Pacaran Maya Dahulu, "Kopi Darat" Kemudian
Cinta itu buta katanya. Orang yang jatuh cinta bisa teleponan, video call, setiap waktu sama pacar “maya” yang bahkan belum pernah bertemu langsung sekalipun. Dari dunia virtual, banyak yang berkenalan, pacaran, lalu memutuskan bertemu. Tapi tetap saja kita mesti berhati-hati.
Hampir dua dekade terakhir, perkembangan pesat teknologi membuat komunikasi begitu cepat dan mudah. Siapa saja bisa bertemu orang dari mana saja, setiap saat, setiap waktu. Dari yang sekadar salah sambung, atau berkirim ‘hi’ di kotak pesan, lalu membuat hubungan menjadi panjang. Ada yang sekadar iseng, sungguhan cari pacar, bahkan mencari jodoh. Syukur-syukur tidak mendapat teman virtual yang berniat jahat.
Pratama (21) masih pelajar SMA kala itu. Saat bermain jejaring pertemanan Facebook, sebuah profil perempuan tampil di berandanya. Dia mengirimkan permintaan pertemanan. Iseng-iseng, permintaannya diterima dan dia segera menjalin komunikasi. Tiga bulan lamanya komunikasi Pratama dan teman virtualnya intens terjalin. Dari curhatan remeh-temeh hingga curhatan ala remaja.
Dosis pembicaraan mereka meningkat seiring waktu. Gombalan Pratama dapat lampu hijau. Dia pun ‘nembak’, dan diterima. Dari teman virtual, mereka menjadi pasangan virtual meski tidak pernah bertemu langsung. Meski tak pernah bertemu langsung, Pratama yakin saja akan hubungannya. Baginya, remaja seumurannya butuh perhatian. Hal itu didapatnya didapatnya dari pasangan virtualnya di dunia maya.
Beneran mulai dari kenal sampe putus ya lewat sms dan chat doang
“Interaksinya nyambung. Nggak pernah ketemu tapi udah berbagi apa aja kan lebih baik daripada yang ketemu tapi diem-dieman,” ujarnya.
Bagi pria yang mengaku pemalu ini, lebih mudah untuk berkata-kata melalui pesan dibanding harus bertemu langsung. “Gila deg-degan kalo harus ngomong langsung. Takut salah ngomong. Kalo ngetik kan bisa mikir dulu,” katanya.
Hubungan virtualnya tak berlangsung lama. Ironisnya, bahkan sampai hubungan tersebut kandas, ia tak pernah bertemu dengan kekasihnya tersebut. “Beneran mulai dari kenal sampe putus ya lewat sms dan chat doang,” tambah pria yang kini telah duduk di bangku kuliah ini.
Mifta (22), juga punya pengalaman hampir serupa. Saat itu dia sedang belajar di salah satu pondok pesantren di Solo. Lewat temannya, dia mendapatkan kenalan seorang remaja putri. Menunggu balasan pesan, dan mendapat perhatian dari seorang menjadi salah satu kisah menarik di masa putih abu-abunya tersebut. “Bahkan karena udah punya kenalan gitu, aku curi-curi bawa hp ke pondok,” katanya.
“Tapi nggak cuma aku kok yang begitu. Yang lain juga banyak,” ujar mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Surabaya ini.
Mudah dan berkesan
Menjalin hubungan pertemanan, hingga pacaran secara virtual, memang semakin mudah dan gampang. Dengan modal telepon pintar, siapa saja bisa saling kontak tanpa bergantung jarak dan waktu. Selama ada pulsa dan paket data, semuanya bisa.
Fenomena pacaran secara daring jumlahnya juga semakin meningkat. Dari remaja hingga orang tua. Sebuah survei pada 2014 menemukan, satu dari tujuh pengguna media sosial memiliki pasangan virtual. Fenomena ini semakin bertambah dengan semakin banyaknya aplikasi pertemanan, atau aplikasi yang khusus untuk mencari pasangan.
