Perlu Kenal agar Sayang
Suhu udara Warsawa, ibu kota Polandia, yang berkisar antara 19-20 derajat Celsius siang hari pada pertengahan Mei lalu sebenarnya cukup nyaman. Bermacam bunga dengan warna-warna cerah ada di mana-mana, memberi nuansa kota yang ramah.
Polandia yang letaknya strategis di tengah Eropa memiliki banyak tempat menarik untuk dikunjungi. Beberapa universitasnya berkualitas internasional, industri maju pesat, terutama energi, manufaktur, pertanian, dan teknologi informasi.
Meski demikian, Polandia belum terlalu populer sebagai negara tujuan wisata atau kerja bagi orang Indonesia. Hal ini terlihat, antara lain, dari antrean pencari visa ke Kedutaan Besar Polandia di Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, yang tidak terlalu panjang. Meskipun pelamar visa pada awal Mei lalu cukup beragam; ada calon mahasiswa program master dan tenaga kerja untuk spa selain untuk berwisata.
Setelah rakyat Polandia lepas dari pengaruh komunis Uni Soviet pada 1989 dengan kemenangan organisasi buruh independen Solidaritas dalam pemilu bebas terbatas, negara itu melakukan reformasi kelembagaan dan tata kelola pemerintahan, sistem hukum, dan ekonomi. Tahun 2003, rakyat Polandia melalui referendum memutuskan bergabung dalam Uni Eropa. Polandia kemudian menjadi contoh negara demokrasi di Eropa Timur yang bertumbuh pesat.
Selama satu dekade terakhir menurut Bank Dunia perekonomian Polandia tumbuh rata-rata 3,6 persen. Tahun 2017 pertumbuhan ekonominya 4,6 persen, naik dari 2,9 persen pada 2016. Pertumbuhan itu di atas pertumbuhan rata-rata Uni Eropa.
Hanya dalam waktu singkat Polandia masuk sebagai negara berpenghasilan tinggi. Pendapatan per kapita tahun lalu 13.414 dollar AS. Hanya sedikit negara berpenghasilan menengah dapat melaksanakan pembangunan dengan pertumbuhan cepat dan stabil, memiliki basis ekonomi luas, serta beranjak menjadi negara berpenghasilan tinggi.
Kemakmuran itu tampak dari mobil-mobil papan atas seri terbaru di tempat parkir stasiun kereta api pusat di Warsawa, ibu kota Polandia. Malnya menjual barang merek terkenal dunia. Ini juga mengingatkan negara itu dapat menghadapi persoalan ketimpangan kemakmuran.
Duta Besar RI untuk Polandia Peter Gontha dalam percakapan di Warsawa pertengahan Mei lalu menyebut Polandia menguasai teknologi dalam berbagai bidang, mulai dari agroindustri dengan segala industri penunjangnya, energi, perkapalan, perikanan, hingga teknologi informasi.
Penduduk Polandia hanya kurang dari 14 persen penduduk Eropa, tetapi memasok 70-80 persen sayuran dan buah Uni Eropa. Negara itu juga memasok ayam, telur, daging sapi dan babi, serta susu dan olahannya.
Investasi
Meskipun di Indonesia namanya belum sepopuler Jerman dalam inovasi teknologi, Polandia— menurut Peter dalam percakapan di Warsawa, ibu kota Polandia—memiliki banyak teknologi maju yang dapat dikerjasamakan dengan Indonesia. Salah satu yang sudah berjalan adalah pembangkit listrik.
Kepala Kantor Perdagangan Luar Negeri Polandia (PAIH) di Jakarta Marcin Roszkowski menyebutkan, Polandia sangat maju dalam bidang energi, pertambangan, dan TI. Sebagai negara dengan cadangan batubara terbesar di Eropa, Polandia mengembangkan pembangkit listrik berbahan bakar batubara ramah lingkungan untuk memenuhi standar Uni Eropa (UE). UE adalah pendorong terbesar penggunaan energi bersih untuk menurunkan gas karbon sebagai penyebab efek rumah kaca.
