika Serikat menjadi patokan (benchmark) bagi dunia. Berbagai pihak menyatakan bahwa tingkat bunga di AS ini dianggap sebagai bunga yang bebas risiko. Bunga bebas risiko diartikan bunga yang menjadi patokan investasi dan, jika melakukan investasi, maka investor yang melakukan investasi akan mempunyai risiko yang sangat kecil dan dapat dikatakan risiko nol.
Sebenarnya, investasi pada instrumen pemerintah bukan berisiko nol. Masih ada risiko lain yang harus dihadapi investor. Risiko nol yang dimaksudkan adalah pemerintah harus membayar instrumen yang diterbitkan pemerintah tersebut dengan cara menerbitkan surat utang baru untuk membayar surat yang akan jatuh tempo setelah surat itu diterbitkan. Investasi pada tingkat bunga bebas risiko masih ada risiko yang dihadapinya, yaitu risiko perubahan tingkat bunga akibat hilangnya kesempatan membuat investasi pada bunga yang lebih tinggi. Adanya perubahan nilai valuta asing akibat kebijakan yang dilakukan pemerintah membuat investor menghadapinya. Adanya kenaikan harga-harga di pasar nonbursa membuat investor berkurang daya belinya akibat kenaikan harga tersebut. Adanya risiko obligasi yang diterbitkan oleh negara Yunani merupakan sebuah pengecualian disebabkan sumber daya yang dimiliki negara ini tidak seperti yang dimiliki Amerika Serikat yang semuanya bisa menjadi sumber pendapatan rakyat maupun pemerintahnya.
Kedua, kebijakan ekonomi yang diputuskan Pemerintah Amerika Serikat sering kali memperhatikan ekonomi di luar Amerika Serikat. Amerika Serikat diperhatikan selalu mengambil kebijakan untuk kepentingannya, tetapi mempunyai kaitan terhadap ekonomi seluruh dunia. Bahkan, ekonomi Amerika Serikat bisa mendorong ekonomi di luar ekonominya.
Ketiga, penduduk Amerika Serikat merupakan penduduk yang terbesar ketiga di dunia setelah China dan India. Besarnya penduduk Amerika Serikat membuat negara lain akan sedikit berpikir untuk berlawanan dengan Amerika Serikat. Sebelumnya, negara yang dianggap lawannya ialah Rusia. Negara itu juga mempunyai penduduk yang besar dan dianggap mempunyai pengetahuan cukup baik.
Keempat, besarnya penduduk ini memberikan kontribusi cukup besar dalam perekonomian sehingga kebutuhan penduduk ini tidak bisa sepenuhnya diberikan negara itu sendiri. Artinya, banyak impor barang yang dibutuhkan penduduk Amerika Serikat sehingga keputusan yang dilakukan pasti memperhatikan barang di luar Amerika Serikat dan ujungnya tidak membuat rakyatnya sulit. Artinya, perekonomian memberi Amerika Serikat kontribusi cukup besar terhadap perekonomian dunia.
Kelima, Amerika Serikat dianggap sebagai negara yang paling depan dalam segi pengetahuan. Hampir banyak negara mendapatkan pengetahuan cukup baik dan diterapkan di negara yang melakukan pembelajaran dari Amerika Serikat. Apabila diperhatikan, banyak pihak merasa bahwa lulusan Amerika Serikat merupakan lulusan paling baik dan sebagai contoh atau model pendidikan di dunia.
Keenam, Amerika Serikat sebagai negara yang memiliki kekuatan cukup baik di dunia. Hal itu baik dilihat dari produk alat perang yang dimiliki maupun strategi politik dunia yang dijalankannya. Banyak negara di dunia ingin selalu memiliki peralatan perang yang dihasilkan Amerika Serikat. Bahkan, Pemerintah Amerika Serikat bisa menggunakan alat perang yang dihasilkannya membuat perekonomiannya semakin baik.
Ketujuh, negara yang uang dicetaknya adalah dollar AS merupakan komoditas yang bisa diperdagangkan. Sementara mata uang lain belum bisa sehebat mata uang Amerika Serikat. Artinya, tidak semua negara bisa memproduksi mata uangnya menjadi produk yang diperdagangkan. Akibatnya, kebijakan yang diambilnya juga membuat mata uang yang menjadi alat transaksi akan menjadi persoalan jika mengambil kebijakan tidak mendukung keberadaan atau kekuatan dollar AS tersebut.
Kenaikan yang direncanakan oleh Amerika Serikat membuat berbagai pihak di negara lain harus berpikir untuk memperhatikan tingkat bunga di negaranya. Bahkan, semua pihak sudah langsung berkor mengomandoi akan terjadi kenaikan tingkat jika Amerika Serikat menaikkan tingkat bunga karena Amerika Serikat merupakan negara dengan tingkat bunga bebas risiko bagi dunia. Untuk kasus Indonesia, kenaikan tingkat bunga di Amerika Serikat akan membuat persoalan tersendiri. Bagi mereka yang memiliki dana yang cukup, melihat kebijakan tingkat bunga tersebut, membuat mereka akan berpikir untuk tetap bertahan.
Adanya kenaikan tingkat bunga mendorong pihak lain yang memiliki dana untuk mengubah strategi investasinya. Pertama-tama selalu dipikirkan bagaimana mengubah investasi atau mengurangi investasi pada saham dan menginvestasikannya pada instrumen berpendapatan tetap. Akibat pikiran tersebut, pemilik dana mengurangi investasi pada saham dengan (bahkan juga) menjual saham yang dimiliki untuk berpindah pada produk investasi. Tindakan ini pertama kali akan terjadi di Amerika Serikat dan kemudian akan diikuti negara lain. Bahkan, untuk Indonesia, akan menjual saham dan memasukkan investasi pada obligasi terutama obligasi yang diterbitkan pemerintah, mengingat tingkat bunga yang ditawarkan akan lebih tinggi (bahkan jauh dari negaranya).
Apabila dana itu langsung dibawa ke negara asal akan memengaruhi investasi pada saham. Hal ini bisa terlihat dengan jumlah net selling yang dilakukan pada saat IHSG yang mengalami penurunan. Belum lagi adanya perubahan nilai kurs yang membuat investasi akan mengalami perubahan. Oleh karena itu, tidak heran banyak pihak akan ikut melakukan tindakan yang dilakukan Amerika Serikat tersebut akibat investasi di bursa juga dilakukan pihak asing. Penurunan bursa saham bisa terjadi akibat kenaikan tingkat bunga (padahal belum terjadi), dengan pandangan yang disebutkan sebelumnya. Akibatnya, pemilik dana perlu juga memperhatikan persoalan tingkat bunga yang terjadi dalam rangka memperkecil risiko investasi yang dihadapi.