Kurang dari dua bulan jelang Asian Games, persiapan tim nasional senam trampolin dipercepat. Pemusatan latihan nasional yang baru digelar sejak Mei 2018 difokuskan untuk mengeksekusi gerakan dengan benar. Pemantapan ini untuk memenuhi target masuk putaran final.
Pelatnas senam trampolin dilaksanakan di Houbii Urban Adventure Park, Pondok Indah, Jakarta Selatan. Setiap hari, tiga pesenam yang akan mewakili Indonesia berlatih dua kali sehari. Latihan pagi dilaksanakan pukul 09.00 hingga 11.30 dan latihan sore dilakukan pada pukul 16.00 hingga 19.00, dengan libur latihan pada Rabu dan Sabtu petang.
Saat ini, pelatnas senam trampolin memasuki tahap persiapan khusus. Asisten pelatih tim senam trampolin Indonesia, Lulu Manurung bersama pelatih kepala asal Kanada, Gregory Roe tengah merangkai gerakan yang akan ditampilkan dalam kompetisi . Tim pelatih memulai dari gerakan-gerakan dasar kemudian memperbanyak gerakan tersebut. Selain itu, mereka juga menggembleng atlet untuk mengeksekusi gerakan dengan tepat .
Lulu yang ditemui Rabu (04/07/2018) mengatakan, dalam kompetisi akan ada sepuluh gerakan. Tetapi, ia akan memasukkan gerakan itu secara bertahap mulai dari lima gerakan dan seterusnya. Hal ini dilakukan agar tiap gerakan dapat dieksekusi dengan tepat. Gerakan yang dieksekusi dengan tepat akan meminimalisasi pengurangan nilai.
Dimas Sindhu (22), salah satu atlet senam trampolin menilai kemajuan latihan mereka terbilang pesat. Berkat latihan rutin, dalam waktu singkat mereka mampu beradaptasi dengan cabang olahraga baru. Kesulitan yang mereka hadapi adalah perbedaan teknik antara senam artistik dan senam trampolin. Selain itu, dari segi fisik, senam trampolin lebih mengandalkan ketahanan kaki dibandingkan dengan senam artistik yang lebih bertumpu pada kekuatan badan bagian atas.
Menurut Lulu, waktu pelatnas yang singkat adalah akibat ketidakpastian yang dihadapi disiplin ini. Sempat terjadi tarik-ulur perihal jadi tidaknya trampolin dilombakan pada Asian Games 2018. Atlet yang terpilih pun baru didapat melalui kejuaraan umum yang diselenggarakan pada April (Kompas, 10 April 2018).
"Seharusnya, tiga bulan sebelum kompetisi kami sudah masuk ke dalam pematangan gerakan yang akan ditampilkan. Karena ini adalah cabang yang dinilai dari akurasi gerakannya. Sekarang kami masih merangkai gerakan sambil mematangkan,” katanya.
Selain itu, tim senam trampolin perlu mengikuti turnamen untuk melihat kualitas setiap atlet. Namun, karena kurangnya jumlah kejuaraan di Indonesia dan tidak adanya pendanaan dari PB Persani, hal tersebut urung dilakukan. Menurut Lala, ketiga atlet ini memerlukan kejuaraan yang tingkat persaingannya tinggi. Kompetisi akan menimbulkan persaingan dan melecut motivasi atlet untuk tampil lebih baik lagi.
Oleh karena itu, tim senam trampolin mematok target masuk putaran final. Target ini dirasa realistis mengingat waktu persiapan yang singkat. "Kami juga sadar diri karena tidak mungkin dengan persiapan yang sangat pendek kami bisa meraih medali. Menurut saya, ini target yang bagus karena pesaing kita di cabang ini belum terlalu banyak. Negara yang unggul di cabang ini adalah China, Jepang, dan Korea Selatan,” tutur Lulu.
Hal senada dikatakan Yudha Tri Aditya (28), atlet senam trampolin lain. Menurutnya, target untuk menembus putaran final dapat dicapai karena ketiga atlet telah berkembang dari segi teknis. Hal yang perlu diperbaiki adalah otomatisasi atau pembiasaan gerak dalam senam trampolin.
"Setiap hari kami selalu ada gerakan baru yang dipraktikkan. Kami juga memoles gerakan yang sudah dipelajari agar eksekusinya semakin mulus,” ujar atlet asal Bandung itu.