Penelitian Pew Research Centre di Amerika Serikat pada 2015 lalu menemukan, orang yang paling banyak menjalin hubungan dari aplikasi berasal dari jenjang umur 18-24 tahun
Dilansir dari Huffington Post, sebuah penelitian dari Pew Research Centre di Amerika Serikat pada 2015 lalu menemukan, orang yang paling banyak menjalin hubungan dari aplikasi berasal dari jenjang umur 18-24 tahun. Dari penelitian yang sama pada 2013, jumlahnya mencapai hampir tiga kali lipat. Survei yang melibatkan 2000 respoden itu juga menemukan, orang tua di rentang umur 55-64 tahun juga mengalami peningkatan hingga dua kali lipat.
Sebagian besar alasan responden memulai menjalin hubungan lewat dunia maya adalah sebagai cara terbaik untuk menemukan kenalan baru. Lewat gawai teman baru bisa didapatkan. Syukur-syukur jika orang tersebut nyambung dan cocok untuk saling bertukar kabar.
Tidak sedikit dari sekadar bertukar nama, ketemuan, lalu bisa menjadi pasangan. Rizky (24) mahasiswa semester 6 di Universitas Bina Darma, Palembang, punya pengalaman yang membuatnya tidak bisa lupa dengan pacaran virtual. Pada 2016, dia berkenalan dengan seorang perempuan dari aplikasi pesan instan.
Mereka rajin berkirim pesan melalui chatting, video call, bahkan sampai telpon-telponan hampir setiap hari. “Pada suatu ketika saya berencana untuk bertemu pacar virtual saya di Yogyakarta, karena dia kuliah di sana,” ujar Rizky.
Mereka lalu bertemu, dan sempat menikmati kota Gudeg itu selama beberapa hari. Hanya saja, setelah berpisah, hubungan mereka tidak langgeng dan putus kontak.
Pengalaman lebih manis dialami Astrid. Mahasiswa yang kuliah di Bali ini menemukan kekasih hatinya lewat Facebook. Menariknya, hubungan mereka masih berlanjut dari enam tahun lalu sampai sekarang. “Dulu dia yang add aku duluan, soalnya ada temen yang sama di FB, kan ada tuh muncul di FB, teman yang disarankan,” katanya bercerita.
Sebulan setelah kami chat-chatan baru aku kasih nomor hp. Dia seneng banget
Acid--begitu ia disapa--mengaku menjalin komunikasi intens selama sebulan melalui fitur chatting Facebook .Ia tak lantas memberikan nomor handphonye-nya karena masih merasa was-was. “Sebulan setelah kami chat-chatan baru aku kasih nomor hp. Dia seneng banget,” katanya.
Berkenalan melalui media sosial ini juga menambah kemampuan inverstigasinya. Astrid bercerita, sebelum bertemu, ia secara seksama memperhatikan profil dan mencari tahu kegiatan lelaki tersebut. Hingga akhirnya ia yakin bahwa kenalannya adalah orang baik, ia berani memutuskan untuk bertemu.
Pertemuan pertama antara kedua remaja inipun tak dijanjikan. Astrid yang bekerja sampingan sebagai SPG di bandara tak punya banyak waktu karena masih disibukkan oleh jadwal kuliah. “Ga zonk sih, cuma ternyata nggak setinggi yang aku bayangkan,” ujarnya.
Pertemuan itu terus berlanjut. Hingga akhirnya mereka mengaku cukup mengenal satu sama lain dan memutuskan untuk berhubungan serius. “Sampe sekarang masih ngakak kalo ingat kita kenalannya dari Facebook. Bertahan sampe enam tahun juga ternyata,” kata Astrid.
Meski begitu, dia juga menyadari bahwa ada perbedaan penggunaan media sosial pada masa lalu dan masa kini. Menurutnya, berkenalan melalui media sosial kini harus lebih berhati-hati. Tidak hanya bisa tertipu, tindak kriminalpun bisa saja terjadi melalui perkenalan dunia maya.
“Harus lebih berhati-hatilah. Sekarang kan beda. Orang-orang bisa nyamar dan buat akun cuma untuk melakukan kejahatan. Mungkin aku cuma satu yang beruntung aja dapat pacar beneran dari Facebook,” tambahnya.
Ingat ya guys, selalu berhati-hati, biar tidak patah hati, dan makan hati. (JAL/*/***)