Parpol Mulai Matangkan Dua Poros Koalisi
JAKARTA, KOMPAS - Sebulan sebelum batas akhir pendaftaran calon presiden dan calon wapres, sejumlah partai politik mematangkan koalisinya. Sejumlah partai sudah menegaskan dukungannya.
Hanya Partai Demokrat yang masih belum jelas menentukan arah koalisi. Partai Amanat Nasional meski saat ini berada di kubu pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, membuka kemungkinan berkoalisi dengan Gerindra yang mengusung ketua umumnya, Prabowo Subianto sebagai calon presiden.
Sementara Partai Kebangkitan Bangsa meski belum mendeklarasikan secara resmi dukungannya, kemungkinan besar tetap akan bergabung dengan koalisi partai pendukung Presiden Joko Widodo.
Wakil Sekretaris Jendral Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Faisol Reza mengatakan, PKB sudah pasti akan masuk dalam partai koalisi pendukung Jokowi untuk Pemilu 2019 nanti. Ia menjelaskan, pertemuan antara Muhaimin Iskandar dengan Megawati Soekarnoputri beberapa hari lalu menjadi sinyal bergabungnya PKB.
"Tidak hanya menjadi pendukung Jokowi, tapi sudah masuk ke dalam koalisi partai pendukung juga. Deklarasinya nanti bersama dengan partai lain pendukung Jokowi ketika pengumuman capres-cawapres," ucapnya di Jakarta, Kamis (12/07/2018).
Faisol mengatakan, hal itu juga diperkuat dengan pertemuan sebelumnya antara Muhaimin dengan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh, Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) M. Romahurmuziy, dan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto.
"Selain itu, hingga kini belum ada pertemuan dengan ketua umum dari luar koalisi Jokowi. Hanya ada pertrmuan dengan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan. Itu pun dalam rangka halal bi halal," ujarnya.
Faisol mengatakan, nama Muhaimin juga sudah masuk ke dalam kantong Jokowi sebagai cawapres. Saat ini, PKB masih yakin kalau Jokowi akan menunjuk Muhaimin sebagai pendampingnya.
"Jika tidak, kami belum memikirkan hal tersebut, apakah nanti Cak Imin akan jadi tim sukses atau mengincar posisi menteri. Namun, kami menilai, saat ini masalah radikalisme sedang menjadi ancaman di Indonesia. Oleh karena itu, para kiai mendorong Cak Imin untuk maju sebagai cawapres," ujarnya.
Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Roy Suryo mengatakan, saat ini Demokrat masih belum menentukan pilihan apakah akan bergabung dengan poros Jokowi atau Prabowo Subianto. Menurut dia, Demokrat sementara ini masih menunggu uji materi di MK terkait ambang batas presiden.
"Agus Harimurti Yudhoyono adalah kader terbaik kami yang ingin kami calonkan sebagai capres. Namun, kami realistis, ambang batas presiden sebesar 20 persen membuat Agus tidak bisa dicalonkan sebagai capres," katanya.
Roy juga menilai, pertemuan antara Airlangga dengan Susilo Bambang Yudhoyono merupakan sebuah ajakan agar partai Demokrat bisa merapat ke poros Jokowi. Selain itu, Roy mengatakan, sebagian besar kader Demokrat lebih mendukung Agus dibanding Tuan Guru Bajang (TGB) karena alasan elektabilitas.
Terkait kemungkinan merapatnya TGB ke kubu Jokowi, Roy mengatakan, saat ini hal tersebut masih dibahas oleh anggota majelis tinggi partai. "Selain itu, dalam mekanisme partai kami, dewan kehormatan dan komisi pengawas sedang melakukan penilaian terhadap sikap TGB. Hasil penilaian akan diserahkan ke ketua umum partai," ucapnya.
Gerindra dan PKS
Sementara itu Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera mengatakan, saat ini partainya tetap kukuh meminta agar kadernya menjadi cawapres pendamping Prabowo. PKS telah mengajukan sembilan nama calon. Meski demikian, Mardani mengatakan, partainya tidak akan meninggalkan koalisi jika Prabowo memilih calon di luar PKS.
"Bangunan koalisi perlu segera dimatangkan. Gerindra dan PKS sudah bersama sejak lama. Jika PAN dan Demokrat mau bergabung, silakan. Selain itu, dari sembilan nama ini, sosok Aher (mantan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan) yang mendapat dukungan paling banyak dari para kader," katanya.
Menanggapi hal tersebut, Ketua DPP Partai Gerindra Ahmad Riza Patria memaklumi keinginan PKS. Menurut ia, wajar saja jika PKS menginginkan hal tersebut karena sejak 2014, Gerindra belum mengambil cawapres dari PKS. Namun, untuk kepastiannya, Riza menjelaskan, para ketua partai perlu duduk bersama untuk membahas hal ini.
Riza menambahkan, dalam waktu dekat, Prabowo akan bertemu dengan Yudhoyono untuk membahas proyeksi Agus sebagai cawapres. Oleh sebab itu, Riza mengatakan, cawapres untuk Prabowo akan mnegerucut menjadi empat nama.
"Nama-nama cawapres untuk Prabowo semakin mengerucut. Nantinya dari PKS hanya ada satu nama, kemudian PAN satu nama, dan jika Demokrat bergabung hanya ada satu nama. Kemudian, dari luar parpol, nama Anies Baswedan yang palin berpotensi untuk diusung," katanya.
Sebelumnya, Sekretaris Fraksi PAN di DPR, Yandri Susanto, mengatakan, awalnya memang ada upaya dari PAN untuk mengusung nama Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan sebagai capres. Namun, saat ini, Yandri menjelaskan partainya akan mengusung Zulkifli menjadi cawapres pendamping Prabowo.