Meskipun nilainya masih kecil, investasi Polandia di Indonesia skalanya besar. Menurut Marcin, salah satunya pembangungan dua pembangkit listrik berkapasitas masing-masing 50 MW oleh Rafako di Lombok. Total nilai investasi 80,8 juta euro dan Rafako mendapat pinjaman dari bank BGK Polandia untuk investasi proyek listrik di Indonesia senilai 72,9 juta euro. Polandia juga berinvestasi di tambang nikel dan pengolahannya, sedangkan perusahaan rekayasa Famur membangun sistem pengangkutan batubara menggunakan ban berjalan di Jawa.
Marcin mengakui, nilai investasi Polandia dan Indonesia masih terlalu kecil mengingat potensi kedua negara. ”Bank Dunia menempatkan Indonesia dan Polandia sebagai nomor dua dan tiga terbaik untuk tujuan investasi. PAIH harus bekerja lebih keras mewujudkan potensi tersebut,” kata Marcin kepada Kompas.
Butuh 20.000 tenaga kerja
Di tengah pertumbuhan ekonomi dan perbaikan kemakmuran yang melesat, Polandia memiliki persoalan penduduk yang menua. Pertumbuhan ekonomi tinggi serta menuanya usia populasi penduduk menyebabkan kekurangan tenaga kerja, terutama di sektor manufaktur. Menurut laporan organisasi kerja sama dan pembangunan ekonomi, OECD, di mana Polandia menjadi anggotanya, kekurangan tenaga kerja sektor manufaktur berdampak pada ekonomi negara itu. Pertumbuhan ekonomi 2017 lebih didorong konsumsi dalam negeri.
Hal ini mendorong Pemerintah Polandia membuka kesempatan masuknya tenaga kerja asing, termasuk dari Indonesia. Delegasi pemerintah dan pengusaha Polandia berkunjung ke Indonesia pada awal Mei lalu. Dalam kesempatan seminar dan pertemuan dengan Kadin Indonesia, permasalahan kekurangan tenaga kerja terdidik juga disampaikan.
Polandia dengan penduduk berjumlah 37,9 juta orang dan diasporanya 26 juta orang, membutuhkan 20.000 tenaga kerja. Indonesia memiliki peluang mengisi dengan tenaga kerja terdidik. Menurut Peter, peluang ada di industri kelautan, perkapalan, dan pengolahan hasil perikanan. ”Tidak banyak lagi orang Polandia tertarik bekerja di industri pengolahan hasil perikanan,” kata Peter.
Tenaga kerja dari Indonesia diharapkan dapat bekerja di industri pengolahan ikan kalengan, perkapalan, dan pelabuhan. ”Kualifikasi SMA dan perguruan tinggi dan memiliki sertifikat keahlian,” kata Minister Counsellor KBRI Polandia Rudy Kurniady.
Pemerintah Polandia menetapkan upah tenaga kerja asing (TKA) sama atau bisa di atas upah pekerja setempat dan memberi perlindungan kepada TKA, antara lain, kelayakan tempat tinggal, paspor tidak boleh ditahan pemberi kerja, dan harus ada asuransi bagi pekerja. Indonesia akan bersaing dengan Bangladesh, Nepal, Vietnam, dan sedikit dari China untuk mengisi peluang itu.
Benny Kusbini dari PT Rejeki Langgeng Makmur, yang rutin mengirim tenaga kerja terdidik ke Jepang, melihat peluang di Polandia layak dijajaki. Indonesia memiliki tenaga kerja dengan kualifikasi yang dibutuhkan. Dalam penempatan tenaga kerja yang diperlukan adalah jaminan kesejahteraan dan perlindungan bagi tenaga kerja serta prosedur yang tidak berbelit. Tantangannya, demikian Rudy, proses pengurusan izin kerja di Polandia memerlukan waktu 3-4 bulan.