DEPOK, KOMPAS – Kapan tepatnya hari ulang tahun Kota Depok masih menjadi perdebatan, termasuk sejarahnya. Dibutuhkan kesepakatan bersama dan penelitian khusus untuk menggali sejarah Kota Depok yang hasilnya dapat dipertanggungjawabkan bukti dan sumber sejarahnya.
Demikian terungkap dalam sarasehan “Menggali Sejarah Kota Depok” di Kota Depok, Kamis (19/4). Meskipun Depok sebagai kota administratif lahir pada 27 April 1999, nama Depok sudah ada sejak kawasan di selatan Jakarta itu menjadi tanah partikelir.
Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Depok, Siti Khaerijadh Aurijah, mengungkapkan, pihaknya terus berupaya menelusuri arsip Kota Depok. Ia mengakui, ada banyak versi terkait sejarah Kota Depok. Karena itu, penelusuran bukti-bukti otentik dan dokumen resmi dibutuhkan. Saat ini, pemkot Depok telah menerima 15.000 arsip dari Bogor terkait sejarah Depok sebelum menjadi kota.
Ahli Arkeologi, Epigrafi, dan Sejarah Kuno Indonesia, Hasan Djafar, mengungkapkan, sejak masa pra sejarah, wilayah Depok sudah ditinggali manusia, sebagaimana di daerah lain di sekitarnya.
“Kalau melihat masa pra sejarah, mirip dengan di daerah sekitar Depok seperti DKI Jakarta atau Bogor. Saat itu merupakan masa bercocok tanam, dengan banyak ditemukannya alat batu neolitik. Selain bercocok tanam, manusia pada jaman itu juga berburu,” kata Hasan.
Masa setelah itu adalah ketika Depok termasuk dalam wilayah Kerajaan Pajajaran abad ke-12 hingga abad ke-16. Bicara tentang Kerajaan Pajajaran, maka tidak lepas dari wilayah di sekitar Depok, yaitu DKI Jakarta hingga Banten. Demikian juga dengan sejarah keberadaan orang Betawi yang tinggal di Depok.
Setelah itu, masuk dalam masa kolonial. Pada masa inilah Depok masih banyak menyimpan peninggalan sejarah yang tersisa berupa gedung atau rumah-rumah tua di Depok. Mulai 1695, Pengajar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia Tri Wahyuning M Irsyam, mengatakan, Depok sebagai tanah partikelir yang kemudian dikuasai Cornelis Chastelein sudah bernama Depok.
“Tidak tahu tepatnya asal-usul nama Depok, tetapi kita bisa mengacu pengertian yang tertulis dalam kamus, depok merupakan dasar dari kata padepokan,” ujarnya.
Tri Wahyuning mengatakan, banyak versi soal sejarah Depok tidak perlu diperdebatkan. “Semua sebenarnya mengacu pada satu fakta yang sama, tetapi dilihat dari berbagai sudut pandang berbeda, sehingga sebenarnya saling memperkaya,” ungkap dia.
Karena itu, kata Tri Wahyuning, jika ingin mempertegas sejarah Depok, pemerintah Kota Depok perlu mengambil sikap, misalnya menegaskan, apakah sejarah yang dimaksud adalah sejarah Depok sebagai kota, atau sebagai wilayah yang sudah dihuni manusia. Setelah itu, perlu dibentuk tim khusus untuk meneliti berdasarkan bukti-bukti otentik yang dapat dipertanggungjawabkan. Penelusuran harus berdasarkan pada bukti sejarah yang diakui, bukan hanya berdasarkan omongan lisan.