Mengurus KTP di ”Istana Negara”
Sebuah bangunan megah berdiri di tengah hamparan sawah. Lambang Garuda Pancasila mencolok bertengger di atas bangunan yang dicat putih. Gambaran Istana Merdeka itu hadir di Desa Kemuningsari Kidul, Jember, Jawa Timur.
Untuk ke ruangan utama, warga harus menaiki 12 anak tangga yang masing-masing lebarnya 1 meter. Warga juga melewati enam pilar berukuran besar. Pelukan satu orang dewasa tak mampu menggapai satu pilar.
Kendati menyerupai Istana Merdeka, bangunan tersebut bukanlah bagian dari istana kepresidenan. Bangunan yang terletak sekitar 20 kilometer dari pusat Kabupaten Jember tersebut merupakan kantor sekaligus Balai Desa Kemuningsari Kidul, Kecamatan Jenggawah.
Jam masih menunjukkan pukul 09.00, Selasa (17/7/2018), sejumlah warga mulai mendatangi kantor desa. Belasan warga duduk di dalam balai desa. Di hadapan mereka, empat petugas kantor desa menyiapkan berkas dan sejumlah tumpukan KTP elektronik. Di belakang petugas terdapat podium permanen dan sebuah tiang dengan bendera Merah Putih. Di atasnya terpampang foto Presiden Joko Widodo bersanding dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Di sisi bangunan lain terdapat sebuah ruangan panjang yang diisi sejumlah petugas administrasi desa. Di sampingnya terdapat ruangan yang lebih kecil yang digunakan sebagai ruang kerja kepala desa.
Kepala Desa Kemuningsari Kidul Sujarwo Adiyono (45) menuturkan, kantor desa tersebut baru diresmikan Bupati Jember Faida pada 7 Juli 2018. Semenjak diresmikan, warga Desa Kemuningsari Kidul mengurus administrasi kependudukan di kantor desa bergaya Istana Merdeka. ”Selama ini kantor desa kami berada di tengah permukiman warga yang masuk wilayah administratif desa lain di Desa Kertonegoro. Tahun 2013, muncul ide untuk membangun kantor desa baru,” ujarnya.
Januari 2014, dimulai proyek pembangunan kantor desa Kemuningsari Kidul di lahan tanah kas desa. Dari 4 hektar tanah kas desa, 1.500 meter persegi digunakan untuk kantor desa.
Perubahan wajah kantor desa membuat warga makin antusias berkunjung ke kantor desa. Tak hanya mengurus administrasi. Kantor desa kini menjadi tempat wisata untuk berswafoto atau sekadar berkumpul santai. Bahkan, sejumlah pasangan mengadakan foto pranikah dengan latar belakang kantor desa. Semua tidak dipungut biaya.
Warga yang datang ke Kantor Desa Kemuningsari Kidul tak hanya warga sekitar. Warga dari desa, kecamatan, bahkan kota lain juga datang ke sana.
Edi Mokhtar Lutfi (50), warga Desa Kemuningsari Kidul, menyambut baik kantor desa bergaya Istana Merdeka tersebut. Ia tidak perlu jauh-jauh ke Jakarta untuk berfoto di Istana Negara. ”Foto di kantor desa pulang mengambil e-KTP serasa jadi tamu Presiden Joko Widodo,” ujarnya terkekeh.
Lutfi berharap aparat pemerintah desa tidak hanya memperbaiki tampilan kantor, tetapi juga pelayanan administrasi. Menurut dia, pelayanan di Kantor Desa Kemuningsari Kidul cukup baik. ”Saya mengambil e-KTP hanya menunggu sekitar 10 menit. Semoga pelayanan tersebut dipertahankan,” kata Lutfi.
Rp 1,8 miliar
Pembangunan kantor desa tersebut menghabiskan dana Rp 1,8 miliar. Menurut Sujarwo, dana itu jauh lebih kecil dari anggaran awal Rp 3,2 miliar. ”Sebelum jadi kepala desa, saya jadi kontraktor bangunan. Jadi saya tahu spesifikasi yang baik dengan harga murah. Kami bisa menghemat,” ujarnya.
Dana Rp 1,8 miliar itu akumulasi selama 4 tahun. Dana didapat dari sisa Alokasi Dana Desa (ADD) dan Pendapatan Asli Desa (PADes). PADes didapat dari penyewaan tanah kas desa.
Sujarwo menuturkan, saat ini kompleks Kantor Desa Kemuningsari Kidul baru rampung 80 persen. Proyek menyisakan pembangunan jalan dan tahap akhir bangunan. Targetnya, tahun depan seluruh bangunan di kompleks kantor desa rampung dan biaya yang dihabiskan tidak lebih dari Rp 2,2 miliar.
Sebagian warga menilai, membangun kantor desa dengan biaya sebesar itu merupakan pemborosan. ”Lebih baik uangnya digunakan untuk pengembangan ekonomi masyarakat. Desa bisa membuat usaha untuk meningkatkan kesejahteraan warga yang sebagian besar petani atau bahkan buruh tani,” ujar Hendrawan (28), seorang warga.
Menanggapi hal itu, Sujarwo mengatakan, ia telah merancang upaya peningkatan ekonomi warga melalui desa wisata. Kantor desa berbentuk Istana Merdeka tersebut akan jadi ikon desa wisata Kemuningsari Kidul.
Sujarwo menjelaskan, lahan seluas 3 hektar di sekitar kantor desa akan dibangun sejumlah wahana wisata, seperti kolam renang, taman, dan kebun binatang mini. Di bawah pengelolaan badan usaha milik desa, warga dapat berjualan dan menyediakan jasa penyewaan tikar dan payung. Dengan demikian, warga mendapat pemasukan tambahan.
Jadi, kapan Anda ke Istana Merdeka Kemuningsari Kidul?