JAKARTA, KOMPAS - Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya mengungkap komplotan pengedar narkoba jenis kokain, sabu, ekstasi, dan PMMA (Paramethoxymethamphetamine) yang mengandung bahan mirip ekstasi. Tiga tersangka ditangkap, yakni J (33), F (34), dan D (45), Minggu-Senin (15-16/4/2018).
Tersangka D terpaksa ditembak karena melawan saat diminta menunjukkan lokasi pemasok narkoba di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (18/4). D tewas dalam perjalanan ke RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Argo Yuwono, Kamis (19/4) mengungkapkan, tersangka J ditangkap di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan bersama barang bukti 19,7 gram kokain dan lima butir tablet ekstasi.
Selanjutnya, polisi meringkus F yang merupakan teman J di rumahnya di kawasan Kebayoran Baru dengan barang bukti 70,6 gram kokain; 91 butir ekstasi; 3,7 gram sabu; 1,7 kg serbuk PMMA; bong, dan timbangan.
Menurut Argo, narkoba yang disita dari J dan F adalah barang titipan dari D. Tersangka D ditangkap di rumahnya di kawasan Sunter, Jakarta Utara. Saat digeledah, polisi menemukan 12 butir pil Happy Five dan 580 butir kapsul PMMA.
"D mengaku mendapat narkoba dari A. Katanya A tinggal di apartemen di Kemayoran. Saat D dibawa ke Kemayoran, dia mencoba merebut senjata petugas," kata Argo.
Kasubdit 1 Ditresnarkoba Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Jean Calvijn Simanjuntak mengungkapkan, tersangka D menyuruh J dan F menjual narkoba itu karena D akan pergi ke Bali. Rencananya, D akan pergi ke Bali dengan membawa 580 butir pil PMMA.
Adapun tersangka J dan F sudah dua minggu mengedarkan narkoba di kawasan Jakarta Selatan. Tersangka D mendapat narkoba dari A sejak tiga bulan lalu. Polisi saat ini masih mencari keberadaan A.
"Harga 1 gram kokain menurut tersangka Rp 2,3 juta-Rp 2,5 juta. Sedangkan harga kapsul PMMA masih didalami. Pasar narkoba biasanya jenis sabu, ini menarik kenapa ada kokain," kata Calvijn. Harga kokain jauh di atas harga sabu yang Rp 1,5 juta per gram.
Menurut Calvijn, pil PMMA menyebabkan efek lebih dahsyat dibandingkan ekstasi yang mengandung MDMA (Methylenedioxymethamphetamine). Satu butir kapsul PMMA dapat dikonsumsi 4-5 orang.
"Serbuk PMMA seberat 1,7 kg yang disita dapat diolah menjadi 4.312 butir kapsul PMMA. Kami baru pertama kali menemukan PMMA. Bahan ini akan dibawa ke laboratorium BNN," lanjutnya.
Paling "enak"
Deputi Pemberantasan BNN Inspektur Jenderal Arman Depari mengatakan, kokain merupakan narkoba yang banyak dipakai kalangan atas dan selebriti di AS. Kokain dikenal sebagai narkoba paling "enak" sehingga harganya mahal. Kokain berasal dari tanaman coca yang tumbuh di kawasan Amerika Latin.
"Kokain memang jarang ditemukan di Indonesia. Harganya sangat mahal dan susah ditemukan karena jarak dari Amerika Latin ke Indonesia jauh sekali. Jumlah pemakainya tidak banyak. Biasanya kalau ditemukan kokain untuk dipakai sendiri," kata Arman.
Menurut dia, meskipun pemakai kokain di Indonesia sedikit bukan berarti tidak perlu diwaspadai. Semua narkoba jenis ATS (amphetamine type stimulants) seperti sabu dan ekstasi, maupun narkoba jenis baru atau NPS (new psychoactive substance) harus diwaspadai karena pemakainya terbanyak setelah ganja.
Data BNN, jumlah kokain yang berhasil disita tahun 2017 sebanyak 70,79 gram. Arman mengatakan, bulan Maret lalu aparat di Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali, menggagalkan penyelundupan 2 kilogram kokain.