JAKARTA, KOMPAS — Probosutedjo, pengusaha nasional yang sukses dan adik almarhum mantan penguasa Orde Baru, Soeharto, berpulang pada Senin (26/3) ini. Dia dikenal sebagai sosok pengusaha yang peduli terhadap nasib ekonomi masyarakat.
Anak keempat dari mendiang Probosutedjo, Rindang Sari Kurniawati, menjelaskan, ayahnya mengidap penyakit kanker cukup lama. ”Beliau mengidap kanker tiroid selama 20 tahun. Senin sekitar pukul 07.00 WIB beliau meninggal di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM),” ujarnya di rumah duka Jalan Diponegoro Nomor 22, Jakarta, Senin (26/3).
Menurut keterangan Rindang, jenazah Probosutedjo akan dimakamkan di Kemusuk, Yogyakarta. Lokasi tersebut dipilih karena merupakan tempat kelahiran Probo, sapaan akrabnya.
”Rencana setelah ashar (sekitar pukul 15.30), jenazah akan dibawah ke Yogyakarta,” katanya.
Rindang mengatakan, Probo telah dirawat di RSCM sejak Kamis (22/3) dengan kondisi yang sudah tidak sadar.
”Tidak ada pesan terakhir dari beliau. Kami sudah mengikhlaskan kepergian beliau karena penyakitnya sudah cukup lama. Kami mohon doa dan mengucapkan terima kasih atas kehadirannya,” kata Rindang lagi.
Guru Besar Ekonomi dari Universitas Indonesia, Sri Edi Swasono, yang turut melayat ke rumah duka mengungkapkan bahwa Probo merupakan salah satu sahabatnya.
”Probo dikenal sebagai sosok yang prihatin dengan ketertinggalan kaum pribumi di dalam kehidupan ekonomi, saya kira seperti itu. Saya merasa kehilangan sosoknya,” ucapnya.
Probo merupakan pendiri Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia. Edi mengatakan sempat bertemu dengan Probo sekitar sebulan lalu dengan kondisi masih tampak sehat.
”Beliau masih mengenali saya ketika itu, tetapi tidak ada pembicaraan khusus dengannya ketika saya terakhir kali bertemu,” katanya.
Edi menjelaskan, ia pernah memiliki pengalaman berkesan dengan Probo saat mengunjungi Masjidil Aqsa di Jerusalem. ”Malam hari, saya bersama dengan beliau menyusup ke Israel sampai ke Tel Aviv,” ucapnya.
Selain sebagai pendiri Universitas Mercu Buana, Probo juga dikenal sebagai sosok yang peduli akan pertanian di Indonesia.
Menurut catatan Kompas, Probo mengimpor 4.000 traktor tangan belum dirakit (CKD) dari RRC.
Mesin-mesin pertanian yang relatif sederhana itu sewaktu-waktu bisa diubah fungsinya menjadi alat angkut, memompa air, menanam, menyiangi rumput, dan memanen.
Probo juga aktif dalam beberapa kegiatan cendekiawan Muslim. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Panitia Nasional Solidaritas Muslim untuk Bosnia-Herzegovina. Ketika itu, ia berhasil menggalang dana Rp 3 miliar untuk membantu masyarakat Bosnia yang tengah dilanda perang saudara.
Adik almarhum mantan Presiden Soeharto ini juga pernah memberikan sumbangan sebesar Rp 1 milyar kepada organisasi Ikatan Cendekiawan Muslim Se-Indonesia (ICMI) yang diterima langsung Ketua Umum ICMI BJ Habibie.
Sumbangan tersebut berasal dari dana yang dikumpulkan dari sejumlah perusahaan di dalam Mercu Buana Group milik Probo.
Meski dikenal sebagai sosok pengusaha sukses, Probo juga sempat terjerat kasus hukum. Ia menjadi terpidana dalam perkara korupsi dana reboisasi untuk pembangunan hutan tanaman industri di Kalimantan Selatan dan dibebaskan secara bersyarat pada 12 Maret 2008.
Probo masuk ke LP Cipinang, Jakarta, pada 30 November 2006. Ia dihukum empat tahun penjara, denda Rp 30 juta, dan membayar uang pengganti Rp 100,931 miliar oleh Mahkamah Agung. Peninjauan kembali Probo juga ditolak MA.