Jakarta Barat kembali dirundung kebakaran. Jumat (30/3) malam, sekitar 300 rumah terbakar di Taman Kota, Kembangan. Sebanyak 1.252 jiwa kehilangan tempat tinggal. Dua hari kemudian, Minggu (1/4), 35 rumah terbakar di Jembatan Besi, Tambora. Kedua lokasi, menyalahi peruntukan.
Menurut Asisten Deputi Pengendalian Permukiman DKI, Bambang Sugiyono, Selasa (3/4), pemukiman di Taman Kota, sebenarnya lahan untuk fasilitas umum dan fasilitas sosial kewajiban PT Taman Kota. Selain itu, "Kalau melihat tata ruangnya, sebagian lokasi ini seharusnya untuk jalan," tuturnya.
Lokasi pemukiman yang terbakar di Jembatan Besi pun menyalahi peruntukan. Bukan cuma Jembatan Besi, tetapi juga sembilan kelurahan lain di Kecamatan Tambora. Kesepuluh kelurahan itu lebih dikenal sebagai kawasan industri konveksi rumahan, ketimbang kawasan pemukiman.
Sejak tahun 1983, kawasan ini berkembang menjadi kawasan industri konveksi rumahan. Ratusan rumah tempat tinggal "di sulap" menjadi unit-unit industri konveksi rumahan oleh pemodal dari Pontianak, Singkawang, dan Sambas, Kalimantan Barat.
Awalnya, tenaga kerja yang menggerakkan industri konveksi rumahan ini dari para pemukim di sekitarnya, tetapi karena berkembang dan membutuhkan lebih banyak tenaga kerja, para pemilik industri konveksi rumahan mendatangkan tenaga kerja dari luar Jakarta, terutama Jawa Tengah.
Kawasan Tambora pun kian padat oleh kaum urban. Rumah kos-kosan seadanya menjamur, memenuhi kebutuhan para pendatang. Lebih dari separuh penghuni Tambora adalah kaum urban yang tinggal di rumah rumah kos.
Melihat perkembangan ini, Pemprov DKI pernah berencana memindahkan industri konveksi rumahan di Tambora, ke Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur, di awal tahun 2000-an. Namun, usaha memulihkan peruntukan lahan di Tambora ini menguap.
Kelistrikan
Kebakaran di Jembatan Besi hari Minggu lalu, berawal dari satu rumah industri konveksi rumahan. "Penyebabnya korsleting dari mesin setrika besar," kata Camat Tambora, Djaharuddin, Senin (2/4). Ia mengakui, rumah-rumah yang dijadikan industri konveksi rumahan di Tambora lebih sering menjadi pemicu "arisan kebakaran" di Tambora.
Sebagian besar penyebabnya penggunaan listrik melebihi kemampuan kabel dan perangkat kelistrikan lain dalam menghantar dan mengatur arus listrik.
"Banyak colokan terpasang di satu titik instalasi listrik. Gimana nggak panas? Ya korslet," ujar Djaharuddin. Pengamatan Kompas, centang perentang kabel listrik di ruang sempit tak hanya terlihat di lingkungan rumah yang dijadikan industri konveksi rumahan, tetapi juga di setiap kawasan kumuh padat penduduk.
Untuk menertibkan kelistrikan, tahun 2013 lalu Basuki Tjahaja Purnama yang kala itu masih menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta, pernah mendesak pengelola PLN agar tidak melayani pemasangan listrik di bangunan tanpa ijin mendirikan bangunan. Sayangnya, usulan itu tak direalisir.