JAKARTA, KOMPAS — Pengelolaan pariwisata, terutama dari Ancol Taman Impian dan Dunia Fantasi, tetap menjadi andalan bisnis PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk. Namun, Ancol juga menggenjot pemasukan dari properti meski pendapatan dari sektor ini turun pada 2017 dibandingkan dengan tahun 2016.
”Kita sering sekali bicara rekreasi, tetapi untuk properti Ancol sebenarnya punya cukup banyak,” ujar Direktur Utama PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk C Paul Tehusijarana dalam paparan publik di Ancol, Jakarta Utara, Senin (14/5/2018). Ia mencontohkan, properti yang dikembangkan Ancol antara lain hunian Coasta Villa, Jaya Ancol Seafront, Marina Coast Royal Residence, dan apartemen Northland Ancol Residence.
Demi meningkatkan pendapatan dari sektor rekreasi, Ancol berencana meluncurkan empat wahana baru Dufan, yakni Star Shape, Dream Station, Wave Swinger, dan New 4D Theater, lalu revitalisasi Pasar Seni Ancol dan pengembangan Seaworld Ancol.
”Menurut pengalaman kami, itu akan meningkatkan revenue Ancol,” kata Paul.
Tahun 2017, pendapatan dari sektor rekreasi Rp 1,15 triliun, terkatrol 5 persen dibandingkan dengan pendapatan tahun 2016 sebesar Rp 1,09 triliun. Artinya, sektor ini berkontribusi 92 persen dari total pendapatan perusahaan.
Jumlah pengunjung pada 2017 naik 3,47 persen dibandingkan tahun 2016 dari 18,1 juta orang menjadi 18,7 juta orang. Dari tahun ke tahun, rekreasi menjadi tulang punggung bisnis Ancol.
Wakil Direktur Utama Ancol Teuku Sahir Syahali mengatakan, pendapatan tahun 2018 dari sektor rekreasi, terutama dari tiket masuk Ancol Taman Impian dan Dunia Fantasi, ditargetkan naik 10 persen dibandingkan dengan tahun lalu. Adapun jumlah pengunjung tahun ini ditargetkan menembus 19 juta orang, naik 6 persen dari tahun 2017.
Sektor properti
Di sektor properti, Ancol juga masih mengembangkan sejumlah proyek, salah satunya kompleks multifungsi (mixed-use) Ocean Breeze di depan Ancol Taman Impian di Jalan Lodan. Ocean Breeze bakal dibangun di atas lahan 1,6 hektar secara bertahap.
Tahap pertama, kata Sahir, akan dibangun 60-an rumah toko dua lantai dengan biaya sekitar Rp 150 miliar. Tahap kedua akan dibangun ruko dan apartemen.
Satu ruko rencananya dijual seharga Rp 6 miliar sehingga Ancol bisa memperoleh pendapatan Rp 360 miliar jika semua ruko tahap pertama terjual. Jika perizinan lancar, bangunan tahap pertama akan dibangun tahun ini, sedangkan tahap kedua dibangun pada 2019.
Paul menambahkan, Ancol juga menandatangani perjanjian kerja sama operasional (KSO) dengan Crown Group, perusahaan properti dari Australia. Ancol menargetkan desain produk yang akan dibangun dengan Crown Group sudah jelas tahun ini dan produk diluncurkan tahun 2019.
Meski demikian, Paul menyadari bahwa pasar properti sedang lesu tahun lalu dan berimbas pada pendapatan Ancol. Tahun 2016, pendapatan dari sektor properti Rp 188 miliar. Pendapatan lantas anjlok 53,10 persen atau lebih dari setengahnya tahun 2017 menjadi hanya Rp 88 miliar.
Namun, peningkatan pendapatan sektor properti tetap akan masuk prioritas agar sumber pemasukan Ancol beragam. Untuk itu, kata Sahir, pemasaran unit properti yang tersedia bakal digencarkan, antara lain unit di Coasta Villa, Jaya Ancol Seafront, dan apartemen Northland Ancol Residence. ”Kami akan perbaiki di properti yang memungkinkan penjualan terus positif,” ujarnya.
Ancol saat ini mengelola kawasan properti dan rekreasi seluas total 552 hektar. Sebanyak 72 persen saham Ancol dimiliki Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, 18 persen PT Pembangunan Jaya, dan 10 persen masyarakat.