BOGOR, KOMPAS— Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia yang berada di Bogor diharapkan bisa menjadi wadah untuk mengembangkan pendidikan dan penelitian terkait sumber daya hayati di Indonesia. Melalui penyajian yang menyenangkan, museum ini bisa menjadi media untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan sejak dini.
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Enny Sudarmonowati menilai, kualitas lingkungan saat ini terus menurun. Untuk itu, perlu pengenalan lebih dalam terhadap kekayaan alam Indonesia agar semakin menumbuhkan rasa memiliki dan mencintai dari diri masyarakat.
“Munasain (Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia) dibangun dengan tujuan sebagai model pendidikan ilmu pengetahuan tentang pemaknaan sumber daya alam dan perubahan lingkungan hidup di Indonesia,” kata Enny di sela-sela peluncuran Ruang Introduksi Munasain di Bogor, Jawa Barat, Rabu (16/5/2018).
Ia menambahkan, museum ini juga diharapkan bisa menjadi media komunikasi yang interaktif bagi masyarakat untuk mengenalkan pentingnya nilai-nilai sejarah alam dan hayati. Oleh karena itu, koleksi dan informasi yang dihadirkan merupakan bahan-bahan pembelajaran tentang penggunaan dan pemanfaatan sumber daya alam serta lingkungan yang didasarkan pada kearifan lokal.
Munasain merupakan hasil pengembangan dari Museum Etnobotani Indonesia yang berdiri sejak 1982. Saat ini museum yang terletak di Jalan Ir H Juanda, Bogor ini masih dalam tahap revitasilasi. Melalui revitalisasi ini, tampilan yang disajikan diharapkan bisa lebih edukatif, komunikatif, dan informatif bagi pengunjung.
Museum ini dibuka setiap Senin hingga Minggu. Namun, pada hari libur nasional museum tutup. Untuk masuk ke museum ini, pengunjung cukup membayar Rp 5.000.
Menurut arkeolog senior, Harry Truman Simanjuntak, informasi terkait sejarah alam Indonesia penting untuk terus dipelajari. Evolusi geografi dan kehidupan di Nusantara sangat panjang sehingga butuh pembelajaran dan penelitian secara mendalam.
Selain itu, sebagai negara kepulauan dengan alam tropis, Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam dan hayati. “Informasi terkait kakayaan inilah yang harus ditampilkan. Tidak menutup kemungkinan, museum nasional ini bisa berkembang ke dalam konteks global,” katanya.
Informasi terkait kakayaan inilah yang harus ditampilkan. Tidak menutup kemungkinan, museum nasional ini bisa berkembang ke dalam konteks global.
Pengembangan museum
Kepala Munasain, Joeni Setijo Rahajoe menyampaikan, pengembangan museum terus dilakukan. Saat ini, dari empat lantai yang akan dibangun, baru ada dua lantai, yaitu lantai dasar dan lantai satu. Pada lantai dasar, pengunjung akan disajikan pengetahuan dan kearifan lokal masyarakat Indonesia. Digambarkan pula modifikasi dan persebaran tanaman budidaya serta persebaran plasa nutfah sebagai sumber pangan obat dan energy di Nusantara.
Di lantai satu berisi tentang sejarah geologi, geografi, dan biogeografi Indonesia. Gambaran tentang evolusi kehidupan manusia serta evolusi dan diversitas kehidupan biota di alam juga ditampilkan di lantai ini.
“Munasain ini memberikan informasi tentang perkembangan sejarah awal mula terbentuknya Indonesia, informasi keanekaragaman hayati dan biogeografi di Indonesia, serta potensi dan pemanfaatan kekayaan hayati yang disertai perkembangan terkini,” ujar Joeni.
Eko Baroto Walujo, peneliti di Pusat Penelitian Biologi LIPI, berharap agar museum ini bisa menjadi wadah untuk mengembangkan penelitian terkait dengan ekosistem di Indonesia yang beraneka ragam. Para peneliti bisa menjadikan koleksi serta sumber informasi di Munasain sebagai bahan pengembangan penelitiannya. Setelah itu, hasil penelitian para peneliti juga bisa dipublikasikan di museum ini agar bermanfaat bagi masyarakat luas.
Ketua Harian Komite Nasional Indonesia untuk Unesco Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Arief Rachman menilai, masih banyak pengembangan yang perlu dilakukan di museum ini. Dengan kekayaan hayati yang dimiliki Indonesia, seharusnya bisa menampilkan banyak koleksi menarik.
Meski dana masih terbatas, ia berharap, kerja sama dengan berbagai pihak, seperti pemerintah dan swasta, bisa dilakukan agar penyajian pameran bisa lebih menarik dan interaktif.