DENPASAR, KOMPAS — Sejumlah proyek perbaikan sarana dan prasarana bernilai miliaran rupiah di Pulau Bali menjelang pertemuan internasional tahunan IMF-Bank Dunia 2018 di Nusa Dua pada Oktober mendatang membantu memperbaiki pertumbuhan ekonomi daerah setempat.
Pulihnya pertumbuhan ekonomi Bali sangat diharapkan kembali berada di angka 6 persen, setelah terpuruk berada di 4 persen pada triwulan IV tahun 2017. Sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Bali mencapai 6,23 persen.
Rendahnya pertumbuhan ekonomi Bali di bawah rata-rata nasional sekitar 6 persen ini merupakan dampak dari erupsi Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, November 2017. Abu erupsi pun terbawa angin ke arah selatan dan menyebabkan penutupan Bandar Udara Internasional Ngurah Rai pada 27-29 November 2017.
Kepala Divisi Advisory Pengembangan Ekonomi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Bali Azka Subhan Aminurridho mengatakan, berlanjutnya kepercayaan pihak panitia penyelenggara pertemuan internasional IMF-Bank Dunia yang tetap memilih Bali sebagai tuan rumah berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Bali kembali menyentuh angka lebih dari 6 persen.
”Penurunan di industri pariwisata dampak penutupan bandara menjadi rentetan sepinya sektor tersebut. Jumlah wisatawan asing dan domestik sempat menurun drastis. Hotel dan restoran sebagai salah satu penyangga ekonomi Bali lesu sejak adanya erupsi Gunung Agung. Namun, kinerja ekonomi Bali menggeliat lagi dengan tetap berjalannya sejumlah proyek perbaikan menjelang pertemuan IMF-Bank Dunia mendatang,” tutur Azka, di Denpasar, Bali, Kamis (29/3/2018).
Dalam kesempatan lain, Kepala Perwakilan Kantor Bank Indonesia Provinsi Bali Causa Imam Karana menyebutkan, rentannya kinerja ekonomi terhadap dampak bencana menjadi pertimbangan pengembangan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru di Bali.
Kinerja ekonomi Bali yang didominasi bidang usaha pariwisata terkait erat dengan faktor keamanan dan kenyamanan. Hal ini menjadikan bencana alam seperti erupsi Gunung Agung yang lalu berpotensi mengganggu aktivitas wisatawan mancanegara ataupun domestik.
Oleh karena itu, lanjut Azka, Bali perlu didorong mengembangkan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru guna menciptakan stabilitas pertumbuhan ekonomi Bali ke depan yang lebih baik.
Bank Indonesia dalam Riset Growth Strategy pada tahun 2017 memperoleh hasil adanya tiga bidang usaha yang mampu membantu industri pariwisata sebagai penopang utama, yaitu hilirisasi komoditas perkebunan seperti kopi, industri kreatif, serta pengembangan agrowisata dan desa wisata.
Hal senada diungkapkan Ryan kirmanto, SVP Chief Economist BNI. Ia sepakat bahwa Bali harus membuka sumber-sumber baru selain mengandalkan pariwisata. Menurut dia, sumber baru pun tetap membantu perkembangan pariwisata.
Belajar dari pengalaman penutupan bandara karena terdampak abu vulkanik yang terbawa angin ke selatan tersebut, panitia penyelenggara pertemuan IMF-Bank Dunia dari Amerika Serikat meminta agar Bali dilengkapi dengan rencana operasional dan evakuasi untuk menghadapi segala bencana, mulai dari erupsi Gunung Agung, gempa, hingga teroris. Memasuki bulan Mei, seluruh rencana kesiapsiagaan bencana selesai dan siap dijalankan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
”Rencana operasional dan evakuasi kebencanaan untuk Bali terus disempurnakan dan mendekati tahap final,” ujar Kepala BNPB Willem Rampangilei.
”Kesiapsiagaan terhadap segala bencana tidak hanya terfokus di Nusa Dua sebagai pusat pertemuan internasional IMF-Bank Dunia, tetapi juga seluruh Bali disiapkan dan melibatkan partisipasi masyarakat. Bali bakal menjadi yang pertama dan contoh kesiapsiagaan bencana tingkat nasional,” lanjutnya.