Saatnya Guru Nonformal juga Didukung
Keberadaan guru di jalur nonformal dibutuhkan untuk memberi layanan pendidikan bagi warga yang berada di luar sistem persekolahan karena beragam faktor.
PONTIANAK, KOMPAS — Kualitas dan kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan jalur nonformal atau butuh peningkatan yang serius. Para pendidik yang mendidik anak-anak usia dini secara nonformal maupun anak usia sekolah dan orang dewasa di pendidikan kesetaraan, keaksaraan, hingga kursus seharusnya juga perlu dipastikan memiliki kompetensi pendidik yang terstandar.
Upaya untuk memberikan penghargaan pada pendidik nonformal digelar lewat Apresiasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan (GTK) PAUD dan Dikmas Berprestasi dan Berdedikasi Tahun 2018. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan d memberikan penghargaan atas prestasi dan dedikasi para pendidik dan tenaga kependidikan PAUD dan Dikmas.
Apresiasi bagi para guru dan tenaga kependidikan anak usia dini (PAUD) dan Pendidikan Masyarakat (Dikmas) digelar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di Pontianak pekan ini diikuti 484 peserta dari 34 provinsi. Para guru dan tenaga kependidikan berprestasi yang diseleksi dari derah ikut lomba secara nasional dalam kegiatan tahunan bertajuk Apresiasi GTK PAUD Dikmas Berprestasi dan Berdedikasi yang memasuki tahun ke-12.
Direktur Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat, Direkorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kemdikbud, Abdoellah, di Pontianak, Kalimantan Barat, Kamis (12/7/2018), mengatakan standarisasi pengembngan keprofesian berkelanjutan (PKB) untuk guru PAUD nonformal (Kelompok Bermain, Tempat Penitipan Anak, dan satuan PAUD sejenis) sudah mulai diterapkan. Para guru PAUD yang sebagian besar berpendidikan SMA harus ikut pendidikan dan pelatihan (diklat berjenjng) berjenjang dari tingkat dasar, lanjut, dan mahir.
Terdata sebanyak 267.000 guru PAUD nonformal. Yang berpendidikan S1 sekitar 32 persen.
"Alokasi diklat berjenjang untuk guru PAUD nonfornal masih terbatas. Tahun lalu, Kemendikbud membiayai 4.400 guru dan tahun ini sebanyak 28.600 guru," kata Abdoellah.
Para guru PAUD nonformal pun harua ikut diklat berjenjang secara mandiri. Biayanya sekitar Rp 400.00. Padahal gaji guru PAUD minim, banyak yang berkisar Rp 50.000 - Rp 100.000/bulan.
"Kami mengharapkan dukungan pemerintah daerah semakin kuat untuk peningkatan kualitas guru PAUD dan Dikmas. Keberadaan mereka dibutuhkan untuk mengatasi masalah pendidikan bagi mereka yang berada di luar sistem persekolahan karena beragam faktor," ujar Abdoellah
Menurut Abdoellah, pada tahun ini insentif bagi guru PAUD nonformal belum bisa dicairkan. Ada payung hukum yang dinilai belum tepat yang butuh penyesuaian. Alokasi insentif sebesar Rp 2,4 juta/tahun bagi guru PAUD yang memenuhi syarat. Kuota yang disediakan untuk 50.000 guru PAUD nonformal.
Terkait para tutor di pendidikan kesetaraan (Paket A/SD, Paket B/SMP, serta Paket C/SMA), tutor keaksaraan (pemberantasan buta huruf), maupun instruktur di berbagai lembaga kursus, Abdoellah mengatakan belum memiliki standar PKB yang baik. "Dengan dijadikannya PAUD dan pendidikan kesetaraan sebagai salah satu standar pelayanan minimal atau SPM di daerah, peningkatan kualitas pendidikan nonformal jadi penting. Kami sudah persiapkan agar ada materi, pelatihan, dan skema yang terstandar dalam peningkatan kualitas para pendidik," ujar Abdoellah.
Data para pendidik dan tenaga kependidikan yang masuk dalam data pokok pendidikan Dikmas berkisar 50.000 orang yang mengakar di paket kesetaraan. Penyelenggaraan banyak diinisiasi masyarakat. Pengajarnya ada dari kalangan guru dan masyarakat.
Abdoellah mengatakan penguatan PAUD dan Dikmas penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Selain itu, untuk mendorong terwujudnya warga masyarakat yang siap menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Secara terpisah, Direktur Jenderal PAUD dan Dikmas, Kemdikbud, Harris Iskandar, mengatakan forum apresiasi ini menjadi wahana komunikasi untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman untuk GTK PAUD dan Dikmas dari seluruh Nusantara. Program ini dalam rangka memotivasi, meningkatkan kompetensi, profesionalisme, kreativitas, inovasi.
Pengelola Kelompok Bermain (KB) Mekar dari Kabupaten Bolaang Mangondow, Sulawesi Utara, Siti Hanifa Gonibala, mengatakan dirinya mendirikan KB sejak 2011 untuk melayani anak-anak usia 3-5 tahun. Lembaga didirikan secara gratis supaya anak usia dini mendapatkan stimulus yang baik. Ada 41 anak yang belajar di KB selama tiga kali seminggu.
"Kami dapat bantuan dari desa untuk menggaji guru. Besarnya Rp 300.000/bulan. Saya merasa ingin membantu masyarakat supaya anak-anak usia dini di desa bisa diasuh dengan baik," ujar Siti.
Siti mengikuti lomba untuk kategori pengelola KB. Dirinya menyajikan upaya untuk mendidik karakter anak-anak sejak dini lewat membangun karakter religius.
"Saya ingin ikut kegiatan apresiasi guru PAUD dan Dikmas agar mendapat tambahan pengalaman yang bisa saya bawa untuk mengembangkan pendidikan di daerah," ujar Siti.