JAKARTA, KOMPAS - Gregoria Mariska Tunjung, atlet bulu tangkis tunggal putri Indonesia, mengalami kemajuan dalam empat bulan terakhir. Namun, atlet berusia 18 tahun itu dituntut lebih ngotot dan meningkatkan daya tahan agar bisa bertahan pada persaingan level tinggi.
Juara dunia yunior 2017 tersebut dipercaya tampil pada dua ajang besar, Kejuaraan Dunia di Nanjing, China, pada 30 Juli-5 Agustus dan Asian Games Jakarta-Palembang 2018. Cabang bulu tangkis pada pekan olahraga negara-negara Asia itu akan berlangsung pada 19-28 Agustus di Istora Gelora Bung Karno, Jakarta.
Gregoria akan tampil pada Kejuaraan Dunia dan Asian Games bersama Fitriani. Adapun untuk nomor beregu putri Asian Games, Indonesia diperkuat juga Ruselli Hartawan.
"Kejuaraan Dunia kesempatan bagus buat saya. Untuk Asian Games, saya juga ingin tampil sebaik mungkin di setiap pertandingan, apalagi Indonesia jadi tuan rumah. Tetapi, saya juga tidak ingin itu menjadi beban," kata Gregoria di pelatnas bulu tangkis Cipayung, Jakarta, Kamis (26/7/2018).
Sejak April, Gregoria tampil cukup konsisten dalam berbagai turnamen. Setelah menjuarai Finlandia Terbuka, turnamen Grade 3 Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF), dia tampil hingga perempat final di Selandia Baru, turnamen dua tingkat lebih tinggi dari Finlandia Terbuka.
Dalam putaran final kejuaraan beregu putri Piala Uber di Thailand, Mei, Gregoria menjadi satu-satunya atlet Indonesia yang selalu menang dalam setiap pertandingan. Dia menang dalam empat pertandingan.
Setelah itu, Gregoria tampil pada tiga turnamen besar dengan hasil kalah pada babak pertama Malaysia Terbuka, babak kedua Indonesia Terbuka, dan semifinal Thailand Terbuka. Namun, ketiga kekalahan itu dialami dari pemain-pemain top dunia dalam tiga gim, yaitu Carolina Marin, Ratchanok Intanon, dan Pusarla V Sindhu. Saat ini, Gregoria menjadi pebulu tangkis tunggal putri Indonesia dengan peringkat dunia tertinggi, yaitu di posisi ke-22.
Selain gaya main menyerang, kepercayaan dirinya meningkat saat melawan pemain-pemain top dunia. Akan tetapi, berdasarkan penampilan saat melawan Marin, Intanon, dan Sindhu, pemain asal klub Mutiara Cardinal Bandung ini masih harus memperbaiki kekurangannya.
Peluang pemain-pemain tunggal untuk juara memang lebih berat dari ganda
"Kalau ingin menyamai level permainan pemain top, Gregoria harus tampil lebih ngotot. Dia harus tahan bermain lama melawan mereka. Artinya, daya tahan fisik harus ditingkatkan karena dia selalu kalah pada gim ketiga," tutur Minarti Timur, pelatih tunggal putri pelatnas bulu tangkis.
Dengan kemajuan yang dialami pada tahun ini, Minarti pun berharap Gregoria bisa memberi kejutan pada Kejuaraan Dunia dan Asian Games. Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PP PBSI Susy Susanti mengatakan hal yang sama.
"Peluang pemain-pemain tunggal untuk juara memang lebih berat dari ganda. Tetapi, ini harus jadi tantangan. Mudah-mudahan tunggal putri dan putra bisa memberi kejutan," kata Susy.
Kebangkitan Fitriani
Minarti juga berharap Kejuaraan Dunia dan Asian Games menjadi momen kebangkitan Fitriani. Dia 13 kali kalah dari 18 pertandingan pada tahun ini. Di antara kekalahan tersebut, lima di antaranya membuat Fitriani tersingkir pada babak pertama termasuk dalam tiga turnamen terakhir.
Dikatakan Minarti, dia mencoba membantu Fitriani untuk menumbuhkan kembali kepercayaan dirinya dengan bantuan psikolog. "Dalam latihan sebenarnya tak ada masalah. Dia tetap menjalani dengan baik. Tetapi, kekalahan-kekalahan yang dialami memang menurunkan kepercayaan dirinya. Untuk itu, saya minta dibantu psikolog. Mudah-mudahan dia bisa bangkit," kata Minarti.
Pada babak pertama Kejuaraan Dunia, Gregoria akan melawan Kirsty Gilmour (Skotlandia), sementara Fitriani berhadapan dengan Linda Zetchiri (Bulgaria).