Dongeng Kebaikan dari Rona Mentari
Dongeng sangat berarti bagi kehidupan Rona Mentari (25). Lewat dongeng, Rona bisa mengubah dirinya dari seorang yang pemalu menjadi penuh percaya diri. Melalui dongeng pula, Rona menemukan panggilan hatinya: menjadi juru dongeng yang menyebarkan pesan-pesan kebaikan bagi sesama.
“Aku dulu waktu masih TK orangnya minderan, pemalu banget. Cuma ditegur sama guru saja, ngompol di celana, ha..ha..ha,” ujar Rona terbahak mengingat masa kecilnya.
Karena sangat pemalu, Rona mengaku tidak banyak memiliki teman. Ia sangat kesulitan untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Saat jam istirahat, Rona lebih memilih diam di dalam kelas dan membantu gurunya mempersiapkan makan siang untuk para siswa TK Budi Mulia II Yogyakarta. Padahal, teman-temannya menghabiskan waktu dengan bermain di luar kelas.
Namun, di masa-masa sulit itu, ada hal yang sangat disukai Rona. Ia menyukai sesi mendongeng yang dibacakan guru TK-nya. Sang guru adalah adalah pendongeng pertamanya. Ia bisa larut dalam cerita yang dibawakan sang guru sembari berimajinasi. Ia selalu mengikuti sesi mendongeng dengan antusias.
Sepulang sekolah, Rona terbiasa menceritakan kembali dongeng itu kepada ibunya. Sembari mengerjakan pekerjaan rumah, ibunya pun mendengarkan cerita Rona dengan penuh perhatian. “Mamaku adalah seorang pendengar yang baik. Meski sembari menyetrika, dia selalu mendengarkan cerita-ceritaku. Kalau mamaku bukan pendengar yang baik, mungkin saya tidak akan mendapatkan kepercayaan diri ini,” tutur Rona yang ditemui Kompas, Senin (18/6/2018).
Saat ulang tahun, pernah suatu ketika saya mendongeng di perempatan dekat rumah untuk anak-anak jalanan.
Orangtuanya kemudian melihat ada potensi mendongeng dalam diri Rona. Lalu saat naik ke sekolah dasar, ia mulai dipilih untuk mewakili sekolah dalam lomba dongeng. Pertama kali mendongeng, ia langsung juara I. Prestasinya itu kemudian membuatnya sering ditunjuk mewakili sekolah dalam lomba-lomba dongeng.
Saat diajak orangtuanya menghadiri acara resmi, ia juga kerap tiba-tiba dipanggil maju untuk membaca puisi atau dongeng. Walaupun grogi, cara orangtua mengondisikan supaya Rona berani tampil di depan umum ternyata berhasil. Kebiasaan itu pun akhirnya membentuk mental Rona menjadi lebih berani dan percaya diri.
Pada kelas IV SD, Rona juga mulai membuat program sendiri yaitu safari dongeng Ramadhan. Berbekal cerita para nabi dan rasul, Rona berkeliling ke beberapa masjid di Yogyakarta. “Saat ulang tahun, pernah suatu ketika saya mendongeng di perempatan dekat rumah untuk anak-anak jalanan. Orangtuaku sangat mendukung dengan cara mereka yang unik dan demokratis,” katanya.
Kian beranjak dewasa, Rona menjadi lebih percaya diri. Saat duduk di SMP kelas I, ia pernah mengikuti Pemilihan Dai Cilik (Pildacil) yang disiarkan di salah satu stasiun televisi swasta. Ia bisa masuk sampai ke tahapan grand final dan mendapatkan juara 3. Dongeng benar-benar mengubahnya dari seorang yang minder dan pemalu menjadi lebih percaya diri. Saat SMA, ia pun mulai mengikuti banyak kegiatan seperti fotografi, membuat film, pencak silat, dan lain-lain.
Kini, jejak pemalu itu bahkan sudah tidak terlihat lagi di wajahnya yang selalu ceria. Dia kerap tertawa lebar dan memperlihatkan barisan giginya yang rapi. Dia juga ramah dan senang mengobrol dengan orang-orang baru, termasuk pendengarnya saat ia menjadi juru dongeng keliling di dalam dan luar negeri.
Rumah dongeng
Saat lulus SMA, dia semakin menyadari bahwa mendongeng memiliki banyak manfaat. Ia pun mulai menanamkan di benaknya, bahwa ia ingin mendalami dunia mendongeng. Bersama dua orang saudara perempuannya, ia kemudian mendirikan Rumah Dongeng Mentari (RDM) pada 2010.
RDM menjadi rumah bagi warga sekitar rumahnya di Condongcatur, Yogyakarta, untuk belajar, membaca buku-buku, dan mendengarkan dongeng. Di situ, Rona juga merekrut beberapa sukarelawan.
