JAKARTA, KOMPAS - Produsen dan distributor obat PT Kimia Farma (Persero) Tbk telah membeli 60 persen saham jaringan apotek di Arab Saudi. Diharapkan, dengan membeli saham di Arab Saudi, bisa membantu Kimia Farma memasuki pasar Timur Tengah dan Afrika.
"Investasi pembelian saham itu mencapai 38 juta real Saudi. Sudah ada 31 apotek, dan targetnya menjadi 90 apotek yang tersebar di Mekkah, Madinah, dan Jeddah," kata Direktur Utama PT Kimia Farma (Persero) Tbk Honesti Basyir, usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Kimia Farma di Jakarta, Kamis (19/4/2018).
Menurut Honesti, pelebaran bisnis ke Arab Saudi karena potensi pasar obat di Arab Saudi cukup besar. "Setiap tahun ada 250.000 jemaah haji dari Indonesia, kemudian ada 10.000 jemaah umrah setiap bulannya. Belum termasuk masyarakat Indonesia yang tinggal di Arab Saudi," kata Honesti.
Selain membuka gerai apotek, Kimia Farma juga akan membangun pabrik obat di Arrab Saudi. "Kami akan bermitra dengan investor lokal. Sekarang masih dalam tahap penjajagan dan kami akan segera mengirim tim survei ke sana," jelas dia.
Sementara Direktur Produksi dan Rantai Pasok Verdi Budidarmo mengatakan, pembangunan pabrik di Arab Saudi adalah pabrik obat. Sedangkan pabrik bahan baku akan dibangun di Cikarang dan Banjaran. "Produksinya akan kami pasarkan di dalam negeri sebanyak 20 persen, sedangkan yang diekspor akan 80 persen," kata Verdi.
Untuk mengatasi tingginya biaya impor komponen bahan baku, Verdi mengatakan telah mendapatkan sumber baru, yakni dari China. Semula Kimia Farma banyak mendatangkan bahan baku dari India. Tetapi setelah ditelusuri, komponen dari India juga berasal dari China. Dengan membeli langsung ke China, Kimia Farma berhasil mendapatkan harga yang lebih efisien.
Selain itu pada tahun 2017, Kimia Farma juga sudah melakukan kontrak pembelian bahan baku untuk kebutuhan tajun 2018 dan 2019. Dengan demikian, Kimia Farma mendapatkan harga yang terbaik.
Mengenai deviden, Honesti mengatakan Kimia Farma akan membagikan dividen sebesar Rp 98 miliar atau 30 persen dari laba bersih Perseroan tahun 2017, yakni sebesar Rp 331,7 miliar. "Sisanya ditahan untuk investasi karena kami masih akan mengakuisisi satu pabrik obat dan tiga rumah sakit," ujar dia.
Di tempat terpisah, maskapai penerbangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk memutuskan untuk mengeluarkan obligasi global senilai 750 juta dollar Amerika. "Obligasi ini untuk memperkuat kinerja keuangan dan operasional Garuda secara ke seluruhan. Kami menargetkan nilai perusahaan kami menjadi 3,5 miliar dollar Amerika pada tahun 2020," kata Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala N Mansury.
Garuda juga menghilangkan posisi Direktur Produksi dalam jajaran direksinya.
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.