logo Kompas.id
Lain-lainOktaf IndahBernyanyi dengan...
Iklan

Oktaf IndahBernyanyi dengan Hati

Oleh
Megandika Wicaksono
· 5 menit baca

Ada yang berbeda dalam upacara bendera di halaman SMAN 5 Purwokerto, Senin (30/7/2018). Sorak-sorai dan gemuruh tepuk tangan menyambut keberhasilan tim paduan suara Smalachoir yang menyabet tiga emas di perhelatan 7th Bali International Choir Festival atau BICF. Oktaf Indah (47), guru seni musik di SMA itu, adalah salah satu sosok di balik keberhasilan tersebut.Paduan Suara Smalachoir meraih Gold Medal kategori Pop and Jazz, Gold Medal kategori Teenager\'s Choir, dan Gold Medal kategori Championship Teenager\'s Choir di BICF yang digelar pada 24-28 Juli 2018. Mereka membawakan sejumlah lagu, antara lain "Anoman Obong", "Sampai Kau Jadi Milikku", "Prahara Cinta" (ketiga lagu diaransemen V Mangunsongs), "Take Me Home" (aransemen Roger Emerson), dan "Flight Song" (aransemen Kim Andre Arnesen).Di bawah pendampingan Oktaf, 48 siswa-siswi dari kelas XI dan XII itu berlatih intensif menyiapkan penampilan mereka di festival bergengsi itu, sejak 5 bulan terakhir. Suka duka mereka alami agar bisa tampil optimal di hadapan juri serta peserta dari beberapa negara."Saya selalu mengatakan, ini paduan suara. Jangan hilangkan huruf "p". Kalau dihilangkan, jadi ber-adu," kata Oktaf, Senin (30/7), di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Paduan suara itu, lanjut Oktaf, terdiri atas banyak orang dengan beragam jenis dan warna suara. Ketika menyanyi bersama dalam paduan suara, (hasilnya) harus seperti satu orang yang menyanyi. Dengan begitu, ada sonoritas atau kualitas keindahan suara. Memberi teladanUntuk mencapai keberhasilan terutama keterpaduan dalam suatu kelompok, hanya dapat diraih dengan latihan secara disiplin. Perwujudan disiplin itu tidak sekadar diucapkan sebatas kata-kata, tetapi juga dengan teladan dan tindakan. Misalnya dalam berlatih, Oktaf selalu berusaha datang tepat waktu dan memulai latihan sesuai jam yang telah disepakati bersama oleh semua peserta paduan suara. "Jarang saya tidak tepat waktu. Kalau ada yang telat latihan sampai tiga kali, diserahkan kepada teman- teman. Misalnya, ada denda untuk kas Rp 2.000 sampai Rp 3.000, atau push up. Saya melatih tanggung jawab," papar Oktaf.Menurut dia, melatih bernyanyi di sekolah memiliki tantangan tersendiri, terutama komposisi keanggotaan setiap tahun yang selalu berganti karena anggota naik kelas. Hal ini membuat Oktaf perlu terus menjaring bakat dan minat siswa yang menjadi anggota baru. Ia mesti mengulangi materi ajar dari nol untuk mereka."Ketika anak-anak sudah masuk tim, saya tanamkan bahwa hidup ini adalah pilihan. Ini moto kami. Sebab ketika sudah masuk Smalachoir, konsekuensiya sangat banyak. Satu-satunya jalan cuma latihan. Latihan harus dilakukan secara bersama-sama. Kalau ada yang tidak berangkat latihan, nanti saya yang susah. Tantangan utama adalah kedisiplinan," tutur ibu tiga anak ini. Oktaf menceritakan, sejak merintis paduan suara Smalachoir pada 2005, terjadi seleksi alam di kalangan anggota. Ada yang merasa bosan, ada yang keteteran serta tidak bisa membagi waktu antara belajar dan berlatih. Akan tetapi, banyak pula yang bertahan.Latihan paduan suara secara rutin