Dana Rusia di Bank-bank Latvia Diselidiki, Dicurigai untuk Pengaruhi Politik di Eropa
Oleh
MH SAMSUL HADI
·4 menit baca
RIGA, SELASA — Latvia tengah menyelidiki, apakah bank-bank di negara itu menjadi tempat penyaluran dana-dana dari Rusia yang digunakan untuk campur tangan dalam sejumlah pemilu dan politik di negara-negara lain. Langkah ini dilakukan Latvia setelah mendapatkan peringatan dari Amerika Serikat.
Kecurigaan bahwa bank-bank di Latvia dimanfaatkan sebagai batu lompatan untuk penyaluran dana dari Rusia ke Barat muncul setelah bank terbesar ketiga di Latvia ditutup pada Februari lalu. Bank tersebut ditutup menyusul adanya tuduhan Washington bahwa bank itu digunakan untuk pencucian uang.
Menteri Luar Negeri Latvia Edgars Rinkevics mengungkapkan kepada kantor berita Reuters bahwa para warga Rusia dan negara-negara bekas pecahan Uni Soviet, termasuk mereka yang dijatuhi sanksi oleh AS, menyimpan uang di bank-bank di Latvia. Sebagian dana yang mereka simpan itu, kata Rinkevics, diperkirakan telah digunakan untuk tujuan manipulasi politik.
”Ada juga hubungan dengan... perang hibrid bahwa dana yang ditransfer atau disimpan dalam sistem keuangan Latvia itu bisa digunakan untuk mengganggu... sistem politik di negara-negara lain,” kata Rinkevics.
”Saat ini, otoritas penegakan hukum kami sedang menyelidiki sejumlah petunjuk yang disampaikan kepada kami yang terkait dengan perang hibrid,” katanya.
Menteri Keuangan Latvia Dana Reizniece-Ozola mengonfirmasi langkah pemerintahannya dalam menggelar penyelidikan tersebut setelah memperoleh informasi yang kredibel dari ”para mitra strategis kami”, dengan merujuk kepada AS.
”Ini topik isu... bagi seluruh Eropa, khususnya jika benar dana itu digunakan untuk memanipulasi hasil-hasil pemilu di sejumlah negara Eropa,” ujar Reizniece-Ozola.
Upaya kudeta di Montenegro
Kedua menteri tersebut tidak menguraikan detail kasus yang sedang diselidiki otoritas Latvia. Namun, tiga pejabat senior Latvia mengungkapkan, salah satu kasus itu terkait pergerakan dana dari Rusia melalui sebuah bank di Latvia untuk mendukung upaya kudeta tahun 2016 di Montenegro.
Akhir tahun lalu, saat rakyat Montenegro melaksanakan pemilu, otoritas negara itu menangkap 20 warga dari negara tetangga, Serbia, dengan dakwaan merencanakan serangan bersenjata melawan pemerintah. Serbia belakangan mengungkapkan, mereka menemukan bukti–termasuk uang 125.000 euro dan seragam-seragam yang disembunyikan.
Jaksa khusus Montenegro menuding Moskwa terlibat dalam rencana serangan yang dimaksudkan mencegah bergabungnya Montenegro pada Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Kremlin menyebut klaim tersebut sebagai hal yang absurd.
”Uang yang mengalir melalui Latvia kemungkinan telah digunakan untuk membiayai kudeta di Montenegro,” ujar salah satu pejabat Latvia yang tak mau disebut namanya. ”Kemungkinan (pengiriman dana) itu dibagi dalam beberapa bagian, pembayaran seperti 15.000 dollar AS, sehingga tidak ada orang yang mengawasi,” katanya.
Rusia juga dituding campur tangan pada pemilu-pemilu di sejumlah negara, mulai dari Jerman hingga AS. Moskwa menepis semua tudingan itu.
Saat ditanya soal apakah Rusia menggunakan Latvia untuk memasok dana yang digunakan untuk mencampuri politik di negara-negara Eropa, termasuk dalam upaya kudeta di Montenegro dan soal apakah sejumlah warga Rusia yang masuk daftar sanksi AS memiliki rekening bank di Latvia, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menjawab, ”Jawaban untuk semua pertanyaan itu adalah tidak.”
Tempat pencucian uang
Awal tahun ini, otoritas AS menuding bank terbesar ketiga di Latvia, ABLV, sebagai tempat pencucian uang dan melanggar sanksi pada Korea Utara. Tudingan itu berujung pada penutupan bank tersebut, krisis keuangan terburuk di Latvia dalam satu dekade.
Menlu Rinkevics mengatakan, negaranya akan mengubah model layanan perbankan yang selama ini dibuat bergaya Swiss setelah melihat kebijakan Rusia yang makin agresif, seperti terlihat di Ukraina.
”Cukup jelas... ada perubahan dalam perilaku Rusia,” katanya. ”Ada hubungan antara pencucian uang dan kemungkinan penggunaan uang gelap untuk memengaruhi... sistem politik para mitra kami.”
”Dulu ada konsep bahwa Latvia bisa menjadi jembatan antara Barat dan Timur,” kata Rinkevics. ”Kami harus... mengucapkan selamat tinggal pada keseluruhan konsep jembatan itu.”
Sejak lepas dari Rusia tahun 1991, lebih dari selusin bank Latvia mempromosikan diri sebagai pintu gerbang menuju pasar Barat bagi para klien dari Rusia dan negara-negara bekas Uni Soviet, seperti Ukraina. Bank-bank itu menjanjikan sistem kerahasiaan bagi para klien mereka seperti di Swiss.
Puncaknya terjadi pada tahun 2015 saat bank-bank Latvia memiliki dana sekitar 12 miliar euro bagi para pelanggan asing. Menurut para bankir dan pejabat, sebagian besar dana itu berasal dari Rusia. (REUTERS)