BANJARMASIN, KOMPAS – Pelaksanaan ujian nasional tingkat sekolah menengah atas di Kalimantan Selatan, Senin (9/4/2018), berlangsung relatif lancar. Gangguan teknis yang terjadi di beberapa sekolah bisa segera diatasi sehingga tidak menghambat pelaksanaan ujian nasional berbasis komputer (UNBK).
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalsel Muhammad Yusuf Effendi mengatakan, gangguan teknis dilaporkan terjadi di SMA Negeri 6 Banjarmasin. Di sekolah tersebut listrik sempat padam karena gangguan jaringan, namun situasi itu bisa segera diatasi dengan menggunakan genset. ”Secara umum, pelaksanaan UNBK SMA/MA pada hari pertama relatif lancar,” ujarnya.
Mulai tahun ini, semua SMA/MA di Kalsel melaksanakan UNBK. Kalsel menjadi salah satu provinsi yang menerapkan UNBK SMA/MA dan SMK 100 persen. Khusus untuk SMK, UNBK 100 persen sudah diterapkan sejak tahun lalu meskipun sejumlah sekolah belum bisa melaksanakan UNBK secara mandiri karena keterbatasan sarana dan prasarana.
Dari 184 SMA dan 152 MA di Kalsel, ada 38 SMA dan 47 MA yang masih belum bisa melaksanakan UNBK secara mandiri. Sekolah-sekolah tersebut akhirnya harus bergabung ke sekolah lain agar bisa melaksanakan UNBK.
”Yang agak sulit adalah persoalan sinyal, terutama di daerah pegunungan dan kepulauan, seperti Pulau Sembilan (Kotabaru). Oleh karena itu, agar bisa UNBK 100 persen, mereka harus bergabung ke sekolah di perkotaan,” ungkap Yusuf.
Menurut Yusuf, penerapan UNBK SMA/MA 100 persen itu bukan tuntutan dari pemerintah, melainkan hasil kesepakatan musyawarah kerja kepala sekolah (MKKS). ”Karena MKKS sudah bersepakat, kami pun mengamini dan mendorong pelaksanaan UNBK SMA/MA 100 persen,” ujarnya.
Untuk mendukung sekolah melaksanakan UNBK, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalsel memperbolehkan sekolah menggunakan dana bantuan operasional sekolah (BOS) daerah dari APBD untuk pengadaan komputer. ”Kami berharap tahun depan semakin banyak sekolah bisa melaksanakan UNBK secara mandiri,” ucapnya.
Kepala SMA PGRI 2 Banjarmasin H Husaini mengatakan, sudah dua tahun ini sekolahnya belum bisa melaksanakan UNBK secara mandiri karena keterbatasan jumlah komputer. Untuk itu, sekolahnya terpaksa harus menumpang di SMK Negeri 5 Banjarmasin.
”Jumlah komputer di sekolah kami, dengan tambahan 20 unit dari dana BOS daerah dan 5 unit dari dana BOS APBN, baru 60 unit. Sementara jumlah siswa yang mengikuti ujian nasional tahun ini sebanyak 282 orang. Dengan jumlah siswa sebanyak itu, idealnya harus ada 100 unit komputer,” tuturnya.
Selain itu, menurut Husaini, sekolahnya baru memiliki satu server, jadi masih kurang tiga server lagi untuk mendukung pelaksanaan UNBK. SMA PGRI 2 Banjarmasin juga belum memiliki genset untuk mengantisipasi listrik padam saat pelaksanaan UNBK. ”Tahun depan, kami upayakan sudah bisa melaksanakan UNBK secara mandiri,” katanya.