digelar setiap Selasa pukul 15.30 sampai 17.30. Namun, demi mempersiapkan perhelatan akbar di Bali, tim menggenjot waktu latihan menjadi setiap hari. Bahkan, libur Lebaran pun dipakai untuk latihan. Untuk persiapan menghadapi BICF, Oktaf melatih para peserta paduan suara menggunakan teknik imitasi atau meniru. "Saya menyanyikan dulu apa yang ada di aransemen, lalu mereka menirukan saya, bukan membaca notasi. Suara itu direkam dan diikuti oleh anak-anak. Begitu seterusnya untuk setiap jenis suara," ujar Oktaf.Nama OktafOktaf gemar bernyanyi sejak kecil. Setidaknya sejak duduk di bangku SD kelas II, Oktaf sudah mampu membaca not angka. Darah seni terutama bernyanyi mengalir di tubuhnya. Almarhum ayahnya, S Ugosuwasono, adalah pemain musik dan gamelan. Ia juga suka menyanyi. "Kami sering bermain gamelan sekeluarga dan aktif di gereja. Konon, saya diberi nama Oktaf karena ayah saya suka musik," katanya.Oktaf mulai aktif bergabung dengan kelompok paduan suara saat duduk di bangku SMP. Ia melanjutkan kegiatan itu ketika duduk di bangku SPG Purwokerto. Lulus SPG, ia memutuskan belajar seni musik di Jurusan Pendidikan Seni Musik IKIP Semarang."Menyanyi itu bisa membuat saya lebih bersemangat dalam menjalani hidup yang berat. Saya lebih senang lagi melatih (orang lain) menyanyi supaya mereka bisa berekspresi dengan bagus dan baik," kata Oktaf.Cinta dan kesungguhannya pada seni musik dicurahkan secara total kepada anak-anak Smalachoir. Tidak heran di setiap ajang lomba tingkat kabupaten dan provinsi Smalachoir meraih kemenangan. Saking seringnya juara, SMAN 5 pernah tidak diperbolehkan mengikuti lomba paduan suara tingkat kabupaten selama tiga tahun berturut-turut supaya sekolah lain mendapat kesempatan jadi juara.Oktaf senantiasa berpesan kepada para muridnya untuk tetap rendah hati, tidak boleh sombong, tidak boleh malu dalam bernyanyi, tidak boleh meremehkan peserta lain dalam lomba, dan terus disiplin. "Saat berada di ajang kompetisi, jika melihat peserta lain lebih bagus, jangan takut. Atau sebaliknya, jangan menghina atau menjelek-jelekkan. Yang penting fokus, persiapkan lagu yang akan dinyanyikan," kata Oktaf yang secara pribadi kerap memenangi lomba cipta lagu mulai tingkat kabupaten hingga provinsi.Ketua Umum Smalachoir Siraj Farrasi (16) mengatakan, Oktaf adalah sosok guru yang baik dan penyabar, bahkan para peserta paduan suara sudah menganggapnya sebagai ibu mereka. "Ibu Oktaf seru, mengayomi seperti ibu dan menganggap kami sebagai anaknya sendiri. Beliau tegas, tapi tetap sabar meski kami ngeyel dan berisik," kata Siraj.Kepala SMA N 5 Purwokerto Tugiyono mengatakan, Oktaf adalah guru yang total dalam menjalankan tugasnya. "Seni itu bukan menjadi beban. Ini juga menginspirasi guru-guru yang lain. Kalau jadi guru, harus hati yang bicara. Dengan begitu, tidak ada perasaan capek," kata Tugiyono. Oktaf IndahLahir: Banyumas, 8 Desember 1970Suami: (Alm) Kuwat PargiyantoAnak:- Kika Rachel Karita (23)- Yudha Yehezkiel Omega (18)- Ariel Hizkia Anugerah (14)Pendidikan:- SD Kristen Sokaraja lulus 1983- SMP N 1 Sokaraja lulus 1986- SPG N Purwokerto lulus 1989- D-3 IKIP Semarang lulus 1992- S-1 Universitas Negeri Semarang tahun 2000

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000