Produser film Handoko Hendroyono merasa prihatin dengan Indonesia yang kaya, tetapi belum dimanfaatkan dengan maksimal. Dia merasakan kekayaan Indonesia saat menjadi produser film Filosofi Kopi beberapa tahun yang lalu.
Handoko mengatakan, ”Kita ini begitu kaya, tetapi sesungguhnya sangat miskin. Kita sebagai bangsa Indonesia belum mempunyai kesadaran tentang kekayaan ini. Tidak punya list terhadap apa yang kita punya.”
Hal itu diungkapkan Handoko di hadapan peserta seminar pada HUT Ke-5 Kompas Corner Universitas Multimedia Nusantara (UMN) di kampus UMN, Serpong, Banten, Kamis (3/5). Narasi film Filosofi Kopi itu disebut sebagai sisi hilir perjalanan memahami kopi di Indonesia, terutama nasib dan perjuangan petani kopi.
Handoko mengakui awalnya sama sekali tak mengerti rempah-rempah yang disebut pala dan vanila. Indonesia juga mempunyai kakao terbaik. ”Rasanya, kita memang harus kepentok dulu dengan penjajahan, barulah merasa kita ini kaya,” ujar Handoko.
Kini, penulis buku Brand Gardener, Do, dan Fish Eye ini mulai menggali tentang biji kopi Indonesia. Untuk itulah, dia membuat program acara televisi Viva Barista.
Bagi Handoko, Filosofi Kopi merupakan sisi hilir, sedangkan Viva Barista adalah sisi hulunya. Tahun depan, Handoko mulai menggarap film Filosofi Kopi 3. (OSA)