“Rumah dongeng itu didirikan karena melihat di sekitar rumah banyak yang putus sekolah, mabuk-mabukan, dan menyalurkan kegiatan ke arah negatif. Kami ingin kasih tempat bermain mereka yang edukatif,” ujarnya.
Tak berhenti sampai di situ, saat kuliah di Universitas Paramadina Jakarta, Rona juga membuat channel Youtube Dongeng.tv. Ini merupakan cara Rona untuk memperkenalkan budaya bertutur di era digital.
Saat ini, banyak anak-anak terpapar tontonan melalui layar gawai. Tontonan ada yang bersifat edukatif, tetapi ada banyak juga yang tidak sesuai dengan karakteristik anak. Dengan Dongeng.tv, diharapkan anak-anak mendapatkan pilihan tontotan yang berkualitas. Salah satu konten dalam channel Dongeng.tv juga ada tips mendongeng, dan pengetahuan tentang dongeng. “Harapannya justru supaya setelah nonton Dongeng.tv, anak-anak minta kepada orangtuanya atau gurunya supaya didongengin."
Kenapa budaya bertutur langsung menurutnya penting? Karena dalam bertutur langsung ada interaksi dua arah, ada sentuhan, ada kontak mata, yang bisa menjadi media untuk menyampaikan pesan-pesan kebaikan.
Tahun 2017, Rona juga menyelenggarakan Festival Dongeng Awicarita kerja sama dengan Rumah Dongeng Mentari dan RWE Digital Agency. Festival yang diadakan di Amphitheater Hutan Pinus Mangunan itu menampilkan 300 peserta pendongeng, artis, dan tokoh masyarakat. Acara juga diikuti oleh pendongeng dari Korea Selatan Kim Seung Ah.
Pesan kebaikan
Saat masih mahasiswa, Rona mulai banyak mendapatkan undangan untuk mendongeng. Baik dari instansi pemerintah, sekolah, komunitas, dan sebagainya. Saat berinteraksi dengan audiensnya, Rona harus menyampaikan materi dengan cara menarik. Karena ia suka bermain musik, ia akhirnya menggunakan gitar untuk bernyanyi dan mendongeng. Kini, Rona identik dengan permainan gitar kecilnya saat mendongeng di depan anak-anak.
Dengan bakat mendongengnya, Rona juga berkesempatan berkeliling Nusantara. Rona sering bertemu dengan anak-anak yang unik dan lucu. Pernah suatu ketika saat ia mendongeng di Karimunjawa, ia bertemu dengan anak yang bercita-cita ingin menjadi koruptor. Anak itu sering melihat di televisi bahwa koruptor berpenampilan keren, memiliki mobil bagus, dan hidupnya berlimpah harta.
Aku akan terus menjadi juru dongeng. Aku juga ingin supaya banyak bermunculan juru dongeng lainnya di Indonesia. Karena pesan-pesan kebaikan bisa disampaikan melalui kekuatan dongeng
Rona pun miris mendengar kejujuran dari anak itu. Semenjak itu, ia semakin bertekad untuk menyebarkan pesan-pesan kebaikan seperti kejujuran, integritas, dan kepedulian kepada anak-anak. Ia juga pernah bekerja sama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk menyebarkan dongeng bertema integritas.
Ia juga berpendapat, budaya bertutur langsung atau mendongeng sudah melekat pada masyarakat Indonesia. Kekuatan dongeng pun tak terbantahkan. Di Pulau Simeuleu, Aceh misalnya, kearifan lokal melalui dongeng yang mengajarkan orang untuk berlari ke bukit saat terjadi gempa dan air laut turun tiba-tiba, terbukti bisa menyelamatkan warga pulau tersebut dari bencana tsunami. Dongeng seperti itu diturunkan dari generasi ke generasi dan melekat dalam pikiran warga Simeuleu yang pernah mendengarnya.
Tahun 2018 ini, Rona mendapatkan kesempatan untuk mendalami dunia dongeng dan memperluas jaringannya. Selama empat bulan, ia belajar bersama 18 orang juru dongeng dari berbagai negara dan latar belakang. Ia mendapatkan beasiswa dari International School of Storytelling, England Storyteller. Ia pun semakin mantap memilih juru dongeng sebagai panggilan jiwanya.
“Aku akan terus menjadi juru dongeng. Aku juga ingin supaya banyak bermunculan juru dongeng lainnya di Indonesia. Karena pesan-pesan kebaikan bisa disampaikan melalui kekuatan dongeng,” kata Rona.
Rona Mentari
Lahir: Yogyakarta, 23 September 1992
Pendidikan: S1 Ilmu Komunikasi Universitas Paramadina
Pencapaian:
- Selected Storyteller Sydney International Storytelling Conference 2014
- Scholarship Student Storytelling Beyond Words 2018, International School of Storytelling, England Storyteller
- Founder Rumah Dongeng Mentari
- Founder Festival Dongeng Nasional “Awicarita Festival” di Yogyakarta