logo Kompas.id
Lain-lainTerapkan Cetak Biru Menuju...
Iklan

Terapkan Cetak Biru Menuju Olimpiade

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Indonesia akan mulai memprioritaskan pembinaan atlet cabang-cabang Olimpiade seusai Asian Games 2018. Program prestasi itu masih menunggu cetak biru pembinaan yang baru selesai sekitar 70 persen. Indonesia tertinggal jauh di cabang-cabang Olimpiade, hingga mengandalkan perolehan medali Asian Games dari cabang-cabang non-Olimpiade. "Kita tidak mau malu di Asian Games ini. Agar bisa mencapai 10 besar, kita harus mengandalkan cabang non-Olimpade," ujar Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga Gatot S Dewa Broto di sela-sela Pengukuhan Kontingen Indonesia untuk Asian Games 2018 di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (5/8/2018).Gatot menambahkan, tumpuan prestasi pada cabang-cabang non-Olimpiade itu hanya sementara. Pasca-Asian Games, pemerintah akan lebih fokus mengembangkan cabang-cabang Olimpiade. Hal itu selaras dengan Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2017 tentang Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional. Pelatnas yang diprioritaskan adalah cabang-cabang Olimpiade, terutama yang punya potensi medali, terutama emas."Lagi pula, sekarang (di Asian Games 2018) cabang-cabang Olimpiade mengandalkan banyak atlet muda yang tujuannya supaya mereka terus menambah jam terbang sebelum Olimpiade (Tokyo 2020)," ujar Gatot.Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional Kemenpora Mulyana mengakui, saat ini Indonesia memang masih bergantung pada cabang-cabang non-Olimpiade. Namun, ke depan, akan lebih mengandalkan cabang-cabang Olimpiade. "Sekarang, kami sedang menyelesaikan cetak biru pengembangan olahraga nasional yang sudah mencapai 70 persen, dan ditargetkan selesai tahun ini," ujar Mulyana."Lewat cetak biru itu, kami akan fokus pada pengembangan atlet-atlet Olimpiade, salah satunya mengubah sistem di Pekan Olahraga Nasional menjadi lebih berbasis ke Olimpiade, antara lain membatasi usia atlet yang yunior saja, dan lebih banyak mempertandingkan cabang-cabang Olimpiade," kata Mulyana.Pembinaan jangka panjangDi Asian Games 2018, kontingen Indonesia akan menjadi yang terbanyak, yakni 1.383 orang, terdiri dari 938 atlet, 365 ofisial, dan 80 headquarter. Indonesia ikut di semua nomor pertandingan, yakni total 463 nomor dari 67 disiplin di 40 cabang. Indonesia menargetkan meraih 16-20 medali emas untuk finis 10 besar.Namun, dari total 20 target emas Indonesia, 14 target berasal dari cabang non-Olimpiade, yaitu pencak silat, panjat tebing, jetski, bridge, paralayang, dan wushu. Hanya 6 medali emas yang berasal dari cabang Olimpiade, yaitu bulu tangkis, angkat besi, dayung, taekwondo, dan kano. Kemenpora tidak menargetkan emas dari cabang Olimpiade yang memiliki puluhan medali, seperti atletik, akuatik, senam, dan sepeda.Pengurus cabang-cabang Olimpiade pun prihatin. Target perolehan medali telah mengaburkan esensi SEA Games dan Asian Games sebagai target antara menuju Olimpiade. Ketidakseriusan pemerintah terlihat dari pola pembinaan cabang-cabang Olimpiade yang tak berkesinambungan, bahkan cenderung minim perhatian. Indonesia pun kian tertinggal. Padahal, tak sedikit dari cabang-cabang itu menyediakan banyak medali emas. Di Asian Games, misalnya, senam artistik, ritmik, dan trampolin akan memperebutkan 18 emas. Namun, PB Persani hanya menargetkan satu perunggu. "Kalau bicara realistis, ya, satu perunggu, dari nomor artistik putra atau putri. Kita masih sulit bersaing di tingkat Asia, bahkan di Asia Tenggara sekalipun," ujar Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi PB Persani Dian Arifin. Di balap sepeda, target hanya satu emas, padahal ada 22 emas dari disiplin trek, sepeda gunung, jalan raya, dan BMX. Manajer tim nasional balap sepeda Indonesia Budi Saputra mengatakan, perlu pembinaan jangka panjang untuk bisa menguasai Asia, sedangkan pelatnas sepeda belum berkesinambungan. Setelah SEA Games 2017, pelatnas berhenti dua bulan. Hal itu membuat kondisi atlet kembali dari nol. "Kalau kita lihat Malaysia, pebalap trek mereka, Azizulhasni Awang, itu latihan 10 tahun di Melbourne, Australia, tanpa henti. Setelah di usia 30 tahun, dia baru berprestasi," ujar Budi. (DRI/KEL)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000