CIREBON, KOMPAS Tujuh orang tewas dan satu orang kritis setelah Sanggar Wayang Kulit Hidayat Jati di Desa Gegesik Wetan, Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, tertimpa tembok bekas bangunan sarang burung walet yang roboh, Senin (16/4/2018). Salah seorang korban tewas adalah pemilik sanggar sekaligus dalang wayang ternama Cirebon, Suherman (48).
Tak ada angin, tak ada hujan, tembok bekas sarang burung walet ambruk sekitar pukul 10.30. Tembok setinggi lebih dari 10 meter dengan tebal 50 sentimeter itu menimpa sanggar yang berada di depannya. Saat kejadian, Suherman dan 11 anak didiknya sedang berlatih tari untuk tampil pada peringatan Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei mendatang.
Gegesik adalah salah satu kawasan seni di Cirebon. Ditetapkan sebagai kampung seni sejak 2016, Gegesik adalah rumah bagi dalang, pembuat wayang kulit, hingga pelukis kaca. Dari 100 dalang senior di Cirebon, sebanyak 45 orang tinggal bersama keluarga di Gegesik.
Selain Suherman, korban tewas adalah Arid (22), anak kandung Suherman. Juga empat pelajar SMPN 1 Gegesik, yakni Andra (13), Fadia (13), Ferdi (14), dan Suprapti (13). Nyawa Az-ziqri (13), siswa SMPN 3 Gegesik, juga tidak terselamatkan akibat tertimbun reruntuhan. Sementara Intan (13), siswa SMPN 1 Gegesik lain, hingga Senin sore masih dalam kondisi kritis dan dirawat di Rumah Sakit Gunung Jati, Cirebon.
Senin sore, Az-ziqri, Ferdi, dan Andra langsung dimakamkan di tempat pemakaman umum dekat Balai Desa Gegesik Wetan. Sejumlah keluarga korban sempat pingsan mengetahui hal tersebut. Bendera kuning tampak di rumah para korban yang bertetangga.
Menurut Kepala SMPN 1 Gegesik Suhardi, sanggar berukuran 7 meter x 8 meter itu kerap dijadikan tempat berlatih tari dan karawitan. Suherman dan Arid menjadi pendamping siswa sejak setahun terakhir.
”Saat kejadian ada 11 orang sedang berlatih. Tiga siswa SMPN 1 Gegesik lain dapat dievakuasi setelah tertimbun reruntuhan,” kata Suhardi.
Proses evakuasi korban dilakukan bersama polisi, TNI, dan warga setempat.
Tembok bangunan lama
Menurut Kepala Desa Gegesik Wetan Ruswenda, tembok tersebut dahulu merupakan bangunan sarang burung walet, tetapi sudah bertahun-tahun tak digunakan.
”Usia tembok itu sekitar 50 tahun. Saya sudah memberi tahu pemiliknya. Musibah ini baru pertama kali terjadi di sini,” ujarnya.
Kepala Kepolisian Resor Cirebon Ajun Komisaris Besar Risto Samudra mengatakan, pihaknya tengah menyelidiki kejadian itu. Garis polisi telah dipasang di tempat kejadian guna pemeriksaan lebih lanjut.
Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Cirebon Hartono mengatakan, insiden itu berpotensi menghambat regenerasi dalang di Cirebon. Menurut Hartono, Suherman adalah penerus Basari (almarhum), maestro dalang Cirebon. Adapun Arid disiapkan menjadi dalang menemani ayahnya.
”Begitu pula Az-ziqri. Dia adalah dalang cilik berbakat dari Cirebon yang pernah tampil dalam berbagai acara, termasuk di Taman Mini Indonesia Indah,” ucapnya.
Keluarga Suherman tak kuasa memendam duka. Suhartono (35), adik Suherman, tidak menyangka peristiwa ini bakal terjadi. Suhartono mengatakan, musibah ini menjadi kehilangan besar bagi keluarga dan dunia seni Cirebon. (